Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuhu.

“ Idzqaala Yuusufu liabiiHi, yaa abati..inni raiatu
ahada ‘asyara kaukaban, wassyamsa, walqamara,
raaituHum lii saajidiin” ( Tatkala nabi Yusuf berkata
kepada ayahnya, : Wahai ayahku, sesungguhnya aku
melihat 11 planet, matahari, bulan, aku melihat mereka
sujud kepadaku)(Q.S Yusuf 4).


Kita lihat dari sisi kebalaghanan(kesusasteraan)
didalam ayat diatas.

1.      Di dalam perkataan Allah Ta’ala : “RaaituHum”.(Aku
melihat mereka)

Ada yang mengatakan “raaituhum” ini adalah
takkid(penguat) dari kata “Raaitu” yang pertama. Jadi
pertama sekali nabi Yusuf melihat bintang-bintang
jumlahnya ada 11 juga bulan dan bintang secara
bersamaan dilihatnya(suatu hal yang memang luar biasa,
bulan dan matahari, kita ketahui bila kita melihat
bulan, maka matahari tidak kita lihat. Bila kita
melihat matahari dipagi hari, atau siang hari, atau
senja saat tenggelam, maka dimalam hari kita tidak
melihat matahari, tetapi bulanlah yang kita lihat),
sementara nabi Yusuf  alaihissalam melihat
kedua-duanya sekaligus, bersamaan juga dengan
bintang-bintang yang lain. Setelah dilihat pertama
sekali, jumlahnyapun jelas ada 11 bintang, dilihat
kedua kalinya bintang, matahari dan bulan itu sujud
kepadanya. MasyaAllah.

Ada juga yang mengatakan bahwa “ raaituHum” yang kedua
ini, adalah kalimat pemula(jumlah mustaknif),
merupakan pertanyaan (apa yang dilihat?)dan raitahum
ini adalah jawabnya., bagaimana keadaan planet-planet
yang dilihat nabi Yusuf tersebut? 

2.      Dalam perkataan Allah Ta’ala : “ Saajidin”(mereka
sujud) Suatu kesusasteraan bahasa Arab dalam AlQuran,
dimana kalimat “saajidin, atau saajiduun”, seharusnya
dipakai untuk kalimat orang yang berakal. Sementara
menurut kaidah atau undang-undang(grammar), dari
bahasa Arab matahari, bulan bintang, dalam kalimat
pluralnya, atau jamaknya seharusnya “saajidatun”
(mereka sujud). 

Contoh lain,” alabwaabun  maftuuhatun” (pintu-pintu
terbuka) .
              
                   “ alkaraarisun
maksuuratun”(kursi-kursi itu pecah, atau rusak)
Silahkan lihat di contoh-contoh pemakaian
jamak(plural) dalam pelajaran kita bahasa Arab di
mangajiRN. Semua kalimat benda yang tidak berakal,
memakai kalimat jamaknya dengan “ taknis, atau taa
marbuthah untuk jenis perempuan”, karena itulah
undang-undang dari nahu isim jamak buat benda yang
tidak berakal. 

Bukan dengan “ Waw dan Nun”(saat rafa’, atau marfu’),
juga bukan dengan “yaa dan Nun” (saat nasab, atau
mansuub). Karena tanda jamak buat yang berakallah
memakai waw dan nun atau yaa dan nun ini.

Contoh. “Arrijaalu naaimuun”(para lelaki tidur),
dipakai waw dan nun.
             

Jadi waw dan nun atau yaa dan nun, adalah tanda
pemakai untuk jamak yang berakal.
Lantas kenapa dalam ayat diatas bukankah matahari,
bulan bintang adalah benda yang tidak berakal? Kenapa
dipakai tanda jamak untuk yang berakal?

Itulah ia kebalagahan bahasa Arab. Ini dinamakan dalam
kaidah penafsiran atau tata bahasa Arab dengan nama “
istii’araah”(peminjaman). Jadi matahari, bulan,
bintang meminjam undang-ndang jamak yang seharusnya
dipakai orang berakal, dipinjam oleh mereka. Adakah
rahasianya? Jelas ada rahasianya. Itulah rahasia
kekuasaan Allah azza wajalla.

Sebenarnya ada hadist mengenai nama-nama bintang
didalam ayat diatas, tatkala Yahudi menanyakan pada
nabi Muhammad apa nama-nama bintang yang disebutkan
didalam kisah nabi Yusuf tersebut. Nabi menyebutkan
namanya, dan Yahudipun membenarkannya, namun  orang
Yahudi tetap tidak beriman kepada beliau. Hadist ini
terdapat di dalam Mustadrak Al Hakim, juga lainnya,
hanya saja mengenai hadist ini banyak pendapat ulama
mengenai perawinya banyak yang diragukan.

Sanadnya ada, tetapi macam2 pendapat disana, si A ini
baikkah atau pendustkah?. Betapa para ulama hadist
teliti dalam menilai dan memilih sebuah hadist ,
sedangkan yang ada sanadnya saja harus diteliti benar,
siapa para perawinya, pendustakah atau bagimana,
apalagi yang tidak bersanad dan tidak berperawi, jelas
hukumnya hadist palsu. 

Begitulah seharusnya sikap ummat Islam dalam menerima
suatu berita apalagi kalau itu dikatakan sebuah hadist
dari Rasulullah. Itulah sebabnya Allah selalu
berfirman kepada kita agar mempergunakan akal, jangan
sekedar taklid buta. Namun bila jelas hal itu hukumnya
pasti dari AlQuran dan hadist asshahihah, maka sikap
ummat islam haruslah sami’naa waatha’naa. Akal
dipergunakan untuk menambah keimanan atas kekuatan,
kebenaran firman-firman Allah dan hadist-hadist
Rasulullah bukan untuk menyalahiNya atau menyalahi
utusanNya.

Kembali kepada kisah nabi Yusuf alaihissalam.

“Yaa abati.”, (wahai ayahku), ini adalah panggilan
kesayangan buat seorang ayah dari anak kandungnya.
Asal katanya adalah : “ Yaa abtiy”, putar punya putar
dalam sisi lughahnya, maka jadilah ia menjadi “ Yaa
abatiy”.Dalam bahasa Arab panggilan buat ayah ada
beberapa macam, “ Abiy”, “abaty”, “abtaah”,
“abata”(abah).

Apakah bulan bintang matahari ini benar-benar sujud
penghambaan kepada nabi Yusuf, dan atas perintah nabi
Yusuf? Tidak, mereka sujud adalah sujud penghormatan
dan atas perintah Allah Ta’ala.Sama seperti sujud
Malaikat kepada nabi Adam alaihissalam.(kisah nabi
Adam selesai kita bahas).

Lantas kenapa dipakai sujudnya dengan sighat(lafaz),
sujud untuk orang berakal? Itulah ia isti’arah, mereka
sujud dan berakal, bukan kepada manusia, tetapi kepada
Allah Ta’ala. Lihatlah firman Allah Ta’ala dalam ayat
yang lain. “ “ Apabila langit terbelah, dan patuh
kepada tuhannya, dan sudah semestiinya mereka
patuh(Q.S Al Insyiqaq ayat 1-2).

Adzinat dari kata “ idznu”, mendengar, maka
semata-mata engkau hanya mendengar, maka engkau
langsung mempergunakan akal kamu untuk taat.Dan semua
makhluk di alam  ini semuanya ciptaan Allah Ta’ala dan
tunduk kepada Allah Ta’ala. Ingatlah kita firman Allah
Ta’ala yang mengatakan bahwa semua hewan yang melata
dimuka bumi itu, adalah ummat semacam kamu(Q.S Al
An’an 38)

Ingat juga kita bagaimana gunung, burung-burung benda
yang beku sekalipun, semua bertasbih untuk Allah,
seakaan-akan mereka memiliki akal. Mereka berakal
untuk Allah, dan berakal atas perintah Allah
Ta’ala.Kita tidak faham pembicaraan hewan, benda,
bagaimana mereka bertasbih, yang bisa faham akan
mereka dari manusia hanyalah atas keizinan Allah
Ta’ala, semacam nabi Daud, nabi Sulaiman dllnya, semua
atas kuasa dan izin Allah Ta’ala, para nabi dan Rasul,
merupakan makhluk pilihan, wajar masing-masing
mendapatkan karunia dan kelebihan apa yang tidak
dimiliki oleh manusia biasa. Allahpun akan memberikan
karunia dan rahmat serta kelebihan pada makluk yang
dikehendakiNya, insan beriman, bertaqwa, mukhlisin dan
sebagainya, semua atas izin Allah Ta’ala, tiada
siapapun yang dapat mengotak-atik hak prerogative
Allah Ta’ala ini, tiada siapapun.

Lantas siapakah yang dimaksudkan bintang-bintang,
bulan dan matahari dalam ayat diatas dalam ta’bir
mimpi nabi Yusuf, adakah riwayat yang shahih untuk
ini? Ada. Mari kita lihat bersama-sama.(bersambung
insyaAllah Ta’ala)

Wassalamu’alaikum. Rahima, El Ghiza, 13 April 2006


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke