Posted by: "Iwa Kustiwa"  <http://profiles.yahoo.com/mun_iwa> 


Tue Feb 12, 2008 10:50 pm (PST) 

---------- Forwarded message ----------
Date: 9 Feb 2008 19:24
Subject: [belitung77] Barack Obama
To: Belitung77 <  <mailto:belitung77%40yahoogroups.com> [EMAIL PROTECTED]>

Maya Soetoro, Senjata Rahasia Barack Obama

Oleh A Jafar M. Sidik

Jakarta (ANTARA News) - Sepanjang sejarah pemilihan Presiden Amerika
Serikat
(AS), baru sekarang nama Indonesia sangat kerap disebut oleh media
massa
setempat.

Selasa (5/2), nama Indonesia disebut lagi secara luas setelah Barack
Obama
menang dalam pemungutan suara pemilih Partai Demokrat di Indonesia,
kaukus suara di
luar negeri yang sekarang menjadi salah satu yang amat menarik untuk
diberitakan.

Barack Obama-lah, calon Presiden AS dari Partai Demokrat, yang membuat
Indonesia tiba-tiba begitu dekat dengan AS.

Keterikatan Obama dan Indonesia bahkan lebih pekat dari yang
diperkirakan
setelah pemberitaan mengenai peran dan identitas adik perempuannya
yang berdarah
Jawa, Indonesia, Maya Soetoro Ng, semakin luas.

Sebelumnya, orang Indonesia lebih mengenal Obama hanya sebagai seorang
AS yang
menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia. Kini, pengetahuan
itu
bertambah dengan kepopuleran Maya Soetoro.

Ayah kandung Obama yang bernama Barack Hussein Obama adalah seorang
Afrika
berkewargnegaraan Kenya, sedangkan ayah kandung Maya adalah Lolo
Soetoro, pria Jawa
Timur tulen. Baik ayah kandung maupun ayah tiri Obama menganut
keyakinan
Islam.

Obama dan Maya beribu sama, seorang perempuan kulit putih bernama
Stanley Ann
Dunham.

Selama ini orang AS mengenal Michelle Obama, istri Obama, sebagai orang
kuat di
balik kampanye kecalonpresidenan dan karir politik Obama.

Tapi, setelah kampanye itu memasuki babak terpanasnya, orang AS mulai
ingin
mengenal lebih dekat sosok Obama, terutama keluarganya.

"...(selain Michelle) ada dua lagi senjata rahasia Barack Obama, yakni
kakak
perempuannya Auma Obama dan adik perempuannya Maya Soetoro Ng," tulis
Amy
Argetsinger dan Roxanne Roberts dari Washington Post (22/1).

Kedua wartawati The Post itu menyebutkan, aset politik terbesar Obama
adalah
tradisi multikultur yang ada dalam keluarganya. Tradisi itu
dikembangkan oleh
para perempuan di sekitar Obama, mulai ibunya sampai Maya Soetoro.

Begitu besarnya peran perempuan terhadap Obama tercermin dari perangai
dan
sikapnya yang lembut. Hampir semua orang terdekatnya adalah perempuan.
Lima
perempuan menjadi kekuatan inti pribadi Barack Obama, yaitu Michelle,
ibundanya yang
almarhum, sang nenek, Maya, dan Auma.

Keluarga Obama yang unik, karena berkomposisi ras warna-warni, sungguh
menarik
perhatian banyak orang di AS.

Auma adalah asli keturunan Kenya. Ibunda Auma adalah istri pertama dari
Barack
Obama Sr. Sedangkan, Maya, membawa darah campuran Asia (Jawa,
Indonesia).

Saudara-saudara Obama yang lain hidup tenteram di Iowa, New Hampshire,
dan jauh
dari publikasi media, sehingga menyembunyikan keunikan keluarga Obama
yang
sesungguhnya merangsang apresiasi publik AS itu.

Meski berbeda ayah, mereka selalu berdekatan dan berkomunikasi sangat
rekat,
khususnya hubungan antara Maya dengan Obama.

Sampai sekarang Maya yang tumbuh besar bersama Obama di Indonesia dan
Hawaii
tetap mengenang masa kecil yang indah bersama sang abang. Berjam-jam
ngobrol di
telepon, menjadi tempat berkeluhkesah tatkala dibelit frustasi dan
dirundung
bingung, atau sebagai pelindung yang kadang terkesan protektif.

"Dia membantuku menentukan pilihan," kata Maya kepada Chicago Sun Times
edisi 9
September 2007.

Maya yang sering dikira orang Latin atau hispanik itu sekarang telah
menjadi
istri pria Kanada keturunan Cina, Konrad Ng. Mereka dikarunia anak
perempuan
berusia 3 tahun bernama Suhaila.

Maya memeroleh gelar PhD dari Universitas Hawaii, dan sekarang mengajar
pada
sebuah sekolah di Honolulu, sedangkan suaminya adalah PhD ilmu politik
yang aktif
dalam kampanye kepresidenan Obama.

"Apakah anda akan berkampanye untuk kakak anda?" tanya wartawati New
York
Times, Deborah Solomon, dalam satu wawancara dengam Maya pada 20
Januari 2008.

Maya menjawab antusiastis, "Ya."

"Di bemper mobil ku ada stiker bertuliskan, `1-20-09. End of an Error`
(Akhir
bagi Kekeliruan)," kata Maya.

Kombinasi angka 1-20-09 merujuk pada waktu pelaksanaan pemungutan suara
untuk
pemilihan Presiden AS pada 20 Januari 2009, sedangkan maksud kalimat
"akhir dari
kekeliruan" adalah bahwa kemenangan si abang menjadi Presiden AS akan
mengakhiri kekeliruan bangsa AS, karena telah memilih rezim yang
salah.

Bersama para selebritis top, seperti Robert de Niro dan Oprah Winfrey,
Maya
kini aktif berkampanye bagi pencalonan Obama sebagai kandidat Presiden
AS dari
Partai Demokrat dan presiden kulit hitam pertama AS.

"Kukira hal terpenting yang bisa kulakukan sekarang adalah membagi
alasan
dengan orang-orang mengapa saya tergerak mendukung kampanye
presidensial Obama,
bahkan jika dia bukan abang ku," kata Maya.

Kepada New York Times, Maya menerangkan nilai-nilai moral dan
kemanusiaan yang
bersemayam dalam keluarganya, terutama setelah ditanam oleh sang ibu.
Nilai-nilai keluarga ini pula yang merasuki pikiran, pandangan, dan
prilaku Obama.

Maya menyebut ibunya sebagai seorang agnostik (masih mempertanyakan
keberadaan
Tuhan dan konsep Ketuhanan), tetapi sang ibu pula yang mengajarkan
kebaikan-kebaikan ajaran spiritual.

"Mama kerap menghadiahi kami buku-buku bagus, Injil, Kitab Hindu
Upanishad,
Budhisme, dan Tao Te Ching. Beliau menginginkan kami meyakini bahwa
setiap orang
mempunyai sesuatu yang indah untuk disumbangkan kepada dunia," kata
Maya.

"Anda tak menyebut-nyebut Al Quran? Anda khawatir kalau menyebut Islam
akan
mengundang kampanye hitam yang memburukkan citra politik kakak anda?"
tanya
Deborah.

Maya yang mengaku secara filosifis Budhis menjawab, ibunya tak
mengajarkan
banyak hal soal Al Quran, namun keluarga kerap membacanya, bahkan
setiap pagi
mereka mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran selama di Indonesia.

Maya menolak kekhawatiran identitas keislaman yang menempel ketat pada
keluarganya --terutama ayah kandung dan ayah tirinya-- akan mencederai
citra Obama.

"Aku tidak menyangkal Islam. Aku kira sangatlah penting untuk diketahui
bahwa
kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Tapi, akan
sangat salah
jika itu dihubung-hubungkan dengan abang ku karena ia berkeyakinan
Kristen sejak
20 tahun lalu," kata Maya.

Maya mengungkapkan, pesan keberagaman, kebersamaan, cinta, dan sikap
saling
menghormati yang diajarkan ibunya kepada mereka telah membuat mereka
tumbuh
sebagai anak-anak yang menoleransi perbedaan dan bercita-cita demi
toleransi itu.

Keluarga mereka, bahkan dinilai sangat melambangkan keragaman AS.

"Saya adalah wujud dari kebijakan luar negeri dan kekuatan Amerika.
Jika nanti
anda kabarkan pada orang-orang bahwa `Kita mempunyai presiden yang
neneknya
tinggal di satu gubuk di pinggir Danau Victoria dan mempunyai adik
setengah
Indonesia yang menikahi seorang Cina Kanada,` maka orang-orang akan
menilai si
presiden adalah orang yang akan lebih memahami apa yang dihadapi
rakyat dan
negerinya. Dan, mereka benar," kata Obama kepada New York Times edisi
4 November 2007.

Tak hanya soal keberpihakan pada kaum terpinggirkan, Obama juga menjadi
salah
seorang kandidat presiden yang lebih bisa menawarkan cara kreatif
dalam
pendekatan internasional AS yang lebih ramah dan dialogis.

Obama yang dikenal santun berperilaku dan berucap akan menjadi bekal
dalam
membangun dialog antar-bangsa yang lebih terbuka, berderajat, dan
saling
menoleransi.

Selama ini pendekatan internasional AS pimpinan Presiden George Bush
yang
agresif penuh retorika keras dan anti dialog telah membuat AS keliru
untuk kemudian
gagal membina hubungan baik dengan dunia.

Untuk alasan mengakhiri kekeliruan ini pula Maya Soetoro menyebut Obama
sebagai
yang tertepat untuk rakyat AS. Namun, banyak pihak tentunya
berkomentar, "Kita
lihat saja nanti." (*)

----- Just another ordinary people ------
----  <http://djayawikarta.wordpress.com/> http://djayawikarta.wordpress.com 
------

Reply via email to