Manusia berpikir dan menuangkan pemikirannya dalam buku. Kemudian
pemikirannya itu dijelaskan lebih detail dalam pengajaran di kelas. Memang
dibutuhkan implementasi atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Maka
adanya program Kuliah Kerja Nyata yang ada di dunia perguruan tinggi sangat
tepat, karena mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan & keterampilan yang di
dapat di ruang kelas. Juga bagi para siswa SD-SMP, ada kegiatan
ekstrakurikuler yang sebenarnya dapat menerapkan pengetahuan yang di dapat
di kelas (juga menyeimbangkan jiwanya). Contoh penerapan di kegiatan
ekstrakurikuler misalnya sains club para siswa SMP/SMA membuat sanitasi air
misalnya yg membutuhkan pengetahuan air bersih (kimia & biologi). Pendidikan
dalam kelas diperlukan karena murid/mahasiswa dilatih untuk berpikir agar
nanti terbiasa berpikir memecahkan masalah (problem solution) secara ilmiah.
Pendidikan akademis (di kelas) tetap diperlukan. Melalui buku itu lah
pemikiran para ahli dapat disebarluaskan ke masyarakat (antara lain melalui
sekolah formal). Sekolah formal tak dapat diremehkan, karena harus
sistematis & terencana baik.
Faktor baik sekolah formal di mana berkumpul murid/siswa adalah: mereka
dapta lebih fokus dan terbimbing bersama orang lain, mereka dapat
berdiskusi, mereka dapat saling mengukur dirinya relatif terhadap orang
lain, dan diajarkan agar tidak egois. Kemudian juga agar orientasi dalam
masyarakat ketika berbuat sesuati ada justifikasi dasar pengetahuannya
secara ilmiah; tidak berkesan asal-asalan. Sekolah rumahan dapat menjadi
baik jika sebagai komplemen sekolah formal tadi (misal dalam bentuk les
privat). Jadi pendidikan atau sekolah tidak hanya berorientasi vocational
agar tidak timpang. Tentu saja belajar dilakukan selama hidup dari semua
sumber (termasuk alam sekitar) tanpa meng-eliminasi tempat belajar (sumber
pengetahuan) lainnya.

Thanks atas sharingnya...
Salam,

On 4/20/06, Ida arimurti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menimbang Sekolah Rumahan.
>
> Pendidikan Formal Sebatas Alternatif Peroleh "Life Skill"
> Oleh: Mohammad Hasan Basri Guru SMA I Annuqayah Guluk-guluk Sumenep;
> Tengah Merintis Taman Belajar "Insan Fitri" di Madura
>
> "Apakah akan datang suatu ketika guru manusia adalah alam, kemanusiaan
> adalah bukunya,
> dan kehidupan adalah sekolahnya?"
> Pertanyaan Kahlil Gibran ini bukanlah hal yang utopis atau tidak pernah
> kita temui dalam kehidupan nyata.
> Penyair besar kelahiran Lebanon itu tidak sekadar meramal atau bertanya
> sekenanya saja.
>
> Di balik pertanyaan itu terkandung makna yang sangat mendalam dan
> menjadi renungan bagi setiap generasi,
> bahwa proses pendidikan yang dicapai sesungguhnya bukanlah diukur dari
> seberapa tinggi jenjang pendidikan
> formal yang ditempuh oleh seseorang atau seberapa banyak ilmu
> pengetahuan yang dikuasai.
>
> Namun, sejatinya pendidikan yang sebenarnya adalah bagaimana menjalani
> dan memaknai kehidupan ini
> sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat karena pada hakikatnya kita
> tidak pernah purna untuk
> menamatkan "sekolah" kehidupan ini.
>
> Munculnya fenomena sekolah rumahan (home schooling) empat tahun terakhir
> seakan menemukan konteksnya
> apabila dihubungkan dengan pertanyaan Kahlil Gibran di atas. Karena
> dengan mengajak anak-anak belajar
> di luar bingkai sekolah formal, mereka akan tergiring untuk menyadari
> bahwa proses belajar itu tidak
> pernah ada batasnya; bahwa sekolah formal itu hanya salah satu di antara
> banyak cara dalam memperoleh
> life skill sebagai bekal untuk menapaki masa depan mereka.
>
> Secara historis, ada sederet nama pahlawan nasional dan tokoh pendidikan
> bangsa ini yang merupakan
> produk dari sekolah rumahan, seperti Haji Agus Salim, Ki Hadjar
> Dewantara, serta Buya Hamka.
> Sepanjang hidup mereka didedikasikan untuk kemajuan bangsa ini karena
> mereka tidak mengenal
> kata "lulus" dalam "sekolah kehidupan" ini.
>
> Ada beberapa lembaga seperti Morning Star Academy dan Pusat Kegiatan
> Belajar Masyarakat Bina Mekanika,
> tokoh pendidikan anak, Kak Seto Mulyadi; serta pendongeng Kak Wees yang
> telah menerapkan sistem belajar
> sekolah rumahan ini.
>
> Kecenderungan untuk menerapkan sistem belajar home schooling ini
> diakibatkan oleh adanya rasa
> ketidakpercayaan kepada sekolah formal karena kurikulumnya terus berubah
> dan memberatkan anak,
> menganggap anak sebagai obyek bukan subyek, memasung kreativitas dan
> kecerdasan anak, baik dari segi emosi,
> moral, maupun spiritual (Tempo, 26/2/2006). Sebenarnya, secara
> operasional, Undang-Undang tentang
> Sistem Pendidikan Nasional telah mengakui sistem sekolah rumahan, tetapi
> pemerintah masih belum
> melakukan standardisasi terhadap sistem belajar ini.
>
> Tanpa menafikan peran sekolah formal dalam usaha memperbaiki kualitas
> pendidikan bangsa Indonesia,
> melalui tulisan ini, penulis ingin berbagi cerita mengenai sisi-sisi
> positif dari sekolah rumahan
> sebagai upaya alternatif bagi proses perbaikan kualitas pendidikan
> bangsa ini.
>
> Selama lebih kurang dua tahun, saya mencoba menerapkan sistem belajar
> home schooling kepada
> keponakan-keponakan saya di rumah, mereka diajak untuk belajar bersama
> di luar jam sekolah.
> Boleh dikatakan bahwa apa yang saya kembangkan tidak sepenuhnya
> menggunakan sistem belajar
> sekolah rumahan karena mereka tidak sepenuhnya lepas dari sistem
> pendidikan formal.
>
> Berdasarkan pengalaman selama menemani mereka belajar bersama di rumah,
> ada beberapa hal yang bisa dipetik.
>
> Pertama, belajar di rumah lebih menyenangkan; jumlah mata pelajaran yang
> dibebankan kepada peserta
> didik di sekolah formal saat ini sangatlah memberatkan, ketika mereka
> merasa terbebani untuk mempelajari
> suatu bidang studi, bukan rasa ingin tahu yang muncul dalam benak
> mereka, melainkan setumpuk beban
> pengetahuan yang harus ia jejalkan ke dalam otaknya.
>
> Dengan beban seperti itu, mereka akan enggan dan ogah- ogahan untuk
> membaca dan mengembangkan
> pengetahuannya sendiri, apalagi misalnya di sekolah mereka lebih banyak
> menerima pengetahuan
> dengan proses satu arah (spoon feeding).
>
> Naifnya, ketika peserta didik tidak mampu menyerap pelajaran di ruang
> kelas, mereka diajak untuk belajar
> lagi di luar kelas, misalnya dengan mengikuti les, pelajaran tambahan,
> ataupun bimbingan belajar,
> padahal bidang studi yang mereka pelajari sama dengan yang mereka
> pelajari di ruang kelas.
>
> Sistem belajar seperti ini tidak hanya menambah beban bagi mereka,
> tetapi juga akan membuat
> mereka merasa jemu dan bosan karena ada proses pengulangan (repetisi)
> bahan pelajaran.
>
> Namun, dengan sistem belajar home schooling, mereka akan belajar lebih
> menyenangkan karena menerima
> pelajaran dengan rasa ingin tahu dan tidak ada beban untuk
> mempelajarinya. Hal ini penting untuk proses
> berpikir mereka ke depan karena akan terus mengembangkan pengetahuannya
> tanpa harus dibatasi oleh ruang
> (jenjang pendidikan) dan waktu (belajar sepanjang hayat).
>
> Dengan demikian, mereka akan mempunyai kebebasan berpikir dan berkreasi
> sesuai dengan bakat
> dan minat yang mereka kenali dan tekuni.
>
> Kedua, belajar di rumah akan mendukung terhadap terciptanya lingkungan
> yang lebih komunikatif
> antaranggota keluarga. Di tengah kecenderungan merenggangnya rasa
> kekerabatan dan kekeluargaan,
> terutama di daerah urban, menyediakan ruang belajar terbuka di rumah
> akan kembali menumbuhkan dan
> mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan.
>
> Selain itu, mereka juga akan belajar lebih kooperatif, tak hanya
> mementingkan keberadaan dan
> prestasinya sendiri, tetapi juga dengan sendirinya akan membantu
> kesulitan yang dihadapi oleh saudara-saudaranya.
>
> Hal ini berbeda dengan target pencapaian yang selama ini dikembangkan di
> sekolah formal yang
> hanya mementingkan nilai, sehingga tak jarang para siswa akan berusaha
> mempertaruhkan apa pun
> untuk memperoleh nilai yang tinggi dengan cara curang, menyontek
> misalnya.
>
> Cara belajar seperti ini justru akan menghambat cara berpikir positif
> dan cara menghadapi
> masa depan kehidupannya; mereka akan cenderung mencari jalan pintas
> dalam menyelesaikan persoalan hidup.
>
> Ketiga, belajar di rumah akan mendukung terhadap proses kematangan jiwa
> anak. Hampir seluruh perkembangan
> kejiwaan anak bisa ter-cover karena lebih gampang memantau dan
> mengomunikasikan dengan pihak orangtua.
> Jadi, hambatan belajar mereka, baik secara fisik maupun psikis, relatif
> lebih cepat diketahui dan dipecahkan.
> Proses kematangan jiwa ini sangatlah membantu terhadap rasa kepercayaan
> diri untuk selalu belajar
> dan berjuang demi kemajuan diri dan bangsanya.
>
> Keempat, mengajak anak-anak untuk tidak hanya berkutat dengan buku-buku,
> misalnya mereka diajak
> belajar di alam terbuka seperti di daerah persawahan, sungai, ataupun
> hutan, dalam artian
> apa yang mereka baca dan pelajari coba disinggungkan dan didiskusikan
> dengan keadaan sekitar.
>
> Melalui cara belajar seperti itu, lambat laun mereka akan mempunyai
> kesadaran bahwa pengetahuan
> yang diperoleh akan betul-betul diketahui manfaat dan fungsinya dalam
> kehidupan mereka; tidak
> sebatas pengetahuan kognitif yang menumpuk di dalam otak mereka. Dengan
> demikian, pada akhirnya
> mereka akan mempunyai kepekaan terhadap persoalan-persoalan di
> sekeliling mereka. *
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
> =================================================================
> "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
> It has silent message saying that I remember you when I wake up.
> Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti
>
> Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
> Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.
>
> =================================================================
>
>
>
>  ------------------------------
> YAHOO! GROUPS LINKS
>
>
>    -  Visit your group "idakrisnashow<http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow>"
>    on the web.
>
>    -  To unsubscribe from this group, send an email to:
>     [EMAIL PROTECTED]<[EMAIL PROTECTED]>
>
>    -  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
>    Service <http://docs.yahoo.com/info/terms/>.
>
>
>  ------------------------------
>


[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke