http://www.suaramerdeka.com/
Halalbihalal sampai Kapan

Oleh: Mudjahirin Thohir

UMUMNYA orang Jawa memiliki kecenderungan untuk hidup secara kolateral, yakni mementingkan perkawanan dan menghindari permusuhan sebagaimana ungkapan "satu orang musuh sudah kebanyakan, seribu kawan masih kurang".

Kecenderungan itu, antara lain didorong oleh tiadanya alur kerabat yang bernama fam atau marga sebagaimana orang Batak atau orang Irian. Pelajaran kultural di balik fakta itu ialah kemampuan adaptif umumnya orang Jawa, yakni sikap luwes dan mudah menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan yang berbeda-beda. Saking luwesnya, seorang Jawa yang kakinya terinjak sepatu, tidak direaksi dengan mata melotot, mulut dimoncongkan sambil berkata-kata kasar, tetapi ditepis dengan seloroh: "Nyuwun sewu, punopo sepatu panjenengan enggal?"

Seloroh seperti itu adalah wujud dari cara menyelesaikan persoalan khas Jawa, yaitu menghindari konflik sekaligus tidak ingin mempermalukan orang lain. Itu berarti, menggambarkan dirinya sendiri yang tidak ingin terjadi keributan dan tidak ingin dipermalukan.

Kalau itu yang justru terjadi, maka seorang Jawa lebih suka mendendam daripada harus menyelesaikan secara jantan. Itu pula alasannya mengapa raut muka -termasuk pernyataan- orang Jawa tidak mudah diduga. Bilang ya bisa berarti mboten.

Menjawab Insya Allah untuk suatu undangan, bisa bermakna sebaliknya, alias tidak datang. Akibatnya, orang luar yang tidak paham karakteristik itu akan menganggapnya sebagai kemunafikan. Tetapi sesungguhnya bagi orang Jawa sendiri, sikap itu dipilih untuk tidak ingin menyakitkan orang lain.

Perasaan mudah dendam dan kecenderungan untuk bersikap berpura-pura seperti itulah, yang menandai kepada ketidakmudahan umumnya orang Jawa menyelesaikan persoalannya sendiri ketika bertengkar. Perlu ada momen penting yang bisa mencairkan perasaan tidak senang atau permusuhan tersebut. Di antara momen penting itu ialah hari besar keagamaan.

Idul Fitri secara kultural telah mampu landing secara tepat dalam batin orang Jawa, sehingga ia disebut Hari Raya Lebaran. Lebar berarti rampung, selesai, tuntas, tidak ada lagi sisa "permusuhan atau dendam" yang mengganjal. Dengan demikian, puasa Ramadan dalam persepsi orang Jawa bukan saja bermakna dan diberi makna untuk sebuah kewajiban keagamaan semata, melainkan juga sebagai sarana atau peranti melerai batiniahnya sendiri untuk akhirnya berkenan dan berkekuatan memberi dan meminta maaf atas adanya ketidakcocokan hubungan.

Dari pemahaman itulah, awal mula halalbihalal diberlakukan dan dibakukan secara sosial sebagai media untuk saling memberi dan menerima maaf atas kesalahan. Kesalahan yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, kesalahan yang terbuka maupun yang tersembunyi.

Variasi Ekspresi

Adapun cara bagaimana mengekspresikan perasaan penyesalan atas kesalahan yang dilakukannya itu, bisa bervariasi sesuai dengan tingkat-tingkat makna serta entitas kelompok masyarakat yang menyelenggarakan. Penyelenggaraannya pun bisa dilakukan secara personal dan bersifat informal maupun secara komunal dan bersifat formal.

Halalbihalal yang bercorak personal dan informal, umumnya terwujud ke dalam tindakan berkunjung secara personal atau berombongan dari satu rumah ke rumah lainnya, oleh orang atau kelompok orang yang merasa lebih muda kepada yang lebih tua, dilihat dari konsep hubungan kerabat, usia, atau kedudukan sosialnya. Karena dilakukan dengan cara berkunjung, muncul istilah yang merujuk ke tindakan itu sebagai ujung. Jika tekanannya kepada motif di balik tindakan yang dijalankan, tindakannya itu disebut silaturahmi atau silaturahim. Jika tekanannya kepada model atau tata cara bagaimana melakukannya, dikenal dengan istilah sungkem. Begitu seterusnya.

Halalbihalal secara komunal, lebih bersifat formal. Biasanya terdesain sebagaimana yang lazim dilakukan oleh berbagai perkumpulan, organisasi sosial, organisasi profesi, maupun instansi-instansi. Tetapi partisipannya, bisa orang-orang yang sama karena secara sosial, manusia sebetulnya memiliki status ganda. Dulmanan, misalnya, bisa berstatus sebagai warga kampung, bisa juga pengurus suatu organisasi, sekaligus sebagai staf salah satu instansi. Dengan begitu, Dulmanan bisa atau terpanggil untuk berhalalbihalal berulang kali dalam konteks sosial yang berbeda, sehingga masing-masing dari tindakannya itu bisa disebut: ujung, silaturahim, sungkem, atau halalbihalal itu sendiri.

Dengan demikian, menjadi semakin bisa dimengerti kalau pada mingu-minggu ini berbagai kesatuan sosial, seperti RT/RW, perkumpulan kepemudaan, organisasi keagamaan, organisasi profesi, sampai pada instansi dan lembaga perguruan tinggi, "berlomba" untuk menyelenggarakan halalbihalal. Meniadakan hal itu, terasa tidak eksistensial. Sepertinya, wujuduhu ka adamihi, keberadaannya bagaikan ketiadaannya.

Perkumpulan warga setingkat RT/RW, misalnya, kendati pada Idul Fitri para warganya sudah bertandang secara berkeliling ke rumah-rumah tetangga kanan-kiri, tetapi para pengurusnya merasa belumlah afdol kalau tidak menyelenggarakan perhelatan bersama. Berbagai instansi pemerintah, mulai dari tingkat terendah sampai tingkat pusat, hampir semuanya juga menyelenggarakan halalbihalal pada hari kerja, meskipun sebelumnya di antara mereka sendiri sudah berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Tidak mau ketinggalan, organisasi profesi sampai kepada lembaga perguruan tinggi pun melakukan hal serupa.

Barangkali, dari konteks itulah manusia merasa perlu berkumpul dan ingin dikumpulkan sesuai dengan habitatnya*.(64a)

- Dr Mudjahirin Thohir MA, antropolog Undip. __._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





SPONSORED LINKS
Single family home Family home finance Family home mortgage
Family home business Dan

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke