Iman,
 
Terima kasih atas responnya.
 
Ngrayong yang dianggap shelf terselip di antara dua satuan batuan Wonocolo (neritik luar-bathyal atas) dan Tawun (neritik luar-bathyal atas) pernah dikomentari Lunt (1991) sebagai tak mungkin bahwa Ngrayong shelf, sebab ia relatif tipis diapit dua satuan batuan yang lebih dalam.
 
Konsep2 yang dikembangkan Lunt (1991) pernah diuji oleh satu dua sumur yang dibor JOB Trend/Santa Fe Tuban antara tahun 1991-1993, sayang sumurnya gagal menemukan deposit Ngrayong tersebut. Apakah konsep ini berarti gagal ? Belum tentu sebab pengujiannya belum cukup, Saat itu Trend sibuk dengan lapangan yang baru ditemukannya, yaitu Mudi. Konsep2 yang dikembangkan Ardhana (1993) sampai saat ini belum mendapatkan pengujian. Ardhana (1993) mengevaluasi secara komprehensif Ngrayong di seluruh Jawa Timur. Beberapa konsepnya memang pernah diacu oleh teman2 Santos saat mencari deepwater Ngrayong di Selat Madura. Sulit sekali mencarinya, sumur yang dibor Santos pun gagal menemukan deposit Ngrayong. Di wilayah slope, sand biasa ter by-pass, berharap menemukan submarine channel yang confined tak selalu gampang, apalagi data seismik tak menunjang.
 
Boleh dikatakan konsep2 Lunt (1991) dan Ardhana (1993) belum berhasil dan belum mendapatkan pengujian yang layak.
 
Kapan-kapan kalau para geologist berkumpul khusus membicarakan Ngrayong ini, saya berharap Iman dapat aktif mengambil bagian.
 
salam,
awang

--- On Tue, 9/9/08, iman firman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: iman firman <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate Continues
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], "'IAGI'" <iagi-net@iagi.or.id>, "'Geo Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Forum HAGI'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi BPMIGAS'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Iwan rudiyanto'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eddy Purnomo'" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tuesday, September 9, 2008, 8:32 AM

Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Pak Awang atas apresiasinya terhadap makalah yang Saya dan Pak djuhaeni tulis.

 

Sebenarnya sumur-sumur yang saya tampilkan pada makalah kemarin tidak utuh dari MD 0 sampai ke total depth, yang saya tampilkan adalah hanya pada interval yang saya definisikan sebagai Formasi Ngrayong saja, definisi Formasi Ngrayong-nya sendiri saya simpulkan dari beberapa peneliti terdahulu yang mungkin masuk ke dalam kelompok satu (menurut Pak Awang), seperti Pringgoprawiro (1983). Pada sumur2 tersebut, di atas Formasi Ngrayong dan Bulu terdapat Formasi Wonocolo yang berdasarkan foram bentonik, sebagian menunjukkan lingkungan yang lebih dalam dari Formasi Ngrayong, yaitu neritik luar – Bathiyal Atas. Demikian pula pada bagian bawah dari Formasi Ngrayong, yaitu Formasi Tawun atau Tuban, berdasarkan foram bentonik, sebagian juga menunjukkan lingkungan yang lebih dalam dari Formasi Ngrayong, yaitu neritik luar – Bathiyal Atas. Sehingga, sebenarnya saya tidak menampikkan adanya endapan laut dalam pada daerah cepu, namun di sini saya mengeluarkannya atau memberikan penamaan yang berbeda (bukan sebagai Ngrayong).

Dari situ saya menyimpulkan juga bahwa Formasi Ngrayong diendapkan pada batimetri yang paling dangkal (dibandingkan dengan atas dan bawahnya), didukung oleh rasio planktonik bentonik yang kecil dan juga jumlah populasi foram planktonik dan bentonik yang menurun, tentunya ini mendukung pendapat bahwa Ngrayong diendapkan pada fase regresi. Secara teoritis jumlah populasi foram akan semaik sedikit jika batimetrinya semakin dangkal.

