Penemu Obat Kanker dari Klorofil Dunia tumbuh-tumbuhan mampu menaklukkan hati Leenawaty Limantara PhD. Kecintaannya kepada dunia tumbuhan tak main-main. Seusai menyelesaikan kuliah di Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, ia pun memutuskan melanjutkan studi ke bidang kimia di Universitas Kwansei Gakuin, Jepang, hanya untuk mendalami penelitian terhadap proses kimia dari fotosintesis pada tumbuhan. Karena pada saat meneliti proses fotosintesis itu ia jatuh cinta kepada klorofil atau zat hijau daun, sebagai salah satu molekul yang paling berperan dalam proses tersebut.
"Sejak saat itu saya bertekad harus mengetahui unsur kimia dari klorofil. Makanya saya putuskan untuk pindah bidang studi," ia menjelaskan. Penelitiannya terhadap kandungan klorofil pada algae (ganggang) dan bakteri telah dimulai sejak 1991. Tapi, ketika itu yang ia teliti baru sebatas penelitian dasar mengenai klorofil. Saat itu ia baru mengetahui bahwa molekul klorofil baru bisa berfungsi apabila berada pada suatu tahapan yang disebut tereksitasi dan tahapan teroksidasi. "Pada saat itu penelitian-penelitian di tingkat dunia telah berhasil menemukan spektrum dari molekul klorofil pada saat ia tereksitasi. Tapi untuk menjawab atau menentukan spektrum itu, atau berbicara mengenai seperti apa tingkah laku atau bagaimana molekul ini bergerak, masih belum bisa dilakukan. Sehingga penentuan empiris mengenai klorofil, khususnya bakterioklorofil pada saat itu tidak bisa dilakukan. Nah, itulah yang memicu saya untuk memulai penelitian ini," ujarnya. Penelitian Dasar Pada penelitiannya lebih lanjut yang memakan waktu tahunan, akhirnya Leenawaty pun menemukan bahwa jika atom-atom yang merupakan bagian dari penyusun klorofil tersebut diberi label atau tanda, ia akan dapat mengetahui perilaku molekul pada tahap tereksitasi. Dengan diketahuinya perilaku molekul pada saat tereksitasi, katanya, akan membuka pemahaman lebih dalam mengenai mekanisme klorofil dalam menyerap cahaya di dalam mentransfer energi, dan membuka peluang kepada berkembangnya ilmu-ilmu yang lain. "Jadi penelitian dasar itu sangat penting untuk mendukung ke penelitian terapan," ia menegaskan. Tak cukup sampai di situ, Leenawaty pun melanjutkan penelitiannya, dengan menggunakan bakteri yang tidak mengandung karotenoid. Bakteri yang manja dan sangat labil itu juga berhasil diisolasi sehingga membentuk spesies radikal kation pada antena penangkap cahaya. Penemuan itu memungkinkan para pakar fotosintesis mendapatkan pemahaman lengkap mengenai fungsi fisiologis bakterioklorofil. Dewasa ini dengan penemuan-penemuannya itu, ia telah berhasil mengembangkan risetnya dan menemukan obat yang bisa membunuh sel kanker dengan cara kerja mirip proses fotosintesis daun. "Saya tidak mau bilang kalau klorofil merupakan obat bagi penderita kanker atau tumor. Hanya saya bisa katakan bahwa klorofil bisa digunakan sebagai obat fotosensitizer, yaitu klorofil potensial untuk mengendalikan kanker. Tapi, sekali lagi saya katakan, yang mengendalikan itu bukan klorofil melainkan fotosensitizernya," katanya. Meski demikian, kata dia, sejumlah jurnal ilmiah di dunia internasional telah memuat manfaat klorofil sebagai suplemen atau minuman kesehatan. Dan, terbukti telah menyembuhkan beberapa penderita kanker paru-paru, mata, saluran pencernaan, mulut, dan lain-lain. "Bukti bahwa klorofil telah berhasil menyembuhkan kanker-kanker itu telah dimuat di sejumlah jurnal ilmiah. Tapi saya tidak mau menyebut kalau klorofil adalah obat segala jenis kanker," ia mengimbuhkan. SUARA PEMBARUAN DAILY Regards, M Tri Agus http://agusklink.multiply.com [Non-text portions of this message have been removed]