JAVA JAZZ HARI - Bintaro Hallo para pembaca sekalian, kembali saya datang, si jazzmaniac. Apalagi kalo bukan laporan tentang heboh penyelenggaraan Java jazz Festival (JJF), yg barusan diselenggarakan pada tgl. 2 - 4 Maret yl...
Bukan main capeknya bagi para penonton, khususnya diriku, yang memaksakan nonton 3 hari berturut-turut dari sore sampai pagi hari, setiap harinya. Rasanya tidak rela melewatkan pertunjukan demi pertunjukan. Cuman sebelnya, kalau grup2 yang kita sukai maennya berbarengan waktunya.(klik javajazzfestival.com) Memang ironis banget, dikala negara kita dilanda bencana alam & kemanusiaan yang tiada habisnya, kok ya bisa-bisanya kita mengadakan "bencana" jazz. Rasanya ini bisa menjadi setitik hiburan. Gimana nggak bangga, ditengah keterpurukan, kok kita masih bisa menyelenggarakan international festival macam ini. Lha wong yang nonton sdh ada yang dari negara2 tetangga kita. Bukan maen deh gondoknya negara2 tetangga, khususnya jazzmania di Australia, rasanya kecolongan banget. Negara kutukupret kok bisa2nya sukses menyelenggarakan international jazz event saben taon. Pokoke jelek2 nama Indonesia sudah ada di jazz world map, dimana JJF ini konon dikategorikan sebagai "one of the biggest jazz festival in the world" dan sukses lagi. Kalau tidak salah stasiun NHK Jepang juga memuat reportase acara ini. Bukti bahwa kalau kita mau serius, berkomitmen, profesional, pasti nggak bakalan dipandang sebelah mata. Lucunya aku bisa mbujuk 2 temen bule Amerika utk nonton JJF ini. Kok bule Amerika nonton jazz di negara amburadul begini (hahaha), mana performers-nya banyak big names dari US. Ya, jelas mereka terheran-heran. Apalagi waktu jalan2 di Jakarta, ke Jogya dan Bali. Masih ada lho orang sana berpikiran di negara kita belum ada gedung, mobil, komputer dsbnya. Maybe they thought, we are still living in trees, huts, jungles, caves etc etc... (Note : abis banjir itu, justru banyak pertunjukan2 kelas dunia di Jakarta, seperti Russian State dan Chinese State Ballet, konser The Muse). Mudah2an next JJF jadi menampilkan, nama2 seperti : Pat Metheny, Jamiroquai dan legenda2 jazz lainnya). PS. kalau ada yg punya kontak sama si Barack Obama, tolong kasih tau, kalau gagal di next US presidential election, kita tunggu dia di Pemilu disini 2009. Asal jangan minta gaji & fasilitas mahal2.....hehehe ******************** Campursari yang Jazzy Lembayung - Solo the Spirit of Java Ngomong soal musik di tanah air, beberapa tahun terakhir musik jazz mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Musik jazz yang sedianya dianggap berat, abstrak, dan sulit dicerna mulai diterima oleh masyarakat pencinta seni dan bahkan kaum muda. Stereotype jazz sebagai musik gedongan, elit dan punya opa oma kita telah dibabat habis dengan menjamurnya band-band aliran jazz yang beranggotakan kaum muda belia yang bahkan menggelar mini konser mereka di tempat umum seperti emperan taman budaya, pinggir jalan, dan juga sekolah. Dari segi musiknya sendiri pun mengalami pergeseran karena perkembangan jaman. Kaum muda meramu jazz menjadi musik yang lebih easy listening dengan menggabungkannya dengan beberapa genre musik yang sedang hits saat ini, tanpa menghilangkan cirri-ciri lagu yang jazzy yaitu adanya blue notes (nada yang merendah pada not ketiga dan ketujuh). Saya lebih suka musik jazz dalam negeri saja karena lebih enteng, jatuhnya di kuping enak dengan suara yang tak kalah kualitasnya dengan musisi manca. Sebut saja Bill Saragih, Bubi Chen, Dian Pramana Putra, Ermi Kulit, Januari Christy dan Iga Mawarni yang mewakili generasi tua yang warna vokalnya sudah tidak diragukan lagi dan bahkan jadi trendsetter musik jazz pada masanya. Belakangan muncul penyanyi/band beraliran jazz yang sedikit demi sedikit merubah segmen penikmat jazz, seperti ; Syaharani, Tompi, Maliq d'Essentials, Balawan, Peppi Kamadhatu dan masih banyak lagi wakil-wakil dari generasi muda yang mulai berjiwa jazzy. Saking berkembangnya musik ini banyak musisi yang lebih mengeksplorasi dan bereksperimen dengan musik jazz. Sebut saja Bossanova Jawa. Band ini sangat unik sekali karena meramu lagu-lagu campursari menjadi berirama bossas yang pasti sangat unik dan enak sekali ditelinga. Lagu-lagu Didi Kempot seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Tanjung Mas Tinggal Janji serta beberapa lagu hits campursari telah disulap menjadi lagu dengan suasana yang sangat berbeda namun tidak menghilangkan ciri campursarinya, yaitu masih tetap berbahasa Jawa. Yang penasaran bisa download di: http://keb4gus4n.multiply.com/music/item/12 , atau bisa googling aja, saya jamin tidak akan kecewa dengan pengalaman baru anda ini. Inilah yang sangat saya hargai dari Bossanova Jawa ini, dengan berkembangnya musik jazz ini, banyak band-band indo yang berkiblat pada musik barat; tetapi tidak dengan Bossanova Jawa , walaupun musik jazz berasal dari negara barat (dulunya merupakan ekspresi dari kultur orang kulit hitam di AS yang mengalami diskrimisnasi) tetapi mereka mampu meramunya dengan khasanah budaya Indonesia, dalam hal ini musik jawa sehingga menghasilkan suatu karya seni baru yang bisa dibanggakan. Begitulah, perkembangan teknologi, pendidikan dan kesenian seharusnya jangan sampai mengikis nilai-nilai budaya yang hanya milik kita. [Non-text portions of this message have been removed]