 

Melalui paper tersebut saya sebenarnya tidak bermaksud untuk menyaingi pendapat-pendapat yang sebelumnya sudah ada, tentunya konsep Peter Lunt dan Wayan Ardhana sudah menghasilkan hidrokarbon yang cukup banyak selama ini. Dari sisi ilmiah saya hanya ingin mengingatkan kembali bagaimana sebenarnya suatu satuan batuan dapat dikelompokkan berdasarkan litostratigrafi dan bagaimana kaitannya dengan kronostratigrafi. Sedangkan dari sisi eksplorasi, mungkin saja ini dapat dijadikan suatu pendekatan baru dalam mencari hidrokarbon. Mungkin perlu juga kita mendengar pendapat teman-teman lainnya khususnya yang spesifik mengerjakan eksplorasi daerah Cepu, mungkin berdasarkan data2 yang lebih baru akan ada pendapat-pendapat baru lagi. Ayo teman-teman ditunggu pendapatnya.

 

 

Salam,

 

Iman Firman S.

Staf G&G Divisi Eksplorasi

Aset Musi Benakat

ptm2

Menara Standard Chartered, lantai 23

Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164

Jakarta 12950

Telp : (021)5789-3452

 

 

 

 

From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, September 09, 2008 1:08 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Fw: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate Continues

 

Sdr. Iman dan Pak Djuhaeni,

 

Sekedar info diskusi saya di milis.

 

salam,

awang

--- On Tue, 9/9/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Ngrayong Sandstones - Shelf versus Deepwater : the Debate Continues
To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tuesday, September 9, 2008, 12:59 AM

Para geologist yang pernah bekerja di Cekungan Jawa Timur mengenal perdebatan ini : Ngrayong sebagai endapan paparan (shelf) dan Ngrayong sebagai endapan lautdalam (deepwater/deep marine). Tidak akan jadi perdebatan kalau yang dimaksud adalah unit Ngrayong di dua tempat sebab wajar saja di satu tempat yang lebih dekat ke darat Ngrayong sebagai endapan paparan, dan di tempat lain yang lebih jauh dari darat Ngrayong sebagai endapan lautdalam. Masalahnya adalah, untuk satu tempat yang sama yaitu di wilayah Cepu, Ngrayong telah ditafsirkan secara berbeda : shelf deposits atau deepwater deposits (?). Lalu persoalan ini makin meluas sebab perdebatan di Cepu itu telah dibawa ke mana-mana di seluruh Cekungan Jawa Timur.

 

Dua school of thought berkembang : (1) shelf Ngrayong dan (2) deepmarine Ngrayong.

 

Kelompok pertama boleh kita sebut sebagai pandangan klasik. bahwa Ngrayong di Cepu adalah endapan laut dangkal atau paparan telah dianut sejak para geologist Belanda bekerja di sini sampai disertasi-disertasi doktor yang memasukkan Ngrayong sebagai bahan penelitiannya (Harsono Pringgoprawiro, 1983; Abdul Muin, 1985; Djuhaeni, 1994). Pak Abdul Muin sekarang Wakil Kepala BPMIGAS. Saat Pak Muin pertama datang ke BPMIGAS tahun 2003, saya sempat ngobrol dengan beliau soal perdebatan Ngrayong ini. Dengan Pak Djuhaeni (ITB) tentu saya pun suka ngobrol sambil lalu masalah Ngrayong ini. Kelompok pertama ini mendapat sokongan dari geosaintis Exxon, misalnya Johnstone dkk., (2006).

 

Kelompok kedua boleh kita sebut diwakili oleh Peter Lunt dan Wayan Ardhana, saat mengemukakan pendapatnya bahwa Ngrayong di Cepu adalah endapan lautdalam (Lunt, 1991; Ardhana, 1993), keduanya adalah geologist JOB Pertamina-Trend Tuban. Peter Lunt dan Wayan saat ini keduanya konsultan bebas. Saya cukup intensif berhubungan dengan Peter Lunt saat ia masih di Indonesia bekerja untuk Coparex dan Lundin. Dua minggu lalu saya bertemu Pak Wayan di PIT IAGI Bandung .

 

Kesimpulan saya ngobrol dengan “tokoh2 Ngrayong” ini menyimpulkan : mereka tetap berpendapat sesuai kelompoknya. Nah : the debate continues…

 

Mengapa saya tiba-tiba mengulas soal Ngrayong ini ? Sebab dua minggu lalu di PIT IAGI Bandung ada satu paper dan presentasi menarik dari kelompok pertama, ditulis dan dipresentasikan dengan baik oleh Iman Sjamsuddin (Pertamina EP) dengan co-author Pak Djuhaeni (paper ini adalah tesis master Iman, Pak Djuhaeni adalah pembimbingnya). Judul paper Iman dan Djuhaeni (2008) “Biostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan Formasi Ngrayong di Cepu”. Paper ini adalah paper kedua yang menantang Ardhana (1993) setelah Johnstone dkk. (2006) untuk pertama kalinya menantang pemikiran Ardhana (1993).

 

Maka, empat paper kunci untuk memahami problem Nrayong tersedia : Lunt (1991 – PIT IAGI, Jakarta : Neogene geological history of East Java – some unusual aspects of stratigraphy), Ardhana (1993 – PIT IPA, Jakarta : A depositional model for the early Middle Miocene Ngrayong Formation and implications for exploration in the East Java Basin), Johnstone dkk.(2006 : A revised sequence stratigraphic and depositional interpretation for the Miocene clastic interval in the Cepu region, East Java Basin, Proceedings Simposium Jakarta2006), dan Sjamsuddin dan Djuhaeni (2008, PIT IAGI, Bandung : Biostratigrafi dan Lingkungan Pengendapan Formasi Ngrayong di Cepu). Sebenarnya ada satu dua paper dipublikasi geosaintis Exxon Cepu di simposium Geoscience Jakarta 2006, tetapi tak spesifik membahas perdebatan soal Ngrayong itu.

 

Saya kutipkan kesimpulan paper terbaru soal Ngrayong ini dari Sjamsuddin dan Djuhaeni (2008)  << Lingkungan tempat diendapkannya Formasi Ngrayong sampai saat ini masih diperdebatkan. Penelitian mengenai lingkungan pengendapan Formasi Ngrayong dengan menggunakan data yang komprehensif, antara lain biostratigrafi dan litostratigrafi, akan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai batas interval, umur serta lingkungan pengendapan dari Formasi Ngrayong, khususnya di daerah Cepu. Formasi Ngrayong di daerah Cepu dibatasi oleh batugamping Formasi Bulu pada bagian atas dan batugamping Formasi Tawun pada bagian bawah, serta terdiri dari tiga kelompok fasies, yaitu fasies batupasir, batugamping dan serpih. Formasi Ngrayong pada daerah Cepu diendapkan pada lingkungan paparan. Pengendapan Formasi Ngrayong ditafsirkan berhenti pada lingkungan paparan 100 – 200 m atau zona neritik luar, setelah itu berkembang endapan batulanau dan serpih Formasi Tawun hingga lingkungan bathyal. Rasio batupasir – serpih dari Formasi Ngrayong di daerah Cepu relatif semakin menurun ke arah selatan seiring dengan perubahan zona batimetri ke arah yang lebih dalam. Dominasi fosil laut dangkal terhadap fosil laut dalam pada sumur Cepu-1 ditafsirkan bahwa telah terjadi proses badai pada pengendapan Formasi Ngrayong di daerah Cepu. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa endapan di daerah Cepu yang berada pada kisaran N9 – N12 tidak seluruhnya berkembang Formasi Ngrayong, namun sebagian diendapkan Formasi Tawun yang diendapkan pada lingkungan bathyal dengan indikasi telah terjadi proses turbidit. Sementara Formasi Ngrayong di daerah Cepu diendapkan pada lingkungan paparan dengan indikasi proses badai. >>

 

Johnstone dkk (2006) dari ExxonMobil dan Esso yang bekerja di Cepu berpendapat bahwa Ngrayong adalah endapan delta dan laut dangkal, dan bukan endapan lautdalam. Ngrayong menurut mereka merupakan urutan  prograding fluvio-deltaic lowstand systems, dan deltaic serta shallow-marine transgressive systems. Suatu second-order eustatic fall pada Miosen Tengah (Serravallian dan Tortonian) bertanggung jawab untuk membawa mature quartzose clastics ke wilayah Cepu melalui lowstand fluvio-deltaic systems. Delivery-nya dilakukan melalui incised feeder channels. Lowstand systems tract ini  ditutupi oleh backstepping (retrogradational) parasequence set di lingkungan paparan dan berciri transgressive systems tract. 

 

Saya kutipkan sedikit kesimpulan paper Ardhana (1993). << The Ngrayong Formation represents a complete regressive-transgressive sedimentary cycle which ranges from coarse-grained sandy clastics in the lower part grading to fine-grained clastics and limestones

towards the top. Within the study area, the Ngrayong is shown to comprise five principal sedimentary facies. These are tidally-influence cross-bedded sandstones, sandy turbidites, contourites, hemipelagic mudstones and bioclastic carbonates which are locally reefal.

Cross-bedded sandstones, capped by thin bioclastic carbonates are widely distributed in the shelf and upper slope area that outcrops in the northern part of the study area. The contemporaneous turbidites, contourites and hemipelagic mudstones were deposited

on the lower slope and in the deep basin to the south. The distribution of the turbidites is localized being found mainly in submarine fans and channels. The sandy turbidite facies have been the most productive and forms the primary exploration target. >>

 

Saya kutipkan kesimpulan paper Lunt (1991) <<The Middle Miocene Ngrayong sandstone is interpreted as deepmarine deposit, contrary to the eastablished view that it is a fluvio-deltaic or beach related sediment. Erosional unconformity is identified close to the end of the Miocene that is also deepmarine in many places. A link is suggested between the submarine currents necessary to produce the deepmarine unconformity and the traction currents needed to produce the sedimentary structures in the earlier Ngrayong sandstone>>

 

Silakan paper-paper tersebut dipelajari lagi dan putuskan mana yang lebih mendekati kebenaran. Boleh saya simpulkan bahwa saat ini bandul tengah berpihak kepada kelompok pemikiran pertama : bahwa Ngrayong di Cepu adalah endapan paparan, dan bukan lautdalam. Pembela bahwa Ngrayong lautdalam sudah lama tak mengeluarkan publikasi terbarunya. 

 

Sayangnya, type section Ngrayong belum didefinisikan secara resmi, meskipun orang banyak datang ke Ngepon atau antiklin Lodan di utara Cepu kalau mau melihat dan mempelajari singkapan Ngrayong. Status formasi Ngrayong pun belum jelas, apakah ia memang formasi, atau anggota saja. Van Bemmelen (1949) menulis Ngrayong sebagai “Ngrajong horizon of brown quartz sandstones” within the Wonocolo.

 

Asal kuarsa di Ngrayong pun menarik sebab banyak spekulasinya. Pandangan klasik adalah bahwa ia datang dari Karimun Jawa High, ada juga yang bilang bahwa ia dari Kalimantan sebab hampir seumur dengan Formasi Balikpapan yang juga kaya kuarsa. Beberapa paper terbaru dari Smyth et al. (2003, 2005 –Proceedings IPA) menulis bahwa asal kuarsa tak mesti dari kontinen granitik, ia bisa lokal dari hasil volkanisme tipe erupsi Plinian.

 

Nah, para geologist East Javanist sungguh tak akan kehabisan problem atau misteri untuk dipecahkan. Itu baru dari Ngrayong saja, ada masalah juga dengan Kerek yang tak kalah menarik, atau Mundu-Selorejo dari Selat Madura-Cepu - satu-satunya globigerinid sandstones/limestones produktif di Indonesia.

 

Salam,

awang

 


NOTE: The information contained in this e-mail is intended only for the use of the individual or entity named above and may contain information that is privileged, confidential and exempt from disclosure under applicable law. If you are not the intended party to receive the message and its attachment(s), you are hereby notified that any dissemination, distribution or copy of the message is strictly prohibited. Please immediately notify the sender and delete the message as soon as possible. Thank you for kind attention.

CATATAN: Email yang terkirim melalui PT. PERTAMINA EP bersifat pribadi dan mungkin rahasia. Jika secara tidak sengaja Anda menerima surat elektronik ini, mohon maaf. Sekiranya berkenan, mohon untuk memberitahu kepada pihak pengirim akan kekhi lafannya serta menghapus suratnya. Terima kasih atas perhatian Anda.


Kirim email ke