PENJUALAN LNG
Posisi Tawar BP Migas Lemah

Senin, 24 Juli 2006
JAKARTA (Suara Karya): Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (BP Migas) tidak profesional dalam berkomunikasi. Sebagai
konsekuensinya, mereka kerap gagap dalam berhubungan dengan konsumen,
baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri.

   "Diplomasi BP Migas ke konsumen lemah, terutama ke pembeli di luar
negeri. Akibatnya, setiap kontrak selalu membuat posisi mereka lemah.
Padahal BP Migas adalah produsen yang seharusnya memiliki posisi
tawar-menawar tinggi," kata anggota Komisi VII DPR Catur Sapto Edy di
Jakarta, Minggu.

   Posisi tawar yang lemah mengakibatkan BP Migas tak bisa memberikan
pemasukan maksimal bagi negara. Catur menilai, BP Migas terlalu
didominasi "orang-orang lapangan". Karena itu, argumentasi mereka
dalam berhubungan dengan pihak luar juga berorientasi lapangan.
"Mereka tidak punya pakar komunikasi, sehingga selalu gamang dalam
berkomunikasi. Jangankan dengan konsumen, dengan DPR saja mereka
gamang," tuturnya.

   Kelemahan diplomasi itu mengakibatkan BP Migas rawan dituntut
pihak lain secara hukum. Sekarang ini, misalnya, BP Migas berisiko
terancam diajukan ke proses arbitrase jika mereka tidak bisa memenuhi
kontrak penjualan gas alam cair (LNG) kepada pembeli di Jepang,
Korsel, dan Taiwan.

   Risiko itu tertoreh menyusul pengurangan pasokan oleh produsen gas
ke PT Badak selaku perusahaan pengolah LNG di Bontang, Kaltim, tanpa
diiringi pengaturan pembelian gas dari sumber-sumber lain.

   "Produksi gas PT Badak memang terus berkurang. Apalagi nanti
produksi mereka juga disalurkan ke Jawa sebagaimana tercermin lewat
proyek pipanisasi gas yang dimenangi oleh Bakrie Group," kata Catur.

   Sementara itu, Presdir Chevron Indonesia Suwito Anggoro
mengatakan, sebagai produsen, pihaknya akan memasok gas ke PT Bontang
sesuai kemampuan. "Tapi kalau produksi mengalami penurunan,
penanganannya berada di tangan BP Migas agar komitmen penjualan kepada
pembeli di luar negeri tetap terpenuhi," katanya.

   Suwito menyebutkan, produsen yang memasok gas ke PT Badak di
Bontang terdiri dari Pertamina dan beberapa kontraktor bagi hasil,
seperti Total dan Vico. Dengan itu, jika pasokan dari Chevron
berkurang, kekurangan dapat dipenuhi dari sumber lain. "Pasokan
Chevron sendiri hanya sebesar 7 persen. Karena itu, pengurangan
pasokan ini seharusnya tidak berdampak terhadap komitmen kepada
pembeli," ujarnya. (Yudhiarma)

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke