Ketika Cinta Bersemi Kembali

 

Sudah dua puluh tahun lamanya, sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. 

Dia begitu tampan dan gagah, tapi bukan hanya karena kegagahannya, aku jatuh
cinta kepadanya, 

tapi karena kebaikan dan kelembutan hatinya, yang membuatku begitu
mencintainya. 

Itulah Alistair McKenzie, mantan kekasihku, dua puluh tahun yang lalu.

Orang bilang, Alistair adalah jenis manusia yang tak pernah hanya memikirkan
diri sendiri, 

dia selalu perduli pada sesamanya dan orang lain di sekitarnya. 

Itulah yang paling aku cintai dari Alistair.

 

Waktu berlalu dengan cepatnya, begitu juga dengan kehidupan manusia. 

Aku merasa bahwa waktu seolah-olah berputar dengan cepatnya  dan tak akan
kembali lagi. 

Sampai suatu hari aku dikejutkan oleh kedatangan sababatku. 

Dia bilang, dia bertemu kembali dengan Alistair di kotaku. Aku tak percaya, 

seakan-akan duniaku runtuh seketika mendengar penuturannya, bukan hanya
terkejut 

mendengar sahabatku bertemu Alistair saja,  tapi ternyata Alistair  sekarang
tinggal dan bekerja di kotaku.

"Dia ingin bertemu denganmu lagi, Dewi ! papar temanku. Aku merasa takut dan
cemas, 

untuk bertemu lagi dengannya. Setelah sekian lama kami tak saling bertemu. 

"Dia pasti sudah berubah, pikirku dalam hati". Setiap orang pasti berubah, 

mungkin dia bukan Alistairku yang dulu, yang aku cintai dua puluh tahun yang
lalu, 

mungkin dia sudah berubah seperti orang lain yang tak pernah aku kenal saja,
pikirku dalam hati. 

Tapi rasa penasaranku tentang Alistair telah mendorongku untuk bertemu
kembali dengannya.

 

Suatu hari, di pagi yang cerah, kami berjanji untuk bertemu kembali di
taman, 

tempat kami bertemu pertama kali dulu. Hatiku berdebar- debar menanti
kedatangannya, 

tak sabar rasanya bertemu kembali dengannya.

Dari kejauhan, kulihat seorang pria berjalan ke arahku.  

Dia berbadan tinggi, gagah, berambut berombak dan pirang. Hatiku berdebar
semakin kencang, 

keringat dingin mengucur deras di seluruh badanku. Semakin dekat dia
berjalan ke arahku, 

aku semakin gugup.

Alistair berlari ke arahku, "Dewi, senang bertemu kembali, katanya". 

Lalu dia memelukku erat-erat, seakan-akan tak mau melepaskannya.  

"Senang bertemu kembali denganmu, Alistair! Bisikku lirih.

Aku masih merasakan kehangatan pelukannya, dan kelembutan sikapnya. 

Tak terasa lamunanku ke masa silam, saat-saat kami di mabuk cinta, betapa
indahnya kehidupan ini, 

rasanya dunia hanya milik kita berdua. Sayang nasib berbicara lain, kami
harus berpisah 

dan sejak itu kami tak pernah bertemu kembali, sampai akhirnya detik ini
nasib mempertemukan kami lagi.

 

Kupandangi wajah Alistair erat-erat, aku berbisik dalam hati, 

"Oh, Alistair, kamu masih Alistairku yang dulu". Pria yang lembut dan baik
hati.

Hanya usiamu yang berubah, semakin dewasa dan matang.

Kami berbincang-bincang lama sekali, mengenang masa lalu, masa-masa kami
berpacaran dulu.

Tak terasa kami berbincang-bincang cukup lama, lalu kami memutuskan makan
siang dan pulang. 

Alistair mengantarkan aku pulang dan dia ingin bertemu dengan orang tuaku.

 

Selama dalam perjalanan pulang ke rumahku, kami berbincang-bincang tentang
banyak hal. 

Alistair bilang dia pernah menikah selama lima tahun, lalu bercerai dari
isterinya. 

Sedangkan aku sendiri, masih bujangan, aku tak pernah menikah. 

Aku memang pernah menjalin hubungan dengan beberapa pria setelah aku putus
cinta dari Alistair, 

tapi selalu kandas di tengah jalan. Mungkin belum jodoh saja.

Aku masih tinggal bersama orang tuaku, merawat mereka yang sudah berusia
lanjut.

 

Sejak pertemuan kami yang pertama, Alistair sering menelponku, mengajakku
berkencan 

dan keluar makan atau sekedar nonton film. Aku dan Alistair menyambung
benang kasih 

yang telah putus sekian lama. 

Aku dan Alistair resmi berpacaran lagi seperti dua puluh tahun yang lalu,
yang beda 

kami sekarang sudah berusia paruh baya, bukan usia muda lagi.

 

Kemarin, satu tahun sudah sejak aku bertemu Alistair kembali. 

Alistair menelponku, dia mengajakku untuk makan malam di sebuah restoran di
kota kami. 

Dia mengajakku pergi ke sebuah restoran yang tenang , dan romantis malam
itu.

Kami duduk berhadapan, dan saling berpandangan, kurasakan cinta yang
mendalam pada Alistair. 

Aku merasa bahagia sekali bertemu lagi dengannya.

"Dewi, maukah kamu menikah denganku?" dan menghabiskan sisa hidupmu
denganku? 

Aku ingin kamu menjadi isteriku ! katanya, lembut sambil menggenggam jemari
tanganku. 

Alistair, tentu, aku bersedia menikah denganmu ! bisikku lirih.

Alistair memelukku erat sekali, kami saling berpelukan dan tak terasa air
mataku meleleh di pipiku. 

Aku bahagia sekali, aku merasa wanita yang paling beruntung di dunia ini. 

Cinta datang lagi kepadaku di saat usiaku merambah 40-an, di saat hatiku
lelah mencari cinta. 

Disaat harapan hidupku kosong, ketemukan Alistairku kembali. 

Kutemukan cinta yang telah hilang dua puluh tahun yang lalu.

 

Kami tinggalkan restoran malam itu, dengan hati yang berbunga- bunga.

Kami bergandengan tangan di sepanjang jalan,Kami tinggalkan Malioboro, 

dan segala hiruk-pikuknya. Aku ingin segera pulang untuk menyampaikan 

kabar gembira ini kepada kedua orang tuaku.

 

Sekarang aku telah siap mengarungi bahtera rumah tangga dengan Alistair, 

dan menghabiskan sisa hidupku dengannya dalam suka dan duka.

"Terima kasih Tuhan, kau kembalikan Alistairku lagi !", bisikku dalam hati.

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke