Pak Awang,

Tolong ulas juga bila berkenan buku "Perjalanan Akbar RAS ADAM" karangan Agus 
Haryo Sudarmojo, Penerbit Mizania, Cetakan 1 : September 2009. Pak Priyono 
Kepala BPMIGAS turut memberikan sambutan dalam buku tersebut.

Salam,
Setiabudi

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Wednesday, March 10, 2010 7:52 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah

Saat ada seminar Atlantis di TMII yang diorganisasi PT Ufuk Publishing bulan 
lalu, ada seorang peserta yang menanyakan hal persis yang ditanyakan Pak Ukat. 
Prof. Truman Simanjuntak, ahli arkeologi senior, dan saya menjawab : seluruh 
hominid dan manusia purba lebih tua daripada Nabi Adam. Jawaban ini tentu 
didasarkan kepada pohon evolusi manusia; manusia yang kita kenal sekarang 
adalah puncak evolusi. Harap diperhatikan, evolusi dalam pengertian sekarang 
tak selalu melibatkan gradualisme tetapi saltation -loncatan-loncatan sejenak 
dalam kemajuan evolusi.

Diskusi antara evolusi dan hubungannya dengan manusia sekarang yang menurut 
agama-agama samawi didahului oleh Nabi Adam selalu menimbulkan perdebatan pro 
dan kontra, di milis ini pun seringkali begitu. Sebuah buku baru karya ilmuwan2 
Indonesia baru saja diterbitkan, saya baru memperolehnya dari seorang teman, 
"Sangiran Menjawab Dunia". Menjawab apa ? Menjawab perdebatan evolusi. Nanti 
akan saya ulas bila telah selesai membacanya.

salam,
Awang

--- Pada Rab, 10/3/10, anoms...@gmail.com <anoms...@gmail.com> menulis:


Dari: anoms...@gmail.com <anoms...@gmail.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 10 Maret, 2010, 7:08 AM


Harusnya ada jawabannya pak, dengan menyelaraskan agama dan sains. Ini yg harus 
hati2

Sent from Warnet deket rumah

-----Original Message-----
From: ukat.suka...@eniindonesia.co.id
Date: Wed, 10 Mar 2010 06:59:22
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Mana yah yang lebih tua, manusia purba atau Nabi Adam?

Salam,
us






Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
03/10/2010 04:05 AM
Please respond to iagi-net


        To:     iagi-net@iagi.or.id
        cc:
        Subject:        Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan 
Hunian Prasejarah


Pak Oki,

Terima kasih infonya; yang di Ayamaru jelas ada dan telah menjadi daerah
penelitian paleoantropologist Juliette Pasveer yang publikasinya saya
kutip (jurnal Modern Quaternary Research in SE Asia No. 17). Yang di Onin
seperti yang Pak Oki sebutkan adalah sesuai dugaan saya sebab batugamping
Kais sama-sama terangkat di wilayah itu sehingga wajar sekali menjadi gua
kars yang pernah dihuni manusia purba, apalagi lokasinya di pantai yang
sering menjadi area pertama migrasi manusia. Dua wilayah lain yang mesti
dicurigai adalah gamping Kais di Misool (yang membentuk "geantiklin"
Misool-Onin) dan Lengguru Belt. Info dari Pak Oki akan saya teruskan ke
teman-teman saya para paleoantropologist.

salam,
Awang

--- Pada Sel, 9/3/10, oki musakti <geo_musa...@yahoo.com> menulis:


Dari: oki musakti <geo_musa...@yahoo.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 9 Maret, 2010, 11:01 PM


Pak Awang,
Waktu saya ikut naik rig di sumur Ubadari 2 (Jaman merumput di Arco dulu),
pernah diceletuki oleh John Salo yang jadi ops geo (atau oleh co-man ya?)
diajak untuk jalan-jalan ke pantai.
Katanya dekat-dekat situ ada gua prehistoric cave yang ada jejak-jejak
manusia purba.

