Andi Arief Buka-bukaan Soal Penculikan
Oleh: 
nasional - Selasa, 24 Juni 2014 | 08:26 WIB 

http://nasional.inilah.com/read/detail/2112683/andi-arief-buka-bukaan-soal-penculikan#.U6kfQ_JSRQU


INILAHCOM, Jakarta - Andi Arief blak-blakan soal kasus 
penculikan yang terjadi pada 98. Ia mengungkapkan pendapatnya melalui 
facebook miliknya, Senin (23/6/2014) malam.

Andi Arief 
menyebut nama Hendropriyonho, Luhut Panjaitan, Wiranto, dan Benny 
Moerdani. Berikut apa yang ditulis staf khusus presiden bidang bantuan 
sosial dan bencana itu:

Saya harus mengatakan bahwa kader PRD 
Herman Hendrawan, Suyat, dan Wijhi Tukul memang sampai hari ini belum 
kembali. Bagi keluarga memang menyakitkan. Bagi perjuangan, setetes air 
matapun tidak ada rumus untuk keluar. Segala upaya digunakan mencari 
mereka. Tapi saya menolak merengek. Cara politik yang terhormat yang 
lebih baik ditempuh.

Penculikan adalah rentetan rejim diktator. 
Lumuran darah Beny Moerdani, Hendropriyono, Luhut Panjaitan, Wiranto, 
adalah fakta. Tapi mereka tak menggakuinya, mereka lobi sana sini agar 
tak terkena HAM. Prabowo mengakuinya, meski belum ada kecocokan tentang 
data antara PRD dan Prabowo. Saya justru balik curiga bahwa ada yang tak
 ingin kasus ini selesai, dan ada yang tak ingin selain Prabowo 
tersentuh.

Bocornya surat DKP itu tentu meruikan Prabowo karena 
momennya pemilu, tapi Herman Hendrawan, Bimo Petrus, Suyat, Wijhi Tukul 
tak ada dalam daftar DKP itu. Pembocoran itu pisau mata dua, berupaya 
menghentikan pencarian 4 kader PRD sekaligus kampanye negatif buat 
Prabowo. Kalangan pendukung Jokowi terdiri dari mantan aktivis dan 
gabungan NGO-NGO, bersorak untuk kepentingan pemilu, mereka sama sekali 
tak ada hati, tak sensitif dan hanyut dalam suka cita semu. Motif 
kapitalisasi isu ini hanya untuk kepentingan Jokowi bukan untuk yang 
masih hilang.

Saya dan beberapa kawan yang hilang ingin 
menegaskan bahwa terhadap Prabowo, Tim Mawar dan beberapa tim resmi 
maupun tim ormas di bawah naungan ABRI : kami tidak pernah ada masalah 
pribadi, kami tidak mengenal mereka, kami tidak ada kasus hutang 
piutang, kami tidak pernah mengganggu keluarga mereka dan soal-soal 
pribadi lainnya.

Artinya, tidak ada celah sedikitpun urusan 
pribadi masuk sebagai alasan sehingga bertahun-tahun kejar-kejaran dari 
satu tempat ke tempat lain. Sampai kami tertangkap dan dikeluarkan, 
persoalan utamanya adalah kami memperjuangkan demokrasi dengan jalan 
mendorong massa bergerak bersama-sama berjuang dan posisi tim yang 
gonta-anti oleh ABRI dan Polisi sampai akhirnya Tim Mawar Kopasus adalah
 bagian dari kekuasaan yang menolak demokrasi dan bentuk perjuangan 
kami.

Prabowo tidak mungkin memiliki inisiatif pribadi. Saya 
yakin dia pasang badan untuk atasan dan institusinya, atasan terkuat 
yang memaksa Prabowo memilih mengakhiri kariernya. Akibat pasang 
badannya ini, yang membuat persoalan ini tak kunjung selesai.

Prabowo
 mengakui semua yang sudah dikeluarkan. Namun akibatnya jalan kami makin
 buntu untuk nasib 4 kawan kami. Wiranto tidak sungguh-sunggguh daalam 
kapasitas Pangab menyerahkan yang masih belum dilepas. Statemennya 
kemarin sebagai tim sukses Jokowi membuktikan bahwa memang masalah ini 
disimpan untuk sewaktu-waktu menjadi senjata untuk kepentingan Wiranto. 
Bukan untuk penyelesaian.

Prabowo dan Tim Mawar bukan penculik. 
Karena mereka bukan dari kesatuan liar, mereka organ resmi negara. 
Prabowo, dan Tim Mawar adalah unsur kesatuan negara yang bernasib baik 
menangkan saya dan kawan-kawan lainnya setelah sekian lama entak dari 
kesatuan apa selalu gagal menangkap kami. Saya dan kawan-kawan 
tertangkap oleh negara, BUKAN PENCULIKAN oleh kesatuan yang liar.

Meski
 Tim Mawar adalah tim yang resmi dan berhasil melakukan penangkapan, 
namun ada pertanyaan, pertanyaannya dimana Herman Hendrawan, Suyat, Bimo
 Petrus dan Widji Thukul? Pertama-tama kita bahas Herman Hendrawan yang 
berada di lokasi yang sama dan sempat berbicara dengan Faisol Reza, 
Faisol Reza kembali ke rumah orang tuanya. Inilah yang akan saya 
tanyakan : andai dia sudah wafat, apa motif melenyapkannya? Andai dia 
sudah dikeluarkan berbarengan denan Faisol Reza secara terpisah, untuk 
apa ia tidak segera pulang ke rumah.

Dugaan saya, dia sudah 
pindah tangan ke kesatuan lain. Bagaimana dengan Suyat? Masih misterius,
 di tangan siapa. Tetapi apa yang diketahui suyat, itulah yang 
ditanyakan saat saya diinterogasi. Dugaan saya, pertama dia masih di 
tangan entah kesatuan mana. Kedua, dia memang dalam keadaan luka agak 
parah, bisa saja perlakuan kekerasan saat interogasi dan sakitnya 
menyebabkan ia sudah tak ada. Dua kawan ini yang pasti gampang 
dijelaskan, karena tidak ada alasan kuat untuk mereka berdua untuk 
dilenyapkan kalau kawan-kawan yang lain ternyata dikeluarkan.

Saat
 sidang di Mahmil saya menolak bersaksi dan menawarkan barter. Keluarkan
 dua kawan saya dan saya akan meminta semua Tim Mawar dibebankan. Saya 
dan kawan-kawan terus menawarkan barter itu. Keselamatan kawan-kawan 
kami lebih penting. Hingga hari ini saya dan kawan-kawan belum berhasil 
menemukan. Nanti saya akan bercerita tentang Bimo Petrus dan Widji 
Thukul.

[rok]

Kirim email ke