Lemahnya Penegakan Hukum, Munculkan Semangat Amar Ma'ruf Nahyi Mungkar 

Senin, 8 Sep 08 08:34 WIB

Kirim teman
<http://www.eramuslim.com/berita/send/8907172447-profil-fpi-lemahnya-pen
egakan-hukum-munculkan-semangat-amar-ma039ruf-nahyi-mungkar.htm> 

 Lemahnya kondisi penegakan hukum dan pemerintah pada awal pelaksanaan
era reformasi di tahun 1998, dimanfaatkan oleh sekelompok mafia, yang
tediri dari LSM-LSM komparador untuk berupaya merusak negara melalui
cara sistematis dengan menyebarkan berbagai macam kemungkaran. Hal
itulah yang mendorong para ulama, habaib, dan kyai begitu antusias untuk
mendirikan suatu organisasi amar ma'ruf nahyi mungkar.

"Jadi mereka dalam setiap pertemuan mendiskusikan, bagaimana nih kita
kayaknya sudah perlu untuk membuat semacam kekuatan umat, menghimpun
kekuatan umat untuk amar ma'ruf nahyi mungkar, membentengi umat dari
kehancuran. Kalau begini saja, negara tidak memperhatikan umat akan
hancur, siapa yang bertanggung jawab padahal kita masih mempunyai
kekuatan, " papar Sekjen FPI Sobri Lubis kepad Eramuslim, mencontohkan
kekhwatiran yang dirasakan para pemimpin umat ketika itu.

Organisasi yang bernama Front Pembela Islam itu pun dideklarasikan oleh
Habib Rizieq Shihab, Habib Idrus Jamalullail, Kyai Misbach, dan beberapa
ulama lain, yang semuanya biasa hadir sebagai mubaligh di atas
mimbar-mimbar dakwah.

Akhirnya pada suatu malam, pada tanggal 17 Agustus 1998, sepakat untuk
berkumpul