Waduh... waduh...
Pak Ananto ini... apa iya Bp yang setiap hari pergi ngantor pake pakaian 
NECISS...
Giliran waktu sholat hanya pake handuk doank...
Maaf sbelumnya, ini bukan masalah kalah menang antara fiqih sama norma lho..
Tapi, pantaskah menghadap ALLAH dengan modal handuk doang??

Salam

  ----- Original Message ----- 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, February 15, 2007 8:54 AM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



  hehehe...
  ngomongin aurat laki laki...

  pan batesnya dari puser ampe utut ya pak?
  tapi,
  jika saya cuman pake handuk doang yg nutup daerah itu, kemudian sholat jum'at 
ke istiqlal... dijamin akan diseret keluar ama pak satpam... :))
  walaupun saya ngotot itu udah nutup aurat... dijamin satpam akan tetep nyeret 
saya... dia ga bakalan peduli kita ajak debat masalah dalil, hadits, fiqh dan 
seterusnya... nah pada kasus seperti ini, ternyata fiqh (nutup aurat) kalah 
telak dibandingkan norma sosial.. :)) 

  salam,
  ananto

   
  On 2/15/07, Kartika, Bambang <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

    Assalamualaikum Wr.wb

    Jeng,.....pengertian jilbab, aurat, itu bukan hanya untuk kaum Hawa saja 
loh begitu juga untuk kaum Adam. kalau panjenengan melihat kaum Adam memakai 
celana pendek itu sama saja panjenengan melihat aurat laki-laki. 

    Wassalam

      -----Original Message-----
      From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] Behalf Of 
humaeroh
      Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:16 PM
      To: keluarga-islam@yahoogroups.com

      Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab



      hah,,,mas ananto mau berjilbab??? jangan deh mas,,,,,pliiisss

      hehe :-)) just kddng!


        ----- Original Message ----- 
        From: Ananto 
        To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
        Sent: Wednesday, February 14, 2007 4:09 PM
        Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

         

        tapi kalau disuruh milih, saya milih yg berjilbab lho... jangan 
kuatir... :))

        salam,
        ananto

         
        On 2/14/07, SPSI K1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

          Oke Bos ananto...Bukan bos gila loh...
          Matur nuwun,Terima kasih,atas masukannya.sok mangga dilanjut 
obrolannya.
            ----- Original Message ----- 
            From: Ananto 
            To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
            Sent: Wednesday, February 14, 2007 11:18 AM
            Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

             

            saya menghargai anda jika memakai jilbab atas dasar keimanan 
sampeyan... jika sampeyan meyakini bahwa memakai jilbab itu wajib, silahkan 
dipakai dan digunakan serta "diamalkan"

            tapi,
            jangan menyalahkan yg tidak memakai jilbab, karena berkeyakinan 
bahwa memakai jilbab itu "tidak wajib"

            salahkan yg suka berbusana "mengundang"... dan sekali lagi concern 
saya, tidak memakai jilbab itu harus yg "mengundang"

            salam jilbab,
            ananto

             
            On 2/13/07, SPSI K1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

              Mas ananto dan Eroh si pipi kemerah merahan kalo kepanasan...

              saya sedikit punya cerita dulu ketika pelajaran agama sekolah 
saya di terangkan oleh guru saya bahwa penghuni neraka itu kebanyakan adalah 
wanita dan karena kebanyakan wanita tidak menutup auratnya alias tidak 
berjilbab,bener ga yah ? 
              Ketika saya memutuskan berjilbab seharusnya saya tidak perlu 
minta restu suami saya karena saya tahu jilbab itu wajib tetapi sebagai istri 
yang baik apapun yang ada di diri saya, suami saya harus tahu dan ketika suami 
saya bilang bila saya ingin pakai jilbab ya pakai saja asal jangan cuma 
ikut-ikutan mode atau lagi ngetrend 
              segala sesuatu yang diperintahkan Allah untuk umatnya berarti itu 
kebaikan untuk umat itu sendiri.
              Seperti layaknya cerita di koran-koran mengenai wanita muslimah 
yang ingin memakai jilbab di lingkungan publik khususnya ditempat kerja jilbab 
itu selalu jadi masalah dan ketika banyak wanita muslimah mengorbankan 
penghasilan dan kerjaan mereka karena mereka hanya ingin mempertahankan 
perinsip mereka untuk tetap memakai jilbab.dan itu introfeksi untuk diri saya 
sendiri.
              Ketika saya memakai jilbab ada yang bilang jilbab yang saya pakai 
hanya menutupi kecantikan saya.
              dan ada yang bilang saya pakai jilbab mau ikut festival.
              Dan ada yang bilang saya terlalu muda untuk memakai jilbab karena 
fenomena yang ada ditempat saya jilbab itu hanya untuk kaum ibu saja.
              tapi itulah godaan buat saya segala sesuatu butuh proses dan saya 
sangat menikmati masukan dari mereka semua.
              Nikmat mana lagi yang Allah berikan kepada saya yang saya 
pungkiri.
              Di beri punya suami yang baik
              Di beri anak yang sehat
              Di Kesehatan
              Di beri Pekerjaan
              dll........... 
              kalo di sebutin ga kehitung banyak nikmat dan rahmat Allah yang 
diberikan kepada saya dan saya hanya bisa menangis dan menangis betapa saya 
yang bodoh dan hina ini masih di beri kesempatan untuk melihat orang-orang yang 
saya sayangi sampai detik ini. 

              Salam


                ----- Original Message ----- 
                From: Ananto 
                To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
                Sent: Tuesday, February 13, 2007 1:45 PM
                Subject: Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

                 

                hehehe...
                nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

                sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya 
jelas: wallahu a'lam... :)

                salam,
                ananto

                 
                On 2/13/07, Raflis amin <[EMAIL PROTECTED] > wrote: 
                  Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin 
yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana 
dengan pandangan ALLAH SWT ??????????????????????????????????????????????? 



                  Ananto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
                    Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
                    Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi 
dia, hati "berjibab" lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
                     
                    Profil, Maret 2005
                    TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia 
muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling 
mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami 
akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi 
akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. 

                    Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar 
talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, 
sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena 
keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via 
telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

                    Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang 
Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau 
anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia 
melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih 
hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana 
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana 
melakukan reportase diiringi tangisan. 

                    Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan 
wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia 
belum mendengar isu kristenisasi. "Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu 
saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak 
anak-anak keluar Aceh," ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

                    Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, 
karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. 
Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau 
memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih 
sempat mengurusi agama. "Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu 
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan," ujarnya. 


                    LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, 
pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi 
penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan 
Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

                    Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari 
Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana 
meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan 
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. 

                    Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari 
Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi 
terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi "Shihab Vs 
Shihab". 

                    Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang 
masih punya hubungan saudara dengan Nana. "Najwa mengkritik penanganan bencana 
yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab," kata 
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat 
dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

                    "Shihab Vs Shihab", kata Effendy, untuk menggambarkan 
bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan 
kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh.


                    WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga 
religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat 
betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. 
Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP 
Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, 
dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di 
rumah. "Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu 
ritual keluarga sampai saya SMU." Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana 
baru boleh keluar setelah magrib. 

                    Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. 
"Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. 
Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan 
mempengaruhi perilaku," ujarnya. 

                    Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak 
bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS 
(America Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga 
menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun 
tinggal di keluarga asuh. "Sempat terjadi perdebatan keluarga. Waktu itu yang 
paling mendukung ayah saya. Apa pun untuk pendidikan akan diperbolehkan, dalam 
usia itu pun beliau sudah memberikan kepercayaan, walaupun di sana dia sudah 
dibekali agama, mereka percaya shalatnya tidak akan ditinggal. Dan 
alhamdulillah saya bisa menjaga kepercayaan itu," cerita Nana. 

                    Quraish Shihab, pakar tafsir itu, bagi Nana, adalah sosok 
bapak yang santai. "Seneng joke-joke Abu Nawas, ketawa-ketawa," kisahnya. Jadi 
beliau, kata Nana, membebaskan pilihan kepada anak-anaknya untuk sekolah ke 
mana saja. 

                    Tidak hanya persoalan pendidikan, kebebasan juga diberikan 
oleh sang bapak untuk menentukan pasangan hidupnya. "Bahkan saat saya 
memutuskan untuk nikah muda, 20 tahun, ayah memberi kepercayaan. Bagi beliau 
yang penting kuliah selesai." Menjelang pernikahan, kata Nana, keluarga sempat 
ragu, tapi karena pengalaman kakak yang nikah saat usia 19 tahun akhirnya 
diizinkan. Tapi sebelum itu mereka sekeluarga umroh dulu. "Di sana ayah 
bertanya, 'udah mantep?' saya jawab, 'udah'. Ya sudah diizinkan," tutur Nana. 


                    KENDATI dalam keluarga religius, soal pakai jilbab tak 
menjadi keharusan. Menurut Nana, kalau orang pakai jilbab itu bagus, kalau tak 
berjilbab juga tidak apa-apa. "Saya sih seperti itu dan saya percaya itu." 

                    Karena memang, kata Nana, alasan ayahnya yang lebih penting 
adalah terhormat. Karena bukan berarti yang berjilbab tidak terhormat dan yang 
berjilbab sangat terhormat, karena kan masih banyak interpretasi tentang hal 
itu. Menurut Nana, yang penting tampil terhormat dan banyak cara untuk 
terhormat selain dengan jilbab. "Tidak pernah ada keharusan untuk berjilbab," 
ucapnya. 

                    Dengan cara berpakaian seperti itu, kata Nana, tak pernah 
ada yang komplain. "Karena mungkin melihat ayah, kalau ditanya orang 
pendapatnya membolehkan, membebaskan berjilbab atau tidak. Jadi banyak alasan 
dari ayah saya. Kalau ada yang komplain, paling pas bercanda. Dan saya selalu 
bilang: ya insyaallah mudah-mudahan suatu saat. Yang pasti hatinya berjilbab 
kok." 

                    Nana kagum pada yang pakai jilbab dan menutup aurat. Dia 
ingin juga pakai jilbab, mungkin suatu saat. "Sampai saat ini saya tidak merasa 
ada kewajiban atau beban untuk berjilbab," katanya, "Karena sejauh saya bisa 
menjalankan kewajiban saya sebagai muslimah tidak masalah berjilbab atau 
tidak." 

                    Meski kini ada rekan reporter yang mengenakan jilbab, Nana 
tidak terpengaruh. Sampai saat ini, dia merasa apa yang dilakukannya sudah 
berada pada jalur yang benar. Kalau nanti ada hidayah lebih lanjut, atau 
kemantapan memakai jilbab, tanpa ragu Nana akan memakainya. "Apa yang dilakukan 
orang kan bukan berarti kita akan terpengaruh. Kalau sekarang ada yang 
berjilbab kemudian saya ikut. Menurut saya, rugi kalau berjilbab alasannya 
itu," ujarnya. 

                    [Banani Bahrul-Hassan, Imam Shofwan]




--------------------------------------------------------------
                  Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call 
rates. 




















































----------------------------------------------------------------------------

    This message (including any attachments) is only for the use of the 
person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, 
proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended 
recipient, you should not copy, distribute or use this information for any 
purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. 





   

Kirim email ke