Bangga menjadi orang Indonesia 
(Nien, Jepang) 

Mau ikutan nimbrung yah. udah hampir 3 tahun saya hidup di negeri Sakura.
Alhamdulillah, dpt beasiswa Monbukagakusho (3 tahun) untuk nerusin kuliah di
negeri Samurai ini. Tentunya saya sangat bersyukur bisa menjadi salah satu
mahasiswa di Universitas Negeri sini.

Selama disini, saya merasa bener2 "hidup". Maksudnya tidak hanya kuliah
tok-til, tapi juga menikmati kehidupan, menyatu dengan masyarakat disini.
Enjoy sekali, baik di dalam maupun di luar kampus, walau dengan modal Nihon
go (bahasa Jepang) yang pas2an.(heran, meski dah mencoba belajar Nihon go
jungkir balik, rasanya nggak "nambah" tuh  stok kosa kata Nihon go, tetap
stag di "greeting" aja..he-he---)

Well, saya mau cerita kehidupan di luar kampus nih.

Dengan bermodalkan kemampuan menari yang pas-pasan (duh, jauh deh untuk
dikatakan professional), "dunia" diluar kuliah saya mengalir dengan indah
dan menyenangkan. Tawaran menari datang cukup banyak; laris manis, dari
event2 matsuri sampai acara kawinan, dari  sekolah2 sampai ke hotel
berbintang (he-he-karena nggak ada saingan kaleee yah.) 

Herannya, hampir selalu, setiap selesai manggung, ada saja kenalan yang
meminta saya membuka kelas tari untuk mereka. Wah, takut dimarahin ama
"professional", so tawaran itu saya terima sebatas "privat" kelas aja,
itupun tujuannya hanya untuk "keep in touch" ama mereka.. 

Di tengah2 kesibukan ngelab dan menulis paper, "menari" menjadi salah satu
pelarian dan refresing yang mengasyikkan. Bahkan di pesta2 lab, saya pun
sering didaulat menjadi "professional dadakan". Menjadi "professional
dadakan" disini, hm.lumayan banget loh.., bisa makan-minum gratis (Just to
let you know; di Jepang, namanya party atau pesta, selalu "urunan, saweran
atau mbayar bareng.). Khusus untuk saya, selalu "bebas bea" alias gratis
tis  tis, terkadang malah masih dibekali macem2 hadiah, bahkan juga "sankyu
money" (yang besarnya, wow.alhamdulillah, lumayan bisa untuk lunch seminggu.
He-he--asal lunch-nya pake "onigiri-nasi kepel" aja loh.).

Sensei pun dengan suka-cita mengijinkan saya memenuhi undangan manggung di
berbagai tempat, sepanjang tidak mengganggu waktu ngelab.  Siip kan!

Selama saya menyanggupi  "manggung" tak pernah sekalipun bicara ttg uang,
sering juga saya tampil secara sukarela, hanya untuk membantu memeriahkan
acara saja.  Yang menjadi point saya tergantung "ketersediaan-kelonggaran
waktu" saya..

Maklum.amatiran, bagaimana mungkin "pasang tarif", tp jangan kuatir.mereka
sudah "pasang" tarif sendiri kok, yang besarannya selalu "beyond my
imagination". (nikmat, bukan..).

Uniknya, tawaran yang datang ke saya selanjutnya tidak hanya untuk menari,
tapi juga memasak bahkan mengenalkan dan mengajar (asobi=permainan2
anak2)....Saya sering menjadi "guess teacher" dari anak2 SD, SMP, SMA sampai
ke perkumpulan2 sosial masyarakat disini.

Dari presentasi tentang Indonesia sampai mengajar memasak masakan Indonesia
(wuah, bener2 mengasyikkan..). Mereka  (Nihon jin) sangat menghargai saya
(eh, baca: Indonesia). Saya selalu berusaha mempresentasikan sisi positif
Indonesia; betapa eloknya negeri Indonesia, dengan beragam suku bangsa dan
budaya. Dimana, masing2 daerah memiliki bahasa daerah, masakan, tarian
bahkan karakter pribadi yang berbeda. Itu semua merupakan "kekayaan"
Indonesia yang tak terbantahkan. 

Yah, memang terkadang ada juga sih.pertanyaan2 "sedikit' memojokkan  tapi
saya selalu sampaikan."justru" dari perbedaan2 itu Indonesia menjadi lebih
"kaya dan berwarna" (he-he-nggak peduli apa omongan mereka di belakang. Yang
penting saya tetap berusaha menampilkan sisi positif Negara saya. Itu wujud
kebanggaan saya sebagai warga Indonesia) 

Maaf kepanjangan ya.

Intinya, jangan pernah berhenti mengekspose (dalam arti: positive loh.)
keunikan dan keragaman budaya kita di luar negeri. Negara seperti
Jepang.terkesan sangat concern terhadap keragaman culture kita. Satu kali
saya tampil menari tari Bali-Jaipong (campuran Bali dan Jaipong), lain waktu
Jaipongan (Sunda), lain hari tari Topeng (Cirebonan) atau tari Merak (Jawa
tengah).yang tentunya dengan kostum yang berbeda2.(wuah.mereka selalu
applauss panjang,.subarashikatta, kata mereka.wah, padahal yakin.., jauh
deh.. tampilan saya dari professional!). 

Terus yang namanya tari Poco-Poco, disini sudah habis deh..saya publikasikan
ke mana-mana, dari anak2 SD sampai kakek2/nenek2, cukup familiar dengan
Poco-Poco Indonesia. Hampir selalu di setiap undangan kumpul2 dengan orang
Jepang, baik yang sifatnya formal maupun informal, saya diminta tampil dan
mengajak audience menari bersama.. Makanya, untuk menari bersama, saya
selalu pilih Poco2 (simple, tanpa perlu menyiapkan kostum khusus).
Poco-Poco, selain mudah dan unik gerakannya, musiknya pun sangat enak
didengar dan dinikmati (kata mereka juga sih.). Tuh kan..asyiikkk
banget..udah badan segar, hati senang, dapat "omiyage/oleh-oleh" lagi
(rejeki tenan..alhamdulillah!). 

Saking larisnya,  kemana-mana itu kaset selalu ngikut di tas
saya..he-he-(ngamen di luar negeri, nggak malu-tuh..Asyik kok.ngamen nyambi
kuliah, apa kuliah nyambi ngamen, aih..aih...seru!). Setelah manggung,
biasanya saya buka sesi "ngobrolin" tentang Indonesia tercinta. Hm, pokoknya
pe-de habis deh kalau udah nerangin tentang "keindahan" dan "keragaman"
budaya Indonesia .). Mereka kelihatan takjub juga loh akan keelokan
Indonesia., dan yang terpenting.dari pengalaman2 itu, kebanggaan saya
sebagai warga Indonesia (yang sangat-sangat kaya akan culture dan budaya)
menjadi lebih kuat.  

Sungguh semua ini saya syukuri sebagai salah satu karunia menjadi salah satu
warga, dari bangsa besar seperti Indonesia. Yang lebih mengharukan, saya
bersama rekan2 PPI (Perkumpulan Pelajar Indonesia) disini berkali2 diundang
pentas dalam rangka pengumpulan dana untuk membantu bencana ini dan bencana
itu yang "sedang melanda" Indonesia. 

Waktu Tsunami Aceh 2 tahun lalu, kami keluarga besar PPI bekerja sama dengan
mahasiswa International disini menggelar Charity Event untuk korban Tsunami
Aceh. Betapa mengharukan, kami memperoleh dana segar dari penjualan tiket
Charity event tersebut lebih dari 1 juta yen (alhamdulillah!). Seluruhnya,
kami sumbangkan ke Aceh. Juga masih banyak event2 yang kami lakukan waktu
itu untuk mengumpulkan dana. (saya beri applaus setinggi2nya kepada rekan2
PPI akan solidaritasnya, bahu-membahu membantu mengurangi penderitaan
Saudara2 kita di tanah air).

Well, seperti banyak para kokiers singgung tentang berita2 yang
"memprihatinkan" saya tidak menutup mata untuk itu, memang masih banyak
Pe-er kita, masih banyak yang perlu dibenahi untuk Indonesia tercinta kita.
Tapi kalau terus2an diomongin, wah rasanya kok tambah "sedih dan nelongso"
ya.disamping juga nggak bakalan habis. 

So mari kita mulai dari yang paling simple dan mudah; dimulai dari diri kita
sendiri; at least bangga dulu menjadi bangsa Indonesia. Setelah itu,
sumoggo.masing2 pribadi memiliki pilihan2 untuk mengembangkan bentuk
kebanggaan sebagai warga Indonesia tersebut. 

Sebentar lagi, saatnya saya kembali ke tanah air, kembali ke negeri
tercinta, INDONESIA. Mudah2an dengan tambahan ilmu dan pengetahuan yang saya
timba disini, bisa menambah bekal saya kelak membantu meringankan beban duka
bumi pertiwi, yang sarat dengan berbagai musibah. Insya Allah. 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke