Asslmkm.Wr.Wb.

Jika Anda pernah berpikir negatif tentang FPI karena teracuni oleh media massa 
yang sekuler, harap hati-hati! Jangan-jangan Anda termasuk dalam kelompok 
kepentingan yang nggak jelas kecuali ngurusi kepentingan sendiri atawa "cari 
selamat sendiri".

Wass / Jaerony.-

***************************************************


EMPAT KELOMPOK BERKONSPIRASI MEMBUBARKAN FPI

Monday, 12 July 2010 14:33 | Written by Shodiq Ramadhan |    
Wawancara dengan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab


Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front Pembela Islam 
(FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling berbahaya bagi 
musuh-musuh Islam.

Pasalnya, FPI dinilai paling keras dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud 
dari pelaksanan amar makruf nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah 
mengherankan jika mereka bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan 
segala cara untuk membubarkan FPI.

Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar pemerintah 
memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha dibenturkan dengan Banser 
dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu 
selalu mengalami kegagalan. Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu, 
dimana FPI difitnah akan membubarkan sosialisasi kesehatan yang dilakukan tiga 
anggota DPR RI, namun nyatanya konsolidasi para eks tapol PKI.

Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq Syihab, seputar 
konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai berhasil, maka akan menjadi 
langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai 
keras menentang kedholiman dan ketidakadilan.   

Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI)  pasca 
peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya ?

Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung 
sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan 
konspirasi untuk membubarkan FPI.  

Pertama, kelompok mafia,  yang memang selama ini FPI dianggap sebagai momok 
yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram mereka. Adapun yang 
saya maksud mafia disini, apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, 
film-film porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi 
sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern 
dalam persoalan tersebut.  FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan 
mereka sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai 
musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI. 

Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena mereka 
melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap gerakan-gerakan kaum 
liberal. Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran 
maupun  perang di lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa 
perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok liberal 
memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI di berbagai daerah. Jadi 
artinya mulai perang pemikiran sampai perang otot. Belakangan kita lihat banyak 
usaha kaum liberal yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU 
Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk 
membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka 
kandas. Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi 
semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih 
meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga mereka melihat FPI 
sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk dalam konspirasi tersebut. 

Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok. Kelompok 
Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, 
mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah 
FPI. Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba mendirikan 
gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan geraja resmi yang mempunyai 
ijin resmi dan sesuai dengan peruntukannya, no problem. Markas FPI di 
Petamburan Jakarta Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI 
saat ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita 
diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan 
sesuai dengan peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. 
Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi 
gereja. 

Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan masyarakat, 
tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan tersebut ada warga FPI 
yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga 
dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi FPI. 
Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama 
masyarakat, jadi mereka tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat 
setempat, jangan salahkan FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan 
warga yang berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, 
Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya. Jadi ada 
kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok liberal yang 
aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan 
Kristenisasinya juga terganggu. 

Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik melihat banyak 
kepentingan politik mereka yang terganggu dengan gerakan-gerakan ormas Islam. 
Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, 
tiba-tiba UU ini berbenturan dengan Syariat Islam.  Secara otomatis akan 
berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI. Mungkin dimata 
mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap 
menganggu agenda politik mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, 
liberal, Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI 
sebagai musuh bersama.  

Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI?

Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa 
saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes 
waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI. Bagaimana dengan 
peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang 
merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas desakan masyarakat. 
Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI. 

Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih dahsyat 
daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga anggota DPR RI 
yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja.  Artinya, kalau melibatkan 
anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini berarti 
bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara negara. Meraka lihat ini 
momentum penting untuk dibenturkan dengan berita FPI telah membubarkan 
kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI. 

Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI. Cuma mereka 
kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi, subhanallah 
nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan 
karena ada konflik internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian 
sikap politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka ada sedikit 
konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk menyelesaikannya dan  akhirnya 
disepakati supaya tidak ada fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka 
dibekukan dulu. Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan 
apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah 
fakta dan mereka kecelek. Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam 
FPI. Jadi kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin 
membubarkan FPI, ternyata salah fakta.

Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi, dengan debat 
terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena 
mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti insiden 
Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV, RCTI atau televisi swasta 
lainnya, itu peristiwa yang sudah diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah 
dipenjara, artinya sudah inkracht dan  sudah selesai. Tidak ada satu persoalan 
hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok 
televisi mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi, 
apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek. 

Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu memojokkan 
FPI, bagaimana tanggapan Habib ?

Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, 
kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok 
mafia, liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah 
untuk memberi siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang bisa 
bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.

Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu televisi dengan 
menyerahkan salah satu film ceramah  Ribka Tjiptaning di Banyuwangi, mereka 
kita tantang untuk berani setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka 
tidak berani. Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya.  Tetapi ceramah Ribka 
soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok tidak berani mereka setel. Apa 
karena FPI tidak bayar, kalau disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi 
pertama, tetapi indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media 
massa.

Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang luput dari 
protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin 
mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk 
menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI. Jadi 
sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah mendemo mereka. FPI 
tidak peduli kalau mereka salah kita demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar 
pernah kita demo, bahkan TVRI pernah kita demo.  Televisi mana yang tidak 
pernah kita demo. FPI tidak peduli  memdemo televisi, yang penting kalau salah 
ya kita protes. FPI tidak peduli apakah beritanya akan dimuat  atau tidak 
dimuat di televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada. 

Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand Corporation, disitu 
ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang berupaya dengan segala kekuatan 
finansialnya untuk membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya 
mereka kuasai. Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya terperinci 
betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan, kalau ada 
perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang dilakukan kelompok Islam manapun 
tidak boleh dimuat. Bukan hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, 
kalau ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok 
Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang. 

Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV, peristiwa 
penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh laskar FPI tahun 2002 
atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau 
diulang seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang. Berarti apa yang 
dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen 
Rand Corporation. Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang 
begitu. 

Apa isi dokumen Rand Corporation ?

Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka 
anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu 
disebut titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya.  Kalau Kyai Haji  dan Habib 
jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya, pokoknya 
disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang mendukung mereka 
harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan 
sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation. Jadi dengan demikian, 
ini memang grand design mereka. Jadi tidak perlu kaget dan ini tidak akan 
menjadi yang terakhir. Besok pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk 
membubarkan FPI, dan  itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil 
membubarkan FPI. Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin merapatkan 
barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang ditarget itu 
bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai 
pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu. 

Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI sampai 
dibubarkan ?

Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah.  Kalau hari ini Front 
Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya bikin Front Pecinta Islam. 
Dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah 
yang sama pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan 
pembubaran. Nanti kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya 
bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah 
pusing mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak. 

Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI atau tidak 
ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada 
FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, 
saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI sebagai tujuan 
perjuangan. Kita selalu mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan 
ini rusak ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan 
terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain. Kenapa 
susah-susah amat karena FPI bukan  tujuan. Tujuan kita hanya mencari ridha 
Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan 
kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses 
perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala. 

Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan saya katakan 
bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan  sistimatis  yang 
dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI. Tetapi memang kalau kita 
bicara secara umum buat masyarakat kasihan.  Kalau  ormas Islam bukan hanya FPI 
 yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap penegakan keadilan 
melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat 
Islam itu sendiri.  Artinya kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan 
mereka semakin surut. Bahkan kita khawatirkan  begitu ada ormas Islam semacam 
FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk 
berjuang. Itu yang kita khawatirkan. Artinya mereka nanti akan menjadikan 
proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti FPI. Nanti 
kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran, mafia, bajingan dan takut 
melawan okum pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada 
pembubaran suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam 
Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun dibubarkan 
sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang awam kan tidak 
begitu fikirannya.

Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika Soekarno 
meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960 lalu ?

Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah yang sangat oronis. 
Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI,  ini kan tuduhan dan firtnah, 
Masyumi kemudian dibubarkan. Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat, 
Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno 
bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S 
seharusnya dibubarkan. Ini lebih berbahaya,  tetapi  nyatanya tidak dibubarkan 
Sukarno. 

Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi, pertempuran 
fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang 
selalu ingin menang sendiri. Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka 
maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam, kalaupun  
tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan mereka alasan untuk 
penghancuran.

Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya. Apa alasan  
mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah kekerasan. Saya 
tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun 
kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul itu 
kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris atau bagaimana. Itu 
masih perlu diskusi dan pembuktian dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti 
dibubarkan. Pertanyaan kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan 
partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini 
selalu diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana, 
pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah 
dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah 
membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai. 

Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan ?

Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka 
logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus juga 
dibubarkan. Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau 
begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita memakai logika 
pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa FPI melakukan kekerasan maka FPI 
dibubarkan. Tetapi kalau massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak 
dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai ! Kekerasan yang 
dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua 
DPRD Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung 
kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada aksi FPI 
semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling memakai 
pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih dari itu. Ini 
kalau kita bicara fakta. Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, 
PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar, termasuk negara 
ini juga bubar.

Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus Dur dan 
sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal ? 

Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka 
antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu dengan 
bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya.   Kalau kita ingin bicara 
jujur, FPI ingin dibubarkan karena  melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang 
Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan adalah menerima 
bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok liberal, semuanya 
menerima bantuan asing.  Bubarkan meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. 
Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah  
mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.  
Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar 
dalam diri  mereka sendiri, tidak mereka lihat. 

Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau jadi antek 
asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status sosial dan ekonomi  
masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, 
cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk orang asing. 
Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan 
mereka tidak mempunyai kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan 
grass-roots di Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik 
seperti PDIP yang mengakar ke bawah. 

Kelompok liberal  melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai kekuatan 
grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI, mereka berusaha untuk 
menunganggi NU tetapi tidka berhasil. Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim 
Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh Ulil 
dan kawan-kawan. Karena itu ketika tersiar kabar di beberapa daerah terjadi 
konflik antara massa FPI dengan NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi.  Itu 
ternyata bukan NU, tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan 
dipakaikan baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu 
domba.

Dikabarkan ada  seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan, tetapi 
ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahala Banser sendiri tidak tahu 
menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal. Karena Gus 
Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunganggi NU sudah tidak ada pintunya, 
maka sekarang mereka mencoba menunganggi PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi 
PDIP sedang marah, maka masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus 
Partai Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau 
ditunganggi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas 
diri. (Abdul Halim)


http://www.suara-islam.com/news/berita/wawancara/1008-empat-kelompok-berkonspirasi-membubarkan-fpi




<<PostDateIcon.png>>

<<PostAuthorIcon.png>>

Kirim email ke