Kemungkinan lokasi yang yang beliau maksud adal di dataran karst Onin,
disebelah selatan sumur dan bukannya di Ayamaru.

Sayang, sampai ahir waktu saya di rig, tidak dapat kesempatan untuk kabur
ke gua tersebut.

Salam
Oki



--- On Tue, 9/3/10, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> wrote:

From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Subject: [iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
To: "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>, "Geo Unpad"
<geo_un...@yahoogroups.com>, "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI"
<fo...@hagi.or.id>
Received: Tuesday, 9 March, 2010, 3:41 PM

Bekas-bekas hunian manusia prasejarah (purba) yang punya industri perkakas
batu ditemukan di banyak tempat di Jawa, terutama di Pegunungan Sewu,
Pacitan. Begitu banyaknya artefak berupa perkakas batu pernah ditemukan di
sini, sehingga menghasilkan istilah-istilah tertentu seperti kebudayaan
Pacitanian atau industri Kali Baksoko. Kali Baksoko adalah sebuah kali di
wilayah ini tempat ditemukannya banyak artefak.

Itu di Jawa, tempat paling banyak ditemukannya artefak perkakas batu.
Kelihatannya saat bermigrasi dulu, para penghuni pertama negeri kita
memilih Jawa sebagai pangkalan terakhirnya. Pemikiran ini disebabkan
begitu banyaknya artefak ditemukan di Jawa, juga penemuan fosil-fosil
tulang hominid atau manusia purba. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa
beberapa generasi manusia purba ini kemudian dari Jawa bermigrasi ke timur
ke Nusa Tenggara bahkan sampai Australia.

Bagaimana dengan penemuan-penemuan arkeologi di pulau paling timur
Indonesia : Papua, jarang sekali terdengar berita-berita tentang itu.
Padahal, bila situs-situs hunian manusia purba banyak terdapat di
topografi kars berupa gua-gua batugamping, seperti di Gua Pawon,
Padalarang dan banyak sekali situs-situs arkeologi di gua-gua di
Pegunungan Sewu, Pacitan; maka Papua dari segi tutupan batuan
batugampingnya adalah kawasan yang paling luas di Indonesia (lihat
publikasi Sukamto, 2000 tentang geologi regional Indonesia).

Mengapa jarang terdengar penemuan arkeologi di Papua ? Ada dua kemungkinan
: (1) manusia purba memang sedikit sekali bermigrasi ke Papua dan (2)
penelitian arkeologi jarang sekali dilakukan di Papua. Saya yakin alasan
nomor dualah yang paling mungkin sebagai penyebabnya. Mengapa ? Di Papua
Nugini (Papua New Guinea, PNG)) dilaporkan penemuan beberapa situs hunian
manusia purba, terutama di kawasan pantai utaranya. Ini artinya bahwa
Papua (Indonesia) mestinya pernah dilewati manusia purba ini dalam
migrasinya dan bisa saja sebagian dari mereka pernah menetap di gua-gua
Papua yang banyak terdapat.

Penelitian-peneltian arkeologi untuk Papua, baik dilakukan oleh ahli-ahli
nasional maupun dari mancanegara terbilang sangat sedikit bila
dibandingkan penelitian-penelitian sejenis di area Indonesia Barat dan
terutama Jawa. Misalnya, buku bagus, terbaru dan komprehensif tentang
prasejarah Indonesia yang ditulis oleh ahli arkeologi terkenal Peter
Bellwood (2000) ?diterjemahkan oleh PT Gramedia, hanya sedikit membahas
prasejarah Papua; memang Belwood mengkhsuskan dirinya meneliti arkeologi
Asia Tenggara dan terutama wilayah Indo-Malaya.

Sebenarnya, aspek prasejarah Papua bisa sangat menarik sebab beberapa
situs arkeologi telah ditemukan sampai ketinggian 4000 meter, yaitu di
gua-gua gamping yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua (Central Ranges
of Papua) seperti dilaporkan oleh Hope dan Hope (1976 ? Man on Mt. Jaya,
AA Balkema-Rotterdam). Tahun 1971-1973, Ekspedisi Australia-Indonesia
untuk Gletsyer Carstenz di ketinggian 4000 meter pada tempat bernama
Mapala Rockshelter menemukan tulang-tulang, artefak batu, abu dan
cangkang-cangkang kerang. Saat ditera, artefak tersebut menghasilkan umur
5440 tahun yang lalu (tyl). Hope dan Hope (1976) berdasarkan analisis
palinologi di Ijomba Bog, masih di kawasan Pegunungan Tengah,  juga
menyimpulkan bahwa pada 10.500 tyl, ada manusia purba di kawasan ini yang
membuka hutan dengan membakarnya. Pembukaan hutan yang lebih tua dengan
cara membakarnya juga ditemukan di Lembah Baliem yang sisa-sisanya
menunjukkan umur 32.000 tyl (Haberle et al.,
1991 ? Biomass burning in Indonesia and PNG ?fossil record, jurnal
Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 171).

Situs arkeologi tertua di pulau Papua (termasuk PNG) masih dipegang oleh
sebuah gua di pantai utara PNG di Semenanjung Huon dengan artefak-artefak
yang ditemukannya berumur 40.000 tyl (Groube et al. 1986 -40,000 year
human occupation site-PNG, Nature 324).

Sekarang kita lihat kawasan Papua paling barat yang sering disebut sebagai
Kepala Burung. Penelitian terbaru dari ahli arkeologi Juliette Pasveer
(2004 ?The Djief hunters : 26,000 years of rainforest exploitation on the
Bird's Head of Papua, Modern Quaternary Research in SE Asia 17) menemukan
hunian manusia purba berumur Plistosen-awal Holosen di kawasan kars
batugamping Kais di Ayamaru.

Kawasan topografi kars Ayamaru terbentuk sejak Pliosen setelah Sesar
Sorong secara aktif mulai memengaruhi Cekungan Salawati pada Mio-Pliosen.
Sesar besar ini telah menjungkirbalikkan Cekungan Salawati sedemikian rupa
sehingga deposenter cekungan ini pindah dari sebelumnya di sebelah selatan
menjadi di sebelah utara sampai barat (Satyana, 2001, Dynamic Response of
the Salawati Basin, Eastern Indonesia to the Sorong Fault Tectonism :
Example of Inter-Plate Deformation : Proceedings PIT IAGI ke- 30, p.
288-291). Akibat pembalikan ini, maka secara isostatik bagian selatan
(Misool) dan bagian timur (Ayamaru) cekungan terangkat, menyingkapkan
batugamping Kais. Lalu kemudian, singkapan batugamping Kais di Misool dan
Ayamaru mengalami pelapukan dan erosi menghasilkan kawasan topografi kars
seperti terlihat sekarang. Pada Plistosen Atas manusia purba mulai
bermigrasi ke Papua melalui dua jalan, dari sebelah barat (Halmahera)
(Belwood et al., 1998) atau dari
sebelah selatan (Australia dan Aru) (Pasveer, 2007).

Plato Ayamaru, yang membentuk topografi kars (foto udaranya bisa dicek di
google), terletak di bagian tengah Kepala Burung. Plato ini terangkat
sampai saat ini ketinggiannya sekitar 350 meter di atas muka laut. Di
dalam Plato Ayamaru terdapat tiga buah danau dangkal yang saling
berhubungan. Satu danau terbentuk pada mid-Holosen, dua yang lain lebih
tua lagi. Saat ini, penyebaran penduduk Ayamaru terkonsentrasi di sekitar
ketiga danau ini.

Situs arkeologi di Plato Ayamaru ditemukan di dua gua yang berkembang tak
jauh dari ketiga danau itu. Kedua gua itu adalah Gua Kria dan Gua Toe yang
terpisah sejauh 12 km.

Gua Kria mempunyai sedimen setebal dua meter dengan stratigrafi yang tak
terganggu deformasi. Pasveer (2004) membagi sedimen ini menjadi lima
satuan hunian (occupation unit). Setiap satuan sedimen mengandung
artefak-artefak berupa perkakas terbuat dari tulang dan batu, sisa-sisa
hewan (terutama walabi hutan, di samping cangkang-cangkang moluska).
Lapisan-lapisan itu dibedakan berdasarkan kuantitas artefak yang
ditemukan. Umur lapisan-lapisan dari terbawah sampai teratas adalah
sekitar 8000-1840 tyl. Di lapisan teratas sedikit ditemukan artefak dan
sisa hewan, tetapi ditemukan bekas-bekas manusia yang dikubur. Tidak ada
tanda-tanda bahwa penduduk Ayamaru masih menggunakan gua tersebut sebagai
kuburan.

Gua Toe berisi sedimen setebal 140 cm yang oleh Pasveer (2004) dibagi
menjadi dua satuan. Stratigrafi sedimen agak kompleks karena lantai gua
miring dan terdapat bekas nendatan (slump) atau runtuhan. Satuan sedimen
bawah berumur  paling tua 26.000 tyl (Plistosen) mengandung perkakas batu
dan sisa hewan yang lebih memfosil dibandingkan satuan sedimen atas.
Satuan sedimen atas yang umur paling mudanya sampai 3000 tyl mengangdung
lebih banyak perkakas batu dan sisa-sisa hewan. Berdasarkan studi
paleontologi dan zoologi, hewan Plistosen penghuni Gua Toe mestinya
sejenis hewan yang saat ini hidup di ketinggian 1000 meter. Lalu mengapa
mereka ditemukan di ketinggian yang jauh lebih rendah seperti Ayamaru (+
350 meter) ?

Unit berumur Plistosen di Gua Toe ternyata menceritakan beberapa kisah
menarik tentang perubahan iklim setelah the Last Glacial Maximum. Periode
Last Glacial Maximum ini terjadi sekitar 26.000 tyl. Selama periode ini
temperatur menurun drastis. Hewan-hewan yang biasa hidup di ketinggian
+1000 m melakukan penyesuaian dengan cara menuruni lereng mencari tempat
yang relatif lebih hangat, maka mereka turun sampai wilayah Ayamaru (+350
m). Zone-zone vegetasi yang biasa ditemukan di kawasan lereng-puncak pun
turun sampai kaki pegunungan. Temperatur menghangat kembali sekitar
12.000-10.000 tyl dan telah menyerupai kondisi sekarang.

Demikian sedikit kisah prasejarah manusia purba di Papua dan Kepala Burung
yang jumlah penelitiannya masih sangat langka. Ditunjukkan pula bagaimana
geologi dan paleoklimatologi dapat membantu analisis kawasan hunian
manusia prasejarah bersama spesies-spesies fauna dan flora yang sezaman.

Hanya dua gua di Plato Ayamaru yang baru diselidiki prasejarahnya, padahal
begitu banyak gua yang terbentuk di plato kars gamping ini. Kita pun sama
sekali belum melihat kars topografi batugamping Kais di Pulau Misool dan
Semenanjung Onin yang pada Mio-Pliosen kedua wilayah ini sama-sama
terangkat sebagai kompensasi isostatik saat bagian utara Cekungan Salawati
makin tenggelam.

Masih banyak sekali yang tersembunyi yang belum diketahui orang tentang
Papua. Papua adalah paradise untuk penelitian, seperti kata Edward O.
Wilson, ahli biologi terkenal,

"Papua has lasted into the twenty-first century as largely a blank space
on the map, and we will do well to treasure it for that."

Papua : sebuah tantangan !

Salam,
Awang


      Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi
Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/





      Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka
browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer





      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke