Date: Wed, 4
Jan 2006 15:49:26 -0800 (PST) From:
"hafis azhari" <[EMAIL PROTECTED]> Subject: SURAT
TERBUKA UNTUK ABDULLAH GYMNASTIAR SURAT
TERBUKA K2PSI KEPADA ABDULLAH GYMNASTIAR Risa Octavianty (Aktivis Gema Nusa Banten) Pada bulan Juni
2005 lalu, kami mengirimkan surat terbuka kepada seorang da'i kenamaan Aa Gym
(panggilan akrab dari Abdullah Gymnastiar) melalui pos kilat, sekaligus e-mail
Aa Gym ([EMAIL PROTECTED]). Surat itu ditulis langsung oleh Bung Hafis
dengan tema utama: "Memperkenalkan keluarga tapol kepada Aa Gym". Tak
berapa lama Bung Hafis bertandang ke rumah Aa Gym di Bandung, dan karenanya -
sayang sekali - tidak ada balasan atas surat yang dianggap kontroversial itu.
Meski begitu, kita dapat membaca adanya perubahan dahsyat pada dakwah-dakwah
tokoh agama asal Sunda (bukan Jawa) itu, bahkan pada situs-situs yang
diasuhnya. Pada November 2005 lalu telah ditampilkan pemikiran-pemikiran Bung
Karno selama tiga minggu berturut-turut dalam CyberMQ, yang menjadi bahan
kajian menarik di sekitar komunitas Daruttauhid Bandung dan Jakarta, serta Gema
Nusa Banten, Yogya dan Surabaya. Berikut ini kami tampilkan surat Bung Hafis -
setelah mendapat izin darinya - yang ditujukan kepada kiai kondang kelahiran
Pasundan itu: Yang terhormat, K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) di Tempat Assalamualaikum
wr.wb., Aa Gym yang
baik, Beberapa waktu
lalu kami berkunjung ke rumah Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan
terkemuka yang selama puluhan tahun telah dizalimi oleh Orde Baru (bersama
dengan ratusan ribu pendukung Bung Karno lainnya). Pramoedya
menganjurkan agar kaum muda menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia lagi,
sebagai kelanjutan dari pesan Bung Karno bahwa "revolusi kita belum selesai".
Pengertian revolusi ini tidak mesti dipahami sebagai bertikai atau menumpahkan
darah (seperti yang telah dilakukan Soeharto dan Orde Baru antara 1965-1966
lalu). Bagaimanapun
kita ini belum selesai sebagai suatu bangsa (nation), konsekuensinya tanah-air
kita belum selesai menjadi suatu negeri Indonesia yang merdeka. Juga pola
keberagamaan bangsa ini sama sekali tak bisa dikatakan sebagai manusia beriman
yang baik, yang ditekankan oleh Bung Karno dalam sila pertama (Ketuhanan
Yang Maha Esa). Para orang tua dan leluhur kita (terlebih-lebih dari
Jawa) masih mengagungkan hal-hal dogmatis dalam tata-keberagamaan mereka, di
mana pikiran mereka telah mengalami kelumpuhan dalam memahami substansi agama
itu sendiri. Bagimana mereka
mampu memahami agama secara rasional, ketika praktek sembahyang masih
diselubungi oleh kepercayaan-kepercayaan purba pada kekuasaan Dewi Laut Selatan
(Nyi Roro Kidul). Coba perhatian, ke mana mereka berkiblat pada awal Muharam
atau Maulid Nabi? Bagaimana mungkin suatu bangsa yang berketuhanan Yang Maha
Esa, masih memperlakukan mesjid dan gereja sebagai berhala-berhala; Al-Quran
sebagai jimat dan mantra-mantra; bahkan tidak sedikit yang menghamburkan
kekayaannya untuk pergi haji berkali-kali (seakan-akan sorga dapat dibeli dengan
uang), tanpa peduli orang-orang miskin dan telantar yang butuh bantuan di
sekitar mereka. Boleh jadi keberangkatan haji itu malah hasil dari memeras hak
kaum miskin, karena kekuasaan yang didominasi oleh orang-orang kuat atau
tuan-tuan tanah di kampung-kampung mereka. Aa Gym yang
baik, Maaf kami tidak
bermaksud untuk menggurui. Kami hanya ingin mengatakan bahwa kita tidak perlu
phobi mendengar kata "revolusi". Pengertian revolusi ini harus
difokuskan pada penegakan keadilan dan kebenaran, yang menjadi anjuran bagi
seluruh agama-agama besar dunia. Pengertian revolusi ini - sekali lagi - tidak
selalu harus diartikan dengan bertikai atau menumpahkan darah, meskipun kita
harus punya kesiapan mental-spiritual bila dimungkinkan ada darah tertumpah. Bukankah
Muhammad di sepanjang hijrah ke Medinah telah dituduh sebagai pemberontak yang
melakukan makar dan keonaran, hingga memisahkan hubungan orang-orang tua dari
anak-anaknya? Bukankah Ibrahim telah melakukan "pembangkangan" hingga
menghancurkan bisnis orang tuanya sendiri (meskipun dari bisnis itu ia telah
dinafkahi)? Bukankah Lantas siapakah
Bung Karno dan kawan-kawan founding fathers kita? Bukankah mereka pun dijuluki
sebagai pembangkang-pembangkang, yang oleh kolonialisme Belanda disebut
"Gerakan Pengacau Keamanan (GPK)"? Ini tentulah
berbeda dengan model penulisan sejarah selama kekuasaan Orde Baru (Soeharto),
di mana Raja Penguasa Indonesia, bersama dinasti raja-raja Jawa sebelumnya
telah diagung-agungkan sedemikian rupa, tanpa peduli pada fakta-fakta bahwa
mereka sebetulnya adalah pelaku-pelaku penindasan terhadap rakyatnya sendiri.
Ya, sejarah Jawa adalah sejarah penguasa yang menang, sedangkan mereka yang
dianggap kalah harus dibungkam dan diasingkan (diperlakukan selaku Togog).
Konsekuensinya sejarah Jawa penuh dengan manusia-manusia populer yang telah
berhasil menindas dan menganiaya lawan politiknya, dan inilah yang terjadi
dalam genosida ideologis antara tahun 1965 dan 1966. Dan kita
mengerti bahwa Islam (dan agama apapun) secara telak melarang praktek-praktek
kekuasaan semacam itu, karena yang berhak mendapat kehormatan justru adalah
mereka-mereka yang sanggup mengendalikan diri dari tindakan zalim dan
sewenang-wenang. Islam mengajarkan kita bahwa orang-orang yang layak tercatat
dalam sejarah adalah mereka yang tinggi kadar ketakwaannya. Hal ini bisa
dibandingkan dengan kebesaran Ali bin Abi Thalib (dalam sejarah), meskipun ia
telah dikudeta secara "merangkak" oleh Muawiyah. Bahkan juga Isa
Al-Masih yang telah difitnah dan diperlakukan sewenang-wenang oleh kolaborasi
Romawi dan Yahudi? Tentu saja hal ini sepadan dengan kolaborasi Orde Baru
bersama induk-semangnya (CIA dan Amerika) yang telah menjatuhkan Bung Karno
secara tidak bertanggungjawab…. Aa Gym, Dengan
kebesaran hati kami mengakui ketokohan Aa Gym sebagai cendikiawan muslim dan
pembaharu Indonesia, karenanya tak perlu phobi kepada kata komunisme, marxisme,
leninisme dan seterusnya. Ketakutan dan kephobian kita selama ini tak lain
karena kita telah terjebak oleh sejarah-sejarah bikinan Orde Baru yang
disusupkan kepada kita semua, agar kita "mendewakan" mereka sebagai
bapak pembangunan, di bawah kaki landasan para fakir-miskin yang dijadikan
korban. Konsekuensi
dari revolusi ini tentu akan memisahkan garis pendukung Bung Karno dan
pendukung Soeharto, suatu "perang" antara pembaharuan dan kemapanan
(status quo), suatu "pertempuran" antara kebenaran dan pembenaran,
suatu "perbenturan" antara mereka yang menuduh diktator dengan
diktator yang sesungguhnya. Aa Gym, Pembunuhan
terhadap pendukung-pendukung Bung Karno yang mencapai jumlah
sekurang-kurangnya 700.000 hingga 1.000.000 korban (sumber resmi Amnesty
International) untuk membutuhkan pengakuan sebagai penguasa baru, tidak bisa
ditoleransi dengan alasan apapun. Dan agama melarang kita untuk melupakan
pembunuhan satu jiwa pun (tanpa alasan yang benar). Ini telah dilakukan oleh
Soeharto dan kroni-kroninya… untuk menakut-nakuti seluruh rakyat…
untuk menunjukkan pengakuan dirinya sebagai penguasa (Jawa) yang baru, dengan
lebih dulu memenjarakan Bung Karno di Wisma Yaso (hingga wafatnya),
menggelapkan sejarahnya, memaksanya untuk menandatangani supersemar, memecat
menteri-menteri pendukungnya, membentuk DPR baru, merekayasa sidang MPRS hingga
menampilkan dirinya sebagai Penguasa Indonesia. Apapun dan
siapapun pelaku G30S, Soeharto telah mengambil keuntungan dari peristiwa tragis
itu, dengan menghalangi Bung Karno untuk menyampaikan pertanggungjawaban (di
pengadilan), karena dia sudah telanjur menuduh Bung Karno terlibat dalam G30S,
tanpa ada bukti dan pembuktian apapun. Aa Gym yang
baik, Kalau ada
kelompok tertentu yang berpendapat bahwa kita harus menjunjung-tinggi bapak
pembangunan, dengan mengucap terimakasih pada Bapak Soeharto, maka kami tidak
akan berbaris dalam kelompok atau gerombolan semacam itu. Lebih baik kami
bersandar pada kekuatan hukum yang legitimasinya langsung diakui oleh Tuhan
(Al-Quran). Bukankah dalam surat Asy-Syu'ara (ayat 18-22) difirmankan tentang
adanya dialog panjang, di mana Firaun telah mengkalim Aa Gym, seperti
yang telah Aa Gym katakan, perjuangan melawan ketidakadilan ini bukanlah
pekerjaan sepele dan ringan. Dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan kematangan
intelektual yang tinggi. Karena itu tidak sedikit para pejuang - termasuk
sebagian pejuang reformasi kita - telah terjatuh dan terperangkap untuk
berkompromi dengan pelaku-pelaku penindasan. Bolehlah hal ini kita anggap
sebagai suatu proses, dan karenanya kita bertanggungjawab untuk mengingatkan
saudara-saudara kita itu. Mengingat
pengakuan publik yang sedemikian besar kepada Aa Gym, dalam usia yang masih
terbilang muda (43 tahun), kami akan sangat menghargai bila Aa Gym lebih
memfokuskan dakwah-dakwah agama pada titik sumber kejahatan yang utama, yakni
kesewenangan dan kezaliman Penguasa Orde Baru selama 32 tahun ini. Tentulah
kesalahan kecil pun tak bisa diremehkan, dan setiap kesalahan manusia tentu
akan dihakimi oleh imajinasinya sendiri. Tapi persoalannya, bila seorang da'i
atau mubalig hanya sibuk berkutat di wilayah kesalahan sepele atau di tingkat
maling ayam dan kriminal-kriminal kecil, lantas mengabaikan fakta-nyata
terhadap rejim yang telah menyelenggarakan kezaliman dan kesalahan besar selama
puluhan tahun ini, rasanya kita hanya menjadi penolong-penolong agama Tuhan di
tingkat - mohon maaf - kelas teri dan loakan saja. Karena itu kami mengusulkan
kepada segenap para da'i maupun ulama - dan berharap optimis pada Aa Gym -
untuk lebih memfokuskan perhatian pada hal-hal urgen dan prinsipil, agar
menjadi prioritas bagi bahan dakwah maupun fatwa-fatwa agama. Bagi angkatan
muda, perjuangan semacam ini akan mengandung konsekuensi berhadap-hadapan
dengan kehendak ideologi (agama) dari para orang tua dan leluhur, namun inilah
keniscayaan perjuangan yang memang tidak mengenal kompromi terhadap segala
bentuk kesewenangan dan ketidakadilan. Bagaimanapun perjuangan untuk suatu
perbaikan hidup, dengan menciptakan iklim peradaban yang lebih manusiawi dan
demokratis, adalah cita-cita yang dikumandangkan oleh setiap agama maupun
ideologi-ideologi mulia, yang merupakan tanggungjawab kita bersama untuk
menegakkannya. Semoga suara-suara kebenaran yang sedang kita perjuangkan,
menjadi kesatuan integral yang membawa fajar Demikian surat
kami, semoga Aa Gym, keluarga dan komunitas Daruttauhid dalam keadaan baik-baik
selalu, dan semoga lain kali bisa kita sambung kembali…. Wassalam, Hafis Azhari (Ketua K2PSI) ================================================================= "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582 ================================================================= YAHOO! GROUPS LINKS
|