semoga ada manfaatnya
________________________________

Bila Orang Lain Berbuat Salah 

________________________________

KH. Abdullah Gymnastiar 

Orang yang pasti tidak nyaman dalam keluarga, orang yang pasti tidak
tentram dalam bertetangga, orang yang pasti tidak nikmat dalam bekerja
adalah orang-orang yang paling busuk hatinya. Yakinlah, bahwa semakin
hati penuh kesombongan, semakin hati suka pamer, ria, penuh kedengkian,
kebencian, akan habislah seluruh waktu produktif kita hanya untuk
meladeni kebusukan hati ini. Dan sungguh sangat berbahagia bagi
orang-orang yang berhati bersih, lapang, jernih, dan lurus, karena
memang suasana hidup tergantung suasana hati. Di dalam penjara bagi
orang yang berhati lapang tidak jadi masalah. Sebaliknya, hidup di tanah
lapang tapi jikalau hatinya terpenjara, tetap akan jadi masalah. 

Salah satu yang harus dilakukan agar seseorang terampil bening hati
adalah kemampuan menyikapi ketika orang lain berbuat salah. Sebab, istri
kita akan berbuat salah, anak kita akan berbuat salah, tetangga kita
akan berbuat salah, teman kantor kita akan berbuat salah, atasan di
kantor kita akan berbuat salah karena memang mereka bukan malaikat.
Namun sebenarnya yang jadi masalah bukan hanya kesalahannya, yang jadi
masalah adalah bagaimana kita menyikapi kesalahan orang lain. 

Sebetulnya sederhana sekali tekniknya, tekniknya adalah tanya pada diri,
apa sih yang paling diinginkan dari sikap orang lain pada diri kita
ketika kita berbuat salah?! Kita sangat berharap agar orang lain tidak
murka kepada kita. Kita berharap agar orang lain bisa memberitahu
kesalahan kita dengan cara bijaksana. Kita berharap agar orang lain bisa
bersikap santun dalam menikapi kesalahan kita. Kita sangat tidak ingin
orang lain marah besar atau bahkan mempermalukan kita di depan umum.
Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin agar hukuman itu dijatuhkan
dengan adil dan penuh etika. Kita ingin diberik kesempatan untuk
memperbaiki diri. Kita juga ingin disemangati agar bisa berubah. Nah,
kalau keinginan-keinginan ini ada pada diri kita, mengapa ketika orang
lain berbuat salah, kita malah mencaci maki, menghina, memvonis,
memarahi, bahkan tidak jarang kita mendzalimi?! 

Ah, Sahabat. Seharusnya ketika ada orang lain berbuat salah, apalagi
posisi kita sebagai seorang pemimpin, maka yang harus kita lakukan
adalah dengan bersikap sabar pangkat tiga. Sabar, sabar, dan sabar.
Artinya, kalau kita jadi pemimpin, dalam skala apapun, kita harus siap
untuk dikecewakan. Mengapa? Karena yang dipimpin, dalam skala apapun,
kita harus siap untuk dikecewakan. Mengapa ? Karena yang dipimpin
kualitas pribadinya belum tentu sesuai dengan yang memimpin. Maka,
seorang pemimpin yang tidak siap dikecewakan dia tidak akan siap
memimpin. 

Oleh karena itu, andaikata ada orang melakukan kesalahan, maka sikap
mental kita, pertama, kita harus tanya apakah orang berbuat salah ini
tahu atau tidak bahwa dirinya salah? Kenapa ada orang yang berbuat salah
dan dia tidak mengerti apakah itu suatu kesalahan atau bukan. Contoh
yang sederhana, ada seorang wanita dari desa yang dibawa ke kota untuk
bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika hari-hari pertama bekerja,
dia sama sekali tidak merasa bersalah ketika kran-kran air di kamar
mandi, toilet, wastafel, tidak dimatikan sehingga meluber terbuang
percuma, mengapa? Karena di desanya pancuran air untuk mandi tidak ada
yang pakai kran, di desanya tidak ada aturan penghematan air, di desanya
juga tidak ada kewajiban membayar biaya pemakaian air ke PDAM, sebab di
desanya air masih begitu melimpah ruah. Tata nilai yang berbeda membuat
pandangan akan suatu kesalahan pun berbeda. Jadi, kalau ada orang yang
berbuat salah, tanya dululah, dia tahu tidak bahwa ini sebuah kesalahan.


Lalu, kalau dia belum tahu kesalahannya, maka kita harus memberi tahu,
bukannya malah memarahi, memaki, dan bahkan mendzalimi. Bagaimana
mungkin kita memarahi orang yang belum tahu bahwa dirinya salah, seperti
halnya, bagaimana mungkin kita memarahi anak kecil yang belum tahu tata
nilai perilaku orang dewasa seumur kita? Misal, di rumah ada pembantu
yang umurnya baru 24 tahun, sedangkan kita umurnya 48 tahun, hampir
separuhnya. Bagaimana mungkin kita menginginkan orang lain sekualitas
kita, sama kemampuannya dengan kita, sedangkan kita berbuat begini saja
sudah rentang ilmu begitu panjang yang kita pelajari, sudah rentang
pengalaman begitu panjang pula yang kita lalui. 

Sebuah pengalaman, dulu ketika pulang sehabis diopname beberapa hari di
rumah sakit karena diuji dengan sakit. Saat tiba di rumah, ada kabar
tidak enak, yaitu omzet toko milik pesantren menurun drastis! Meledaklah
kemarahan, "Kenapa ini santri bekerja kok enggak sungguh-sungguh? Lihat
akibatnya, kita semua jadi rugi! Pimpinan sakit harusnya berjuang
mati-matian!". 
Tapi alhamdulillah, istri mengingatkan, "Sekarang ini Aa umur 32 tahun,
santri yang jaga umurnya 18 tahun. Bedanya saja 14 tahun, bagaimana
mungkin kita mengharapkan orang lain melakukan seperti apa yang mampu
kita lakukan saat ini, sementara dia ilmunya, kemampuannya, dan juga
pengalamannya masih terbatas?! Mungkin dia sudah melakukan yang terbaik
untuk seusianya. Bandingkan dengan kita pada usia yang sama, bisa jadi
ketika kita berumur 18 tahun, mungkin kita belum mampu untuk jaga toko".
Subhanallah, pertolongan ALLAH datang dari mana saja. Oleh karena itu,
kalau melihat orang lain berbuat salah, lihat dululah, apakah dia ini
tahu atau tidak bahwa yang dilakukannya ini suatu kesalahan. Kalau toh
dia belum tahu bukannya malah dimarahi, tapi diberi tahu kesalahannya,
"De', ini salah, harusnya begini". 

Maka tahap pertama adalah memberitahu orang yang berbuat salah dari
tidak tahu kesalahannya menjadi tahu dimana letak kesalahan dirinya.
Selalu kita bantu orang lain mengetahui kesalahannya. 

Tahap kedua, kita bantu orang tersebut mengetahui jalan keluarnya,
karena ada orang yang tahi itu suatu masalah, tapi dia tidak tahu harus
bagaimana menyelesaikannya? Maka, posisi kita adalah membantu orang yang
berbuat salah mengetahui jalan keluarnya. Hal yang menarik, ketika dulu
zaman pesantren masih sederhana, ketika masih berupa kost-kostan
mahasiswa, muncul suata masalah di kamar paling pojok yang dihuni
seorang santri mahasiswi, yaitu seringnya bocor ketika hujan turun,
"Wah, ini massalah nih, tiap hujan kok bocor lagi, bocor lagi". Dia tahu
ini masalah, tapi dia tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Kita harus
bantu, tapi bantuan kita yang paling bagus adalah bukan menyelesaikan
masalah, tapi membantu dia supaya bisa menyelesaikan masalahnya. Sebab,
bantuan itu ada yang langsung menyelesaikan masalah, namun kelemahan
bantuan ini, yaitu ketika kita membantu orang dan kita menyelesaikannya,
ujungnya orang ini akan nyantel terus, ia akan punya ketergantungan
kepada kita, dan yang lebih berbahaya lagi kita akan membunuh
kreatifitasnya dalam menyelesaikan suatu masalah. Bantuan yang terbaik
adalah memberikan masukan bagaimana cara memperbaiki kesalahan. 

Dan tahap yang ketiga adalah membantu orang yang berbuat salah agar
tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya. Ini lebih
menyelesaikan masalah daripada mencaci, memaki, menghina, mempermalukan,
karena apa? Karena anak kita adalah bagian dari diri kita, istri kita
adalah bagian dari keluarga kita, saudara-saudara kita adalah bagian
dari khazanah kebersamaan kita, kenapa kita harus penuh kebencian,
kedengkian, menebar kejelekan, ngomongin kejelekan, apalagi dengan
ditambah-tambah, dibeberkan aib-aibnya, bagaimana ini ? Lalu, apa yang
berharga pada diri kita ? Padahal, justru kalau kita melihat orang lain
salah, maka posisi kita adalah ikut membantu memperbaiki kesalahannya. 

Nah, Sahabat. Selalulah yang kita lakukan adalah berusaha membantu agar
orang yang berbuat salah mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Membantu orang yang berbuat salah mengetahui bahwa yang dilakukannya
adalah suatu kesalahan. Membantu orang yang berbuat salah agar ia tahu
bagaimana cara memperbaiki kesalahannya. Dan membantu orang yang berbuat
salah agar tetap bersemangat dalam memperbaiki kesalahan dirinya. 

Melihat orang yang belum shalat, justru harus kita bantu dengan
mengingatkan dia tentang pentingnnya shalat, membantu mengajarinya tata
cara shalat yang benar, membantu dengan mengajaknya supaya dia tetap
bersemangat untuk melaksanakan shalat secara istiqamah. Lihat pemabuk,
justru harus kita bantu supaya pemabuk itu mengenal bahayanya mabuk,
membantu mengenal bagaimana cara menghentikan aktivitas mabuk. Artinya,
selalulah posisikan diri kita dalam posisi siap membantu. Walhasil,
orang-orang yang pola pikirnya selalu rindu untuk membantu memperbaiki
kesalahan orang lain, dia tidak akan pernah benci kepada siapapun. Tentu
saja ini lebih baik, dibanding orang yang hanya bisa meremehkan,
mencela, menghina, dan mencaci. Padahal orang lain berbuat kesalahan,
dan kita pun sebenarnya gudang kesalahan.
 

 






 
Yahoo! Groups Links



 





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Tired of hearing the same songs over and over?
Listen to Internet Radio! Skip songs. Click to listen to LAUNCHcast!
http://us.click.yahoo.com/.mKGzA/HARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke