Sekitar tiga tahun lalu, di sebuah wilayah di Bogor, Jawa Barat, ada sekelompok anak muda yang mengenakan kaos bertuliskan, “Hayang iuh?, Melak tatangkalan…” artinya kurang lebih, ‘mau teduh (adem)? Tanam pohon…” sebuah kalimat sederhana berupa ajakan untuk menanam pohon agar udara lebih teduh dan sejuk. Sepintas, kalimat tersebut memang sederhana. Namun jika dibahas lebih jauh tentu saja akan menjadi tema yang takkan habis dibicarakan meski digelar ratusan kali seminar pun. Ya, kalimat sederhana itu memang bukan untuk diseminarkan, melainkan sebuah ajakan partisipatif yang praktis untuk menanam pohon. Praktis memang, namun hasil yang dirasakan dari kerja praktis dan terkesan sepele itu akan berdampak luar biasa. Ada yang sempat merasa aneh dengan fenomena gelombang pasang beberapa waktu lalu yang terjadi di hampir seluruh perairan Indonesia. Gelombang pasang yang sempat menghancurkan ratusan rumah di tepi pantai, juga ladang usaha miliki para nelayan. Tak hanya itu, jika sempat ada yang bertanya, kenapa di negeri subur ini bisa terjadi kekeringan? Atau kenapa ada bencana kelaparan yang melanda sebagian wilayah negeri ini sehingga menyebabkan mewabahnya gizi buruk, busung lapar dan penyebaran berbagai penyakit menular? Gizi buruk tak semata disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, melainkan juga ada dampak tak langsung dari pemanasan global. Jika saat ini kita merasakan suhu udara yang lebih panas dari biasanya, baik di siang hari maupun malam, jangan heran. Jika kita terpaksa memasang mesin pengatur suhu udara (air conditioner) atau kipas angin di semua ruang dalam rumah kita, padahal sebelumnya kita tak memerlukannya, pun jangan bingung. Atau diantara kita masih ada yang bertanya-tanya, “inikan musim panas, kok hujan sih?” dan pada saat seharusnya musim hujan, justru panasnya tidak henti-henti. Perubahan iklim yang tak menentu dan peningkatan suhu udara yang terjadi saat ini boleh jadi akibat tidak pedulinya kita pada ajakan-ajakan sederhana macam tulisan di kaos itu. Kita tak aktif turut serta menanam pohon di pekarangan rumah, sehingga lingkungan tidak hijau. Begitu pun tempat kita bekerja. Kantor-kantor tak memperhatikan aspek kehijauan lingkungan usaha. Tidak ada pohon-pohon di area perusahaan. Begitu pun tata letak kota dan jalan raya di kota-kota besar yang kadang mengorbankan pohon-pohon besar di tengah kota untuk menjadi lahan bisnis. Padahal, minimnya pepohonan di lingkungan kitalah yang turut berperan serta menimbulkan gejala pemanasan global (global warming). Global warming menjadi tema yang tengah panas-panasnya dibicarakan beragam media dan di berbagai kesempatan. Beberapa seminar pun hangat mengambil tema soal peningkatan suhu panas bumi ini. Padahal berbagai kelompok pecinta lingkungan telah jauh-jauh hari mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan demi terhindarnya kita dari bencana lingkungan. Karbondioksida –juga karbonmonoksida- yang dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan, cerobong asap pabrik, pengatur suhu udara (ac), dan lain sebagainya yang menimbulkan efek rumah kaca. Jenis gas lainnya seperti CFC yang biasa terdapat di freon AC, kulkas, dan spray (hairspray, dll) bisa mengakibatkan menipisnya lapisan ozon yang melindungi bumi. Seandainya banyak pepohonan di bumi (baca; negeri) ini, tentu saja kita takkan mengalami kejadian seperti global warming ini. Segala bentuk gas seperti karbondioksida dan lain-lainnya itu mampu diserap oleh pepohonan. Panas bumi yang diberikan matahari tidak bisa dikembalikan bumi lantaran terhalang oleh lapisan karbondioksida. Inilah yang disebut efek rumah kaca, manusia dan makhluk hidup lainnya saat ini seperti hidup di dalam rumah kaca yang tak bisa mengeluarkan hawa panas. Fenomena ini, salah satunya disebabkan kurangnya pepohonan, sehingga tidak ada lagi yang bertugas menyerap karbondioksida. Cukup menarik apa yang dilakukan oleh komunitas bike to work misalnya. Bukan saja soal kesehatan yang menjadi perhatian mereka, melainkan persoalan yang jauh lebih penting, yakni masa depan lingkungan dan alam ini. Semakin sedikit orang yang menggunakan kendaraan, tentu saja sedikit pula karbondioksida yang dihasilkan. Tentu saja ini tak berarti tidak dibolehkannya orang berkendaraan untuk segala aktivitas mereka, tetapi mungkin volume penggunaannya yang bisa diminimalisir. Misalnya, jika satu mobil bisa dipakai oleh beberapa orang dengan tujuan yang sama, kenapa harus menggunakan banyak mobil? Ini bukan bicara soal penghematan, lebih dari itu! Ini soal masa depan lingkungan kita yang semakin membahayakan. Kita, terancam pada bencana lingkungan yang sudah di depan mata. Contoh di komunitas di atas hanyalah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Bagaimana dengan kita? Tentu saja kita bisa mengambil peran dalam menjaga alam dan lingkungan ini, yakni dengan cara yang lebih praktis dan sederhana, seperti ajakan sekelompok anak muda di Bogor itu, tanam pohon. Bayangkan jika setiap individu di negeri ini bergerak bersama untuk menanam pohon lebih banyak dari yang sudah ada di pekarangan kita saat ini. Insya Allah, ancaman bencana lingkungan akan mampu kita hindari. Mau teduh? Yuk kita tanam pohon lebih banyak…
Salurkan Bantuan Anda Melalui ACT di : BCA # 676 030 2021 BSM # 101 000 1114 Mandiri # 128 000 4593 338 Muamalat # 304 0023 015 BII Syariah # 270 2000 256 Permata Syariah # 0971 001 224 SMS FOR HUMANITY : ketik : ACT DONASI kirim ke 7505 Rp. 5000/SMS (semua operator) Ketik : ACT DONASI kirim ke 7475 Rp. 2000/SMS (semua operator) ketik : Reg ACT kirim ke 7475 Untuk informasi terkini dan inspirasi kemanusiaan Rp. 1000/SMS (semua operator) ACT HOTLINE : 021- 741 4482 --------------------------------- Be a PS3 game guru. Get your game face on with the latest PS3 news and previews at Yahoo! Games. [Non-text portions of this message have been removed]