Isyarat Kebaikan 

Didalam sebuah pengajian seorang guru agama bertanya kepada muridnya " apakah 
kalian sanggup menjadi orang yang bertaqwa ? " , para murid menjawab dengan 
serempak " sanggup !" , lalu guru tersebut bertanya lagi " tahu dari mana 
kalian kalo sudah bertaqwa atau belum ?" , suasana hening , tidak ada yang 
berani menjawab " berusaha sajalah karena memang hanya Allah yang berhak 
melekatkan predikat taqwa kepada kita, dan jika ada yang merasa telah bertaqwa, 
itu berarti dia telah ujub pada setiap ibadahnya"

" Jika kalian tidak sanggup melaksanakan perintah Allah dan menjauhi 
larangannya  sekaligus , mana yang mesti kalian dahulukan ?" lanjut sang guru 
meneruskan pertanyaannya. Salah satu murid memberanikan diri menjawab " 
menjauhi larangannya guru , karena apapun bentuk keburukan akan berakibat tidak 
baik bagi diri kita maupun orang lain, bukankah dosa kita tidak akan di 
ampunkan Allah sebelum kita minta maaf kepada sesama ?, jadi menghindar lebih 
utama guru " jawab sang murid percaya diri , diantara para murid dia memang 
terkenal paling tenggang rasa, dan sering mengobarkan semangat persatuan. 

" tetapi bagi saya yang penting melaksanakan perintahnya dulu guru, 
hablumminalah baru hamblumminannas, karena jika semua orang berbuat baik tanpa 
melaksankan perintah tuhan untuk apa lagi ada agama, trus perbuatan baiknya 
karena apa , apakah karena hanya ingin dinilai baik sama orang karena apapun 
kebaikan tanpa ridho Allah adalah sia-sia, bukankah imam Ali RA pernah berkata 
jika kalian tidak bisa meninggalkan larangan Allah maka jangan pernah 
tinggalkan perintah Allah karena pada hakekatnya kebaikan dan keburukan berasal 
dari Allah dan telah menjadi ketetapannya." jawab salah seorang murid senior di 
pengajian tersebut.

Sang guru hanya tersenyum , sambil berkata " dua-dua nya masuk akal bukan " 
para murid mengangguk setuju, sang guru meneruskan " idealnya memang harus di 
usahakan keduanya  yaitu melaksankan perintahnya dan menjauhi larangannya, 
tetapi para ulama telah memikirkan bahwa kemampuan setiap orang memang berbeda  
dan di buatlah skala prioritas yaitu melaksanakan dulu perintahnya seperti yang 
di isyaratkan imam Ali karena ini merupakan masalah aqidah yang membedakan 
ummat Islam atau tidak, yang membedakan orang beragama atau tidak karena 
kebaikan itu bersifat fitrah yang dimiliki oleh siapapun termasuk orang yang 
tidak beragama" para murid hanya diam, ada yang bisa menerima tetapi ada juga 
yang masih menyanggah walau didalam hati.

Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun 
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan 
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim 
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.(QS 6:135)

Salam 

David



Kirim email ke