----- Forwarded Message ---- From: noerhadi kritz <[EMAIL PROTECTED]> To: andramatin <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, April 26, 2007 1:42:13 PM Subject: [andramatin] Dari Penalosa, para pemimpin Jakarta harus banyak belajar.
Dari Penalosa, para pemimpin Jakarta harus banyak belajar. Posted by: "suci mayang" [EMAIL PROTECTED] com Wed Apr 25, 2007 3:12 am (PST) Tajuk KBR68H Jakarta (Radio Utankayu 89.2 FM ) Kota yang mempunyai banyak pusat perbelanjaan atau mal adalah kota sakit. Itulah logika sederhana bekas Walikota Bogota, Kolombia, Enrique Penalosa saat menjadi pembicara dalam sebuah seminar di Jakarta Selasa lalu. Menurut Penalosa, pembangunan mal akan memangkas ruang publik. Padahal ruang publik seperti taman, bisa menjembatani perbedaan status antara warga kaya dan miskin. Sebab warga miskin akan enggan untuk masuk ke mal mewah. Kota yang baik, harus menghormati harga diri manusia. Di kota maju seperti New York, London atau Paris, masyarakat bisa menikmati ruang publik seperti trotoar dan taman kota. Di mata Penalosa, pembangunan trotoar untuk warga adalah simbol demokrasi yang menunjukkan pemerintah menghargai orang berjalan kaki. Mereka sama pentingnya dengan orang yang mengendarai mobil mewah. Penalosa memang sosok luar biasa. Meski hanya tiga tahun menjadi Walikota Bogota sejak tahun 1998, ia banyak melakukan perubahan penting. Ia membangun ratusan kilometer jalur khusus bagi pejalan kaki dan sepeda. Ahli ekonomi ini juga menanam ratusan ribu pohon, membuat puluhan ruang publik dan jalan bebas mobil pribadi. Tak heran kalau Penalosa lantas mendapat berbagai pernghargaan karena prestasinya itu. Keberhasilan lain Penalosa adalah membangun julur khusus bus atau busway. Konsep yang kemudian ditiru oleh Jakarta. Gubernur Jakarta Sutiyoso ketika menggagas konsep busway mengatakan sistem transportasi di Bogota perlu ditiru. Karena sebelum menjadi teratur seperti sekarang, kondisi Bogota sama dengan Jakarta. Tapi sayang Jakarta hanya meniru sedikit dari konsep penataan kota dan transportasi ala Penalosa. Dalam beberapa hal, Gubernur Jakarta Sutiyoso justru berbeda jauh dari Penalosa. Contoh saja soal penataan transportasi. Pembuatan busway tidak disertai perbaikan sarana transportasi lain. Ini membuat banyak orang bergantung kepada busway atau bus transjakarta sebagai satu-satunya angkutan yang murah dan cepat. Pada akhirnya, halte-halte busway penuh sesak oleh penumpang. Bus Transjakarta kemudian menjadi angkutan yang tidak lagi nyaman. Soal pembangunan mal, Sutiyoso juga berbeda dibanding Penalosa. Selama hampir sepuluh tahun masa pemerintahannya berbagai pusat pebelanjaan dibangun. Ruang terbuka hijau yang harusnya dijaga justru disulap menjadi hutan beton. Di tahun 2006 saja ada 60 mal yang sudah dibangun. Rencananya jumlah itu akan bertambah menjadi 80 atau bahkan 90 mal pada tahun 2008. Terpangkasnya ruang hijau itu membuat Jakarta menjadi kota langganan banjir besar seperti terjadi pada 2002 dan tahun ini. Kondisi Jakarta tidak jauh berbeda dengan Bogota. Tapi hanya dalam masa 3 tahun seorang Penalosa bisa menjadikan kota yang sempat disebut tidak aman karena aksi penculikan dan perang antar geng narkoba menjadi kota yang nyaman dihuni. Dari Penalosa, para pemimpin Jakarta harus banyak belajar. Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check out new cars at Yahoo! Autos. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]