*ORANG PINTAR JANGAN PULANG!*

*- Belajar dari Spirit Yohanes Surya dalam Membangun
Generasi Muda Indonesia -*
(diambil dan disalin dari Harian Media Indonesia,
Sabtu, 6 Agustus 2005)

OLIMPIADE FISIKA seperti menjadi nama tengah fisikawan
Prof Yohanes Surya. Sejak tiga belas tahun silam, pria
ini berada di balik perjuangan siswa-siswa Indonesia
berotak cemerlang di kancah internasional. Ada sebuah
misi yang tengah diembannya. Kepada Sica Harum dari
Media, ia
menceritakan impiannya. Kebangkitan Indonesia melalui
ilmu pengetahuan alam.

PRIA BERTUBUH KURUS ITU terkesan ramah. Dengan
kesibukan yang menggunung, ia tidak terlihat lelah.
Begitu juga saat ditemui Media di kantornya yang
terletak di bilangan Cyberperk Office Lippo Karawaci,
Tangerang. Guru Besar Tetap Fisika Universitas Pelita
Harapan itu begitu luwes berbincang.

IA ADALAH ORANG DI BALIK keberangkatan puluhan orang
Indonesia belajar ke berbagai universitas top di luar
negeri. Kebanyakan berada di Amerika Serikat, negara
yang pernah ia tinggali enam tahun lamanya. Di sana,
mereka mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya dan
menjadi kesayangan profesor pembimbingnya. "Saya
bilang sama mereka, tetap tinggal di sana.
Dalami ilmu, raih doktor, perkuat posisi agar bisa
mengundang siswa Indonesia untuk belajar di sana .
Kalau mereka langsung pulang, terlalu sayang.
Indonesia belum siap, mereka bisa tersia-sia," ujar
Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia itu.

IA LANTAS MENCONTOHKAN negara China yang rajin
mengirim siswa-siswanya belajar ke luar negeri periode
1980-1990. Tak tanggung-tanggung, 1.000
pelajar dikirim setiap tahunnya. "Kini, lihat mereka.
Saat China siap membangun, orang-orang pintar itu
diundang pulang dan membangun negerinya," sebut pria
berkacamata itu. Belajar dari pengalaman China,
ia optimistis. Siswa Indonesia yang dikirim belajar ke
luar negeri akan kembali suatu hari nanti ketika
Indonesia sudah siap membangun dan membutuhkan
kehadiran mereka. "Sekadar contoh, saat saya menyebar
iklan lowongan peneliti untuk nanoteknologi yang
tengah saya dalami ini, banyak orang Indonesia yang
melamar. Ternyata kita punya banyak orang pintar di
luar negeri yang berkeinginan kembali ke Indonesia,"
sebutnya.

MENURUT YOHANES, ORANG INDONESIA punya karakter khas,
cenderung tidak betah di luar negeri yang kental
dengan sifat individualistisnya. "Ada yang ingin tetap
tinggal dan bekerja di sana. Tapi enggak banyak.
Umumnya mereka ingin kembali karena budaya kita yang
terbiasa memiliki keluarga besar dan teman banyak,
enggak ditemui di sana. Kehidupan di sana cenderung
monoton untuk peneliti. Lagi pula, bagaimanapun mereka
tidak akan menjadi warga kelas satu, meskipun secara
materi mereka dihargai. Mau jadi dekan saja enggak
bisa apalagi jadi rektor universitas. Saya sendiri
bilang sama anak-anak TOFI, mereka boleh sekolah dan
bekerja di mana saja, asal jangan ganti warga negara.
Nanti saat di sini siap, kita tinggal panggil mereka
pulang," paparnya terus terang.

HARAPANNYA BISA JADI bukan pepesan kosong belaka.
Indonesia, menurutnya, punya potensi yang tidak kalah
dari negara-negara maju. Dari setiap daerah di
Indonesia yang pernah dikunjunginya, ia mengaku selalu
menemukan bibit-bibit baru yang cemerlang. Tidak hanya
terpusat di Pulau Jawa, tapi juga dari Sumatra hingga
Papua. "Kalau ada anggapan bahwa Papua adalah contoh
provinsi yang tertinggal dalam pendidikan, toh sudah
ada dua remaja Papua yang punya prestasi
internasional. Artinya apa? Ada sebuah sistem yang
mematikan potensi mereka. Saat mereka dilatih di
sini, mereka bisa juga jadi juara," sebutnya. Anggapan
tersebut tentu tak lepas dari kondisi pengajar di
sana. Beragam faktor mulai dari
pendidikan dan kesejahteraan merupakan sedikit hal
dalam pencetakan siswa berbakat. "Makanya saya
mendukung sekali kalau ada provinsi yang akan
menaikkan gaji guru hingga lima kali lipat," katanya
sambil tertawa.

PENGAJAR YANG BAIK akan menghasilkan murid yang baik.
Sementara itu profesi guru di Indonesia masih
dipandang sebelah mata. Berlindung di balik
embel-embel "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang
mengesankan sebuah profesi pengabdian tanpa perlu
dihargai secara profesional.

IA LANTAS MENCONTOHKAN Taiwan. Di sana, orang
berlomba-lomba masuk sekolah guru. Selain penghargaan
materi yang setara dengan gaji para insinyur teknik
yang bekerja di industri, jam kerja guru juga lebih
singkat. Secara kultur, orang tua di sana memiliki
kebanggaan tersendiri saat anak atau mertuanya menjadi
guru. Sistem kompetisi yang ketat
menghasilkan pengajar-pengajar berkualitas. "Kalau
saja di Indonesia bisa seperti itu kan bagus. Karena
pada dasarnya, di mana saja seorang anak itu sama.
Makannya sama, perlakuan lingkungan tak jauh berbeda.
Mereka butuh guru-guru yang pintar, yang mampu
memotivasi dan mengerti bakat mereka. Yang bisa
mengajarkan hal-hal sulit dengan cara mudah
sehingga dapat menarik minat siswa untuk mendalami,"
katanya bersemangat. Semakin banyak orang mau belajar,
semakin banyak orang pintar di Indonesia. Sebuah citra
Indonesia akan terbentuk dan dihargai
di dunia internasional.

*Si Anak Miskin Pengharum Bangsa*

"DULU SAYA BISA BELAJAR ke Amerika karena pertolongan
orang. Sekarang saya juga harus membuka jalan untuk
orang lain. Saya harap mereka juga bisa seperti itu,
membuka jalan untuk orang lain lagi."

DI MASA KECILNYA, Yohanes Surya tidak pernah bermimpi
bisa kuliah hingga meraih PhD dari sebuah universitas
top di Amerika Serikat, College of William and Mary di
Virginia, sebelas tahun silam. "Saya itu dari
keluarga miskin. Bisa makan dan hidup saja sudah
untung. Dulu, saya nyaris tidak bisa belajar di
universitas karena tidak bisa bayar," sebut
pria kelahiran 6 November 1943 itu. Beruntung,
kakak-kakaknya menyanggupi membayar pendidikannya di
Jurusan Fisika Universitas Indonesia (UI).

TIDAK PERLU TERLALU LAMA, dengan kecerdasannya,
Yohanes mampu meraih beasiswa. "Waktu itu saya dapat
beasiswa Supersemar. Besarnya Rp300. Dulu, uang segitu
aja berat banget buat saya," sebutnya sambil
tertawa. Lulus dari UI pada 1986 sempat membuatnya
terdiam dan merenung sejenak. "Saya terus berpikir dan
merenung. Whats next. Saat itu saya berpikir,
bagaimana memajukan Indonesia dari fisika," kata ayah
dari tiga putri itu.

BINTANGNYA DI BIDANG FISIKA mulai bersinar. Nasib
mujur yang banyak disebut orang sebagai perpaduan
antara persiapan dan kesempatan, juga berlaku untuk
Yohanes. Seorang profesor Amerika berkunjung ke
Indonesia saat kuliahnya di UI rampung. Tanpa prosedur
bertele-tele, pria yang besar di Klender, Jakarta
Timur dinyatakan berhak mendapatkan beasiswa
untuk pendidikan S-2 di Amerika. "Saya betul-betul
merasa mendapat berkah dan tertolong. Bayangkan, bisa
kuliah di Amerika untuk anak dari keluarga miskin
seperti saya," sebut putra ketujuh dari sembilan
bersaudara itu.

SELANJUTNYA, IA MENGAKU merasa harus berbuat sesuatu
untuk siswa lain, seperti ia dulu dibukakan jalan.
"Dulu saya bisa belajar ke Amerika karena pertolongan
orang. Sekarang saya juga harus membuka jalan untuk
orang lain. Saya harap, mereka juga bisa seperti itu,
membuka jalan untuk orang yang lain lagi. Dengan
begitu, akan semakin banyak siswa
yang punya kesempatan mendapatkan pendidikan yang
lebih baik," sebut pria yang hingga kini telah
membukakan jalan bagi sekitar 30 sarjana
cemerlang Indonesia untuk belajar ke Amerika.

TINGGAL DAN BEKERJA di Virginia, Amerika Serikat tak
lantas membuatnya lupa dengan niatnya semula.
Memajukan Indonesia melalui fisika. Di akhir tahun
masa studinya, ia memulai sepak terjangnya dalam
mempersiapkan tim olimpiade fisika Indonesia. "Saat
itu, saya melihat olimpiade sebagai salah satu jalan
untuk mengharumkan nama bangsa. Pembentukan citra
sebuah bangsa melalui intelektualitas itu penting. Hal
itu bisa membuat kita dihargai dan diperhitungkan di
dunia internasional, bukan cuma sekedar nasib TKI yang
suram," sebut suami dari Christina yang ditemuinya 16
tahun silam di gereja.

DARI SITULAH, KETERLIBATAN INDONESIA sebagai peserta
olimpiade fisika di mulai tahun 1993. Bersama
rekan-rekannya sesama mahasiswa Fisika tingkat
doktoral di College of William & Mary (Virginia
Amerika Serikat), ia mengundang lima pelajar terbaik
SMA dari Indonesia ke Virginia untuk menjalani
training selama 2 bulan penuh sebelum berlaga di
Olimpiade Fisika Internasional ke-24 (International
Physics Olimpiad) yang diadakan di kampus itu.
Kurangnya sponsor memaksa beberapa siswa terpaksa
membayar sendiri penerbangan mereka ke Amerika.
Bersama rekannya, Agus Ananda, ia mengajari para siswa
tersebut sekaligus
menanggung makanan untuk menghemat biaya.

PERSIAPAN SINGKAT yang penuh keprihatinan itu ternyata
tak sia-sia. Indonesia meraih medali perunggu melalui
Oki Gunawan yang kini tengah
digodok di Princeton University untuk meraih gelar
PhD-nya, sedangkan Jemmi Widjaya mendapatkan
penghargaan khusus.

HASIL ITU MEMANTAPKAN KEYAKINAN Yohanes untuk terus
melanjutkan misi itu di dunia pendidikan fisika.
Setahun berikutnya, tim Indonesia tidak mendapatkan
apa-apa. Yohanes sadar, persiapan yang matang mutlak
diperlukan untuk membentuk tim yang solid. Akhirnya,
ia memilih kembali ke Indonesia. Padahal, saat itu
penghargaan yang didapatkannya bisa dibilang cukup
layak. Bahkan ia membuang green card yang diberikan
untuknya.

SELAIN KELAS SUPER yang kini menjadi fokus
perhatiannya, ia juga telah mempersiapkan tim
olimpiade untuk tahun depan. Di sela-sela
kesibukannya, ia masih menangani riset-riset fisika.
"Saya tidak terjun langsung, cuma mengarahkan para
peneliti muda saja. Kalau tidak begitu, yang lain
nanti tidak bakal kepegang," ucap fisikawan yang kini
berkecimpung di bidang ekonofisika dan nanoteknologi
itu.

KESIBUKAN YANG PADAT, tak lantas membuatnya lupa
membaca buku. Waktu tidurnya hanya tiga sampai empat
jam per harinya, menyisakan waktu untuk membaca banyak
buku. "Saat ini saya senang membaca sejarah, perang,
'kisah sam kok dan sun tzu.' Dari situ, saya banyak
belajar strategi," sebutnya



*Harapan Meraih Nobel*

KONSENTRASI YOHANES SURYA kini tengah terfokus pada
satu hal. Kelas super yang akan dimulai pertengahan
Agustus mendatang diharapkan dapat membuka jalan bagi
sesuatu yang lebih besar. Bukan cuma harapan meraih
Nobel pada 2020, tapi lebih dari itu. Sebuah
kebangkitan Indonesia melalui ilmu pengetahuan. "Yang
kita coba tahun ini baru 30 orang. Tahun depan kita
usahakan bisa jadi 10 kelas di seluruh Indonesia.
Artinya, kita punya 300 orang yang sengaja dididik
khusus tahun depan," sebut pria yang lekat dengan
/image/ Olimpiade Fisika di Indonesia itu.

KELAS SUPER yang disebutnya itu akan mengakomodasi
kebutuhan anak-anak berbakat. Seorang anak yang pada
dasarnya mampu menerima banyak materi, akan terpuaskan
di kelas tersebut. Sistem pendidikan yang berbeda
dengan kelas biasa di sekolah menengah umum (SMU) pada
umumnya itu diharapkan dapat mencetak siswa-siswa
unggul yang mampu bersaing di dunia internasional.
Saat mereka lulus kelak, akan terbuka jalan masuk ke
universitas top di luar negeri dan memiliki kesempatan
untuk dibimbing langsung oleh para peraih Nobel.

KELAS TERSEBUT TERBUKA bagi 30 siswa yang tersaring
dari 3.000 lulusan sekolah menengah pertama (SMP)
negeri di Jakarta. Gratis, karena gaji pengajar bakal
ditanggung pihak produsen otomotif BMW. Sedangkan
kebutuhan operasional ditanggung sekolah yang
"ketempatan" kelas super tersebut. Dari tahun pertama,
kepada anak-anak itu sudah diajarkan dasar-dasar ilmu
pasti yang biasanya diajarkan di tahun pertama kuliah.


Pelajaran di tingkat dua dan tiga saat kuliah, akan
diajarkan saat mereka duduk di kelas dua. Sementara
itu saat mereka kelas tiga, fokus sudah terarah pada
olimpiade.

*Ilmu sosial dan bahasa juga akan diajarkan.*

BERBEDA DENGAN KELAS BIASA, para pengajar akan
mengarahkan pelajaran-pelajaran tersebut dengan
kemajuan teknologi. "Kita ajarkan mereka sejarah. Tapi
kita fokuskan bagaimana teknologi dapat mengubah
suatu bangsa. Bagaimana pengetahuan berkembang dari
masa ke masa. Kita mau mereka mengerti bagaimana ilmu
pengetahuan berperan banyak dalam sejarah
bangsa-bangsa yang besar. Begitu juga dengan ekonomi,
misalnya.
Bagaimana teknologi memengaruhi perekonomian sebuah
negara. Jadi semuanya memang diarahkan ke science,"
terang fisikawan alumnus Universitas Indonesia 1986
itu.

BAHASA INDONESIA JUGA DIAJARKAN di kelas satu. Tapi
pelajaran itu sudah diarahkan agar mereka dapat
menulis artikel, karangan ilmiah, bahkan cerita pendek
dan novel. Demikian juga bahasa Inggris. Siswa kelas
super itu akan mendalami percakapan bahasa Inggris di
kelas satu. Saat mereka naik ke kelas dua, materi
bahasa Inggris yang diajarkan sudah diarahkan
untuk memahami bacaan dalam berbahasa Inggris dan
mampu membuat sebuah karya ilmiah. Begitu juga dengan
pelajaran komputer. Siswa diarahkan untuk mampu
mencipta sebuah game. "Dengan begitu, logika
matematikanya juga terasah," tambahnya.

PELAJARAN ILMU PASTI seperti fisika, matematika,
kimia, dan biologi akan diajarkan bergilir setiap
minggu. "Dalam satu minggu, siswa akan diajari
khusus fisika selama empat hari berturut-turut. Minggu
depannya biologi, selanjutnya matematika dan kimia.
Hari Jumat dan Sabtu, kita variasikan
dengan mata pelajaran bahasa dan sosial," sebut peraih
PhD dari Jurusan Fisika College of William and Mary,
Virginia, AS (1994) dalam bidang fisika nuklir yang
ditekuninya.

TAK DAPAT DISANGKAL, kelas super itu terkesan
mengerikan dengan jadwal padat dengan materi yang
sulit. "Bakat saja tak cukup. Bagaimanapun harus kerja
keras. Kalau dua hal itu dapat dilakukan, hasilnya
tentu bisa optimal. Bagus kan, kalau begitu lulus
mereka punya kemampuan luar biasa untuk diterima di
universitas top di luar negeri. Jika sudah
kuliah di sana, mereka bisa bersaing dan disenangi
profesornya. Beasiswa terbuka lebar untuk pendidikan
sampai jenjang doktor. Mereka bisa jadi profesor di
universitas terkenal dan bisa mendapat grant. Kalau
sudah begitu, mereka bisa menarik lebih banyak siswa
Indonesia untuk belajar di sana dengan biaya yang
ditanggung mereka," jelasnya.

EFEK BERANTAI ITULAH yang membuatnya optimistis,
target Nobel pada 2020 mendatang sebetulnya bukan hal
yang mustahil. "Saya optimistis, meskipun misalnya
target Nobel meleset, kita akan punya ratusan ilmuwan
andal yang berkualitas setara peraih Nobel dan dapat
membangun Indonesia. Kita butuh sumber daya manusia
hebat," tegasnya dengan senyuman optimistis.


________________________oOo_____________________
Ayat Of The Day:

"Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah
baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat."
(QS. AlAraaf 204)
___________________oOo__________________________





__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h91n5j0/M=362335.6886444.7839734.2575449/D=groups/S=1705034722:TM/Y=YAHOO/EXP=1123900980/A=2894362/R=0/SIG=138c78jl6/*http://www.networkforgood.org/topics/arts_culture/?source=YAHOO&cmpgn=GRP&RTP=http://groups.yahoo.com/";>What
 would our lives be like without music, dance, and theater?Donate or volunteer 
in the arts today at Network for Good</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke