Mas Bayu,

Terima kasih infonya, mungkin tahun ini tdk ada kejadian tsb lagi semoga
aja, karena sudah ada Bantuan Langsung Tunai (BLT). Tetapi warga yang
miskin yang tdk punya KTP nggak bakalan dapet BLT.......

-----Original Message-----
From: idakrisnashow@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of bayugautama
Sent: Friday, October 28, 2005 11:43 AM
To: idakrisnashow@yahoogroups.com
Subject: [Ida-Krisna Show] Orang Miskin Dilarang Lebaran?


Sampai detik ini saya masih ingat kasus seorang ibu yang digelandang 
petugas keamanan sebuah Mal di Jakarta, karena kedapatan mencuri 
beberapa pasang pakaian anak dan menyembunyikannya di balik 
pakaiannya. Ketika ditanya motif pencurian yang dilakukannya, sambil 
menangis minta ampun, si ibu berkata, "Anak saya menangis setiap hari 
minta baju lebaran, orang miskin seperti saya, punya uang dari mana 
untuk membelinya?". 

Itu kasus tiga atau empat tahun yang lalu, di hari-hari terakhir 
Ramadhan. Bahwa kemudian di sebuah harian nasional, kasus serupa 
diberitakan kembali setahun kemudian, lagi-lagi terjadi di beberapa 
hari terakhir Ramadhan, menjelang lebaran. 

Tahun ini, saya belum mendengar atau membaca berita yang sama, dan 
semoga saja tidak ada kasus demikian. Walau pun saya harus bersiap 
kemungkinan mendapati berita serupa, bahkan mungkin tidak satu kasus. 
Bisa dua, empat, atau tak terbilang kasus serupa di berbagai tempat. 
Kasus empat tahun lalu, dan setahun kemudian saja, saya duga itu 
hanya sebuah contoh. Artinya, ada banyak kasus serupa dengan motif 
yang tidak berbeda terjadi di banyak tempat, di banyak Mal, di banyak 
kota di Indonesia. Mungkin, kebetulan kasus lainnya itu tidak 
tertangkap media. Atau justru banyak pencuri-pencuri dadakan itu -
terpaksa mencuri karena anak mereka minta baju lebaran- tidak 
tertangkap. 

Lebaran memang sebuah fenomena. Bagi orang-orang mampu, lebaran 
layaknya pameran status sosial. Rumah mereka kembali seperti baru 
menjelang lebaran, seluruh anggota keluarga mengenakan pakaian serba 
baru dan mahal, hidangan di meja makan pun beraneka ragam dan bentuk. 
Tak cukup satu lauk, bisa disebutkan hingga empat macam lauk siap 
disantap. Belum lagi makanan kecil, kue lebaran, dan jenis es segar 
menemani kehangatan silaturahim hari raya. Dan yang tak pernah 
ketinggalan, anak-anak kecil mereka berlomba mengumpulkan uang "salam 
tempel" atau "hadiah lebaran". Tak jarang mereka menghitung bersama, 
untuk menunjukkan jumlah yang mereka dapat lebih banyak dari anak 
lainnya. 

Bagaimana dengan orang-orang di luar mereka? kelas menengah, masihlah 
boleh berbahagia. Meski tak semahal dan sebanyak  pakaian orang-orang 
kelas atas, mereka masih bisa berbaju baru, bersepatu baru. Kue-kue 
masih tersedia di ruang tamu, begitu juga ketupat lebaran dan rendang 
daging. "Setahun sekali," ujar mereka beralasan. 

Termasuk soal "angpaw" lebaran, meski sedikit, tetap saja mampu 
membuat anak-anak itu tersenyum. Setidaknya mereka bisa membeli 
mainan yang sudah lama diidamkan, tidak perlu merengek dan 
menggelendoti kantong orang tua mereka. Dengan uang yang tak seberapa 
itu, seolah mampu membeli semua keinginan mereka yang selama ini 
sekadar mimpi. 

Bagaimana nasib orang-orang miskin? Anak yatim?. Ada yang terpaksa 
mencuri dan mengambil resiko berlebaran di balik jeruji demi 
keceriaan anak mereka di hari raya. Bagi mereka yang tetap sederhana 
dan menerima kenyataan, cukuplah nasi dan air putih tetap tersedia. 
Kalau pun boleh berharap, seikat ketupat kiriman dari tetangga akan 
menghiasi dapur mereka. Setidaknya, ada nuansa lebaran di rumah 
mereka dengan hadirnya tiga-empat belah ketupat di dapur. 

Kue lebaran? Nanti dulu. Justru mereka yang akan mendatangi rumah- rumah
orang mampu. Gayung bersambut karena biasanya orang-orang kaya 
akan menggelar "open house" untuk para tetangganya. Di saat seperti 
inilah, orang-orang miskin akan merasa lebaran juga diperuntukkan 
bagi mereka. Untuk anak-anak, selain mencicipi, dan sedikit memenuhi 
kantong-kantong mereka dengan aneka kue lebaran, bolehlah berharap 
ada jatah "angpaw" dari tuan rumah. Jadilah mereka rajin mencium 
tangan para dermawan hari raya itu, "ya, setahun sekali". 

Ah, lebaran memang fenomenal. Berbagai lapisan masyarkat merayainya 
dengan caranya masing-masing. Ya si kaya, juga si miskin. Jadi, kata 
siapa orang miskin dilarang lebaran? Mereka tak terima THR, tak 
berbaju baru, tak punya kue lebaran, tak ada ketupat, tapi mereka 
punya harapan bertemu orang-orang yang akan membagi keceriaan hari 
raya. Semoga, harapan itu mampu terjawab di hari raya ini. 

Bayu Gawtama
http://gawtama.blogspot.com







=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish
you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin
- Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links



 




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Listen to Internet Radio! Access to your favorite Artists!
Click to listen to LAUNCHcast now!
http://us.click.yahoo.com/_mKGzA/GARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke