Mengenal KH. Usman Abdurrahman Mranggen





[image: Mengenal KH Usman Abdurrahman Mranggen]






KH Usman adalah putra pertama KH. Abdurrahman Mranggen Demak
<http://harian-oftheday.blogspot.com/2014/09/tokoh-of-day-kh-abdurrahman-mranggen.html>,
yang pada awalnya dididik langsung oleh orangtuanya sebelum disuruh mondok
ke Brumbung Mranggen Demak yang di asuh oleh KH Ibrohim.







Selepas dari Brumbung, ia meneruskan belajar di pondok pesantren Lasem yang
diasuh oleh KH Kholil dan KH. Ma'shum. Sekembalinya dari pesantren Lasem,
pada tahun 1926 beliau berusaha mengembangkan pesantren Futuhiyyah dan pada
tahun 1927 diserahi tanggung jawab mengelola pesantren di bawah pengawasan
KH. Abdurrohman.






Usaha da'wah yang dilaksanakan oleh beliau lebih banyak yang berorientasi
keluar, dalam arti lebih sering melakukan dak'wah keliling. Da'wah keliling
yang beliau lakukan berbentuk masrokhiyah (seni teater, sandiwara) dengan
musik rebana yang dipandu dengan tarian zipin dan pencak silat yang
disisipi ceramah agama.






Beliau lebih terkenal sebagai sosok seorang pendekar yang alim, karena pada
saat itu wilayah Mranggen lebih dikenal dengan kaum abangan, jadi da'wah
dengan teater lebih menguntungkan.






Pada tahun 1927 ia dibantu oleh adiknya, KH Muslih, berusaha mendirikan
madrasah yang kemudian diberi nama Futuhiyyah atas usulan adiknya. Namun

madrasah yang baru berjalan satu tahun ini diminta NU untuk merealisasikan

progam pendidikannya, tetapi perkembangan tersendat sendat dan akhirnya
hilang. Selanjutnya tahun1929 beliau mendirikan madrasah lagi, namun tidak
lama dibedol lagi oleh NU cabang Mranggen, dan nasibnya pun sama.






Sekitar tahun 1931, pimpinan diserahakan kepada KH. Muslih dan berhasil
mendirikan madrasah tidak boleh dipindah atau dibedol. Setelah itu KH.
Muslih pergi mondok lagi dan kepemimpinan pondok diserahkan lagi kepada KH.
Usman dan madrasah diserahkan kepada KH Murodi beserta para guru.






Setelah KH Muslih pulang dari Termas sekitar tahun 1935 kepemimpinan pondok
diserahkan kepadanya. Hal ini karena ia lebih memusatkan perhatiannya
da’wah keliling dan NU cabang Mranggen, sedangkan KH. Murodi melanjutkan
belajar di Makkah.







Disamping itu ia juga membuka pesatren khusus putri yang diberi nama An

Nuriyyah, sampai akhir hayat beliau tetap membantu pengajaran di pondok
Futuhiyyah meski ia sudah memiliki pesantren sendiri. Beliau wafat pada
tahun 1967 dengan menorehkan berbagai kemajuan selama masa kepemimpinan
beliau di Futuhiyyah. Kemajuan selama masa kepemimpinan KH Usman
diantaranya penataan manajemen pesantren, penataan manajeman madrasah, dan
pendidikan seni dan keterampilan.






Selain itu masih banyak kemajuan kemajuan dan peran sertanya dalam
pendidikan pesantren atau dalam perjuangan meraih kemerdekaan. []






Abdus Shomad-Ahmad Dliya’uddin, Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan
Mranggen Demak






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,

mengasihi sesama..."

Kirim email ke