Assalamu'alaikum wr.wb., Saudara2ku sekalian, Mudah2an tulisan ini bermanfaat, dan membuat kita semakin berhati-hati. Semoga bagi yang hanya ikut2an pemahaman Wahhabi dapat menerimanya dengan hati lapang. Semoga kita semua diberikan hidayah Gusti Allah SWT. Amin ...
Astaghfirullah ... Salam sayang, Abu Zahra ===== IBNU TAIMIYYAH MEMBUNGKAM WAHHABI Belakangan ini kata 'salaf' semakin populer. Bermunculan pula kelompok yang mengusung nama salaf, salafi, salafuna, salaf shaleh dan derivatnya.Beberapakelompok yang sebenarnya berbeda prinsip saling mengklaimbahwa dialah yang paling sempurna mengikuti jalan salaf. Runyamnyajika ternyata kelompok tersebut berbeda dengan generasi pendahulunyadalam banyak hal. Kenyataan ini tak jarang membuat umat islambingung, terutama mereka yang hanya mengandalkan buku-buku terjemahanuntuk memperluas wawasan keislamann ya. Lalu siapa pengikut salafsebenarnya? Apakah kelompok yang konsisten menapak jejak salafataukah kelompok yang hanya menggunakan nama salafi?. Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan di atas dan menguak siapa pengikut salaf sebenarnya. Istilahsalafi berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu. Menurutahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para ulama' empat madzhab danulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan amalnya tidak diragukan lagidan mempunyai sanad (mata rantai keilmuan) sampai pada Nabi SAW. Namunbelakangan muncul sekelompok orang yang melabeli diri dengan namasalafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-bukunya. Kelompokyang berslo gan "kembali" pada Al Qur'an dan sunnah tersebutmengaku merujuk langsung kepada para sahabat yang hidup pada masaNabi SAW, tanpa harus melewati para ulama empat madzhab. Bahkanmenurut sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz dalam salahsatu majalah di Arab Saudi, dia juga menyatakan tidak mengikutimadzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Pernyataandi atas menimbulkan pertanyaan besar di kalangan umat islam yangberpikir obyektif. Sebab dalam catatan sejarah, ulama-ulama besarpendahulu mereka adalah penganut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Sebutsaja Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu Abdil Hadi,Ibnu Qatadah, kemudian juga menyusul setelahnya Al Zarkasyi, Mura'i,Ibnu Yusuf, Ibnu Habirah, Al H ajjawiy, Al Mardaway, Al Ba'ly, AlBuhti dan Ibnu Muflih. Serta yang terakhir Syekh Muhammad bin AbdulWahhab beserta anak-anaknya, juga mufti Muhammad bin Ibrahim, danIbnu Hamid. Semoga rahmat Allah atas mereka semua. Ironissekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin Hanbal dan para imamlainnya tidak berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah? sehinggakelompok ini tidak perlu mengikuti para pendahulunya dalambermadzhab?. Apabila mereka sudah mengesampingkan kewajibanbermadzhab dan tidak mengikuti para salafnya, layakkah merekamenyatakan dirinya salafy? Belumlagi aksi manipulasi mereka terhadap ilmu pengetahuan. Merekamemalsukan sebagian dari kitab kitab karya ulama' salaf. Sebagaicontoh, kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi cetakan Darul Huda,Riyadh , 1409 H, yang ditahqiq oleh Abdul Qadir Asy Syami. Padahalaman 295, pasal tentang ziarah kemakam NabiSAW, dirubah judulnya menjadi pasaltentang ziarah ke masjidNabi SAW. Beberapa baris di awal dan akhir pasalitu juga dihapus. Tak cukup itu, mereka juga dengan sengajamenghilangkan kisah tentang Al Utbiy yang diceritakan Imam Nawawidalam kitab tersebut. Untukdiketahui, Al Utbiy (guru Imam Syafi'i) pernah menyaksikan seorangarab pedalaman berziarah dan bertawassul kepada Nabi SAW. Kemudian AlUtbiy bermimpi bertemu Nabi SAW, dalam mimpinya Nabi menyuruhmemberitahukan pada orang dusun tersebut bahwa ia diampuni Allahberkat ziarah dan tawassul -Nya. Imam Nawawi juga menceritakan kisahini dalam kitab Majmu' dan Mughni. Pemalsuanjuga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah Shawi atasTafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang tidak cocokdengan pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitabHasyiah Ibn Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkanpasal khusus yang menceritakan para wali, abdal dan orang-orangsholeh. Parahnya,kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral juga tak luput dariaksi mereka. Pada penerbitan terakhir kumpulan fatwa Syekh IbnuTaimiyah, mereka membuang juz 10 yang berisi tentang ilmu sulukdan tasawwuf. (Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama) Bukankahini semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak ciptakarya intelektual para pengarang dan melecehkan karya-karyamonumental yang sangat bernilai dalam dunia islam. Lebih dari itu,tindakan ini juga merupakan pengaburan fakta dan ketidakjujuranterhadap dunia ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi sikaptransparansi dan obyektivitas. MENGIKUTI SALAF? Berikutini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tasawwuf, maulid,talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang terdapat dalam kitab-kitabpara ulama pendahulu wahhabi. Ironisnya, sikap mereka sekarang justrubertolak belakang dengan pendapat ulama mereka send iri. Pertama,tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 SyekhIbnu Taimiyah berkata, "Para imam sufi dan para syekh yangdulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad besertapengikutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta lainnya, adalahorang-orang yang paling teguh dalam melaksaankan perintah danmenjauhi larangan Allah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani, kalam-kalamnyasecara keseluruhan berisi anjuran untuk mengikuti ajaran syariat danmenjauhi larangan serta bersabar menerima takdir Allah. Dalam"Madarijus salikin" hal. 307 jilid 2 IbnulQayyim Al-Jauziyah berkata, "Agama secara menyeluruh adalahakhlak, barang siapa melebihi dirimu dalam akhlak, berarti iamelebihi dirimu dalam agama. Demikian pula tasawuf, Imam al Kattaniberkata, "Tasawwuf adalah akhlak, barangsiapa melebihi dirimu dalamakhlak berarti ia melebihi dirimu dalam tasawwuf." Muhammadbin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa wa Rosailhal. 31 masalah kelima. "Ketahuilah -mudah-mudahan Allah memberimupetunjuk - Sesungguhnya Allah SWT mengutus Nabi Muhammad denganpetunjuk berupa ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amalshaleh. Orang yang dinisbatkan kepada agama Islam, sebagian darimereka ada yang memfokuskan diri pada ilmu dan fiqih dan sebagianlainnya memfokuskan diri pada ibadah dan mengharap akhirat sepertiorang-orang sufi. Maka sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nyadengan agama yang meliputi dua kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)".Demikianlah penegasan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa aja rantasawuf bersumber dari Nabi SAW. Kedua,mengenai pembacaan maulid. Dalam kitab Iqtidha' Sirathil MustaqimIbnu Taimiyah berkata, "Adapunmengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orangterkadang melakukannya. Mereka mendapat pahala yang besar karenatujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW." Ketiga,tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskanbahwa barang siapa mengingkari sampainya amalan orang hidup padaorang yang meninggal maka ia termasuk ahlibid'ah. DalamMajmu' fatawa juz 24 hal306 ia menyatakan, "Para imam telahsepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala oranglain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dantelah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan ijma' (konsensusulama'). Barang siapa menentang hal tersebut maka ia termasuk ahlibid'ah". Lebihlanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah "danbahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telahdiusahakannya." (QS an-Najm [53]: 39) iamenjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisamendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseoranghanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha oranglain adaklah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki hartaorang lain apabila dihadiahkan kepadanya. Begitupula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhakmenerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengandemikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaummuslimin, baik kerabat maupun orang lain" Dalamkitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyimmembenarkan sampainya pahala kepada orang yang telahmeninggal. Bahkan tak tangung-tanggung Ibnul Qayyim menerangkansecara panjang lebar seba nyak 33 halaman tentang hal tersebut. Keempat,masalah talqin. Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 IbnuTaimiyah menyatakan bahwa sebagian sahabat Nabi SAWmelaksanakan talqin mayit, seperti Abu Umamah Albahili, Watsilah binal-Asqa' dan lainnya. Sebagian pengikut imam Ahmad menghukuminyasunnah. Yang benar, talqin hukumnya bolehdan bukan merupakan sunnah. (Ibnu Taimiyah tidak menyebutnyabid'ah) Dalamkitab AhkamTamannil Maut Muhammad binAbdul Wahhab juga meriwayatkan hadis tentang talqin dari ImamThabrani dalam kitab Al Kabir dari Abu Umamah. Kelima,tentang ziarah ke makam Nabi SAW. Dalam qasidah Nuniyyah (bait ke4058) Ibnul Qayyim menyatakan bahwaziarah ke makam Nabi SAW adalah salah satu ibadah yang paling utama "Diantaraamalan yang paling utama dalah ziarah ini. Kelakmenghasilkan pahala melimpah di timbangan amal pada hari kiamat". Sebelumnyaia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke 4046-4057). Diantaranya,peziarah hendaklah memulai dengan sholat dua rakaat di masjid Nabawi.Lalu memasuki makam dengan si kap penuh hormat dan takdzim, tertundukdiliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia menggambarkan pengagungantersebut dengan kalimat "Kita menuju makam Nabi SAW yang muliasekalipun harus berjalan dengan kelopak mata (bait 4048). Halini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang. Suasana khusyu'dan khidmat di makam Nabi SAW kini berubah menjadi seram. Orang-orangbayaran wahhabi dengan congkaknya membelakangi makam Nabi yang mulia.Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak mereka yangsedang bertawassul kepada beliau SAW dengan tuduhan syirik danbid'ah. Tidakkah mereka menghormati jasad makhluk termulia di semestaini..? Tidakkah mereka ingat firman Allah "Haiorang-orang yang beriman, jan ganlah kamu meninggikan suaramu melebihisuara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras,sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, supayatidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari."Sesungguhnyaorang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, merekaitulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untukbertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar" (QSAl Hujarat, 49: 2-3). Data-datadi atas adalah sekelumit dari hasil penelitian obyektif padakitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana bagi siapa saja yang inginmencari kebenaran. Mudah mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisanpendahulunya, mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalammenilai kelompok lain. (Ibnu KhariQ)Referensi- Majmu' fatawa Ibn Taimiyah- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah- Iqtidha' Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul Fikr- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr 2003- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab, cet. Maktabah Saudiyah RiyadhNasihat li ikhwanina ulama Najd karya Yusuf Hasyim Ar-Rifa'iDiambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy Edisi 60 Th. IV Rabi'ul Awwal 1429 H / April 2008 M