Ciri Pemimpin Cacat Moral

Oleh KH Didin Hafidhuddin

Terlepas dari adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya kata-kata 
'terbebas dari cacat moral' ditulis secara eksplisit dalam Peraturan Pemerintah 
tentang Persyaratan Calon Kepala Daerah seperti gubernur, bupati atau wali 
kota, namun sesungguhnya kita semua pasti sepakat dalam hal substansinya. Calon 
kepala daerah harus memiliki track record perilaku yang baik dan bisa 
dipertanggungjawabkan, serta tidak melakukan hal-hal tercela, baik dalam 
pandangan masyarakat maupun pandangan ajaran agama.

Calon kepala daerah yang dikenal sebelumnya sebagai penyanyi, penari erotis 
yang terbiasa memamerkan aurat tubuhnya, pernah diketahui masyarakat melakukan 
perzinahan, perselingkuhan, pernah melakukan pembunuhan, ataupun tindakan 
kriminalitas lainnya, rasanya sulit untuk dijadikan figur utama dalam memimpin 
daerahnya. Kondisi semacam ini juga berlaku di Amerika Serikat dan Eropa yang 
sebagian besar masyarakatnya memiliki pandangan hidup yang sekuler. Di 
negara-negara tersebut banyak calon pemimpin yang mengundurkan diri, dan tidak 
terpilih karena alasan cacat moral. Bahkan, banyak juga yang jatuh kekuasaannya 
karena hal perilaku yang buruk.

Masalah moral adalah persoalan universal yang berlaku bagi siapa saja, kapan 
dan di manapun. Artinya, setiap hati nurani orang, pasti ingin mendapatkan 
pemimpin yang baik moralnya. Sebab, fitrah manusia ingin mendapatkan ketenangan 
dalam hidupnya. Kebaikan adalah sesuatu yang menyebabkan ketenangan. Sedangkan 
dosa atau keburukan adalah sesuatu yang meragukan dalam hati dan akan terasa 
malu jika diketahui orang lain.

Pemimpin masyarakat ataupun kepala daerah memiliki peran utama untuk 
menggerakkan masyarakatnya melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam segala 
aspek kehidupan. Mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, budaya, dan juga 
akhlak serta moralnya.

Pemimpin itu yang dipercaya masyarakat karena ia layak dijadikan panutan dan 
teladan, akan mampu menjalankan tugasnya itu dengan baik. Karena itu, 
keteladanan menjadi faktor utama dalam memimpin. Sebab, memimpin itu bukan 
hanya dengan kata-kata dan instruksi, tetapi juga dengan cinta, kasih sayang, 
musyawarah, dan contoh yang baik.

Sejarah telah membuktikan bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang 
mampu menjadikan dirinya sebagai suri teladan bagi masyarakatnya. Itu pula yang 
terjadi pada masyarakat Muslim di abad-abad pertama, seperti Umar bin Abdul 
Aziz dan Umar bin Khathab maupun sahabat dan tabiin lainnya.

Dan itu pula yang ditonjolkan oleh kepemimpinan Rasulullah SAW. ''Sesungguhnya 
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi 
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak 
menyebut Allah.'' (QS Al-Ahzab [33]: 21). Wa Allahu a'lam.

Kirim email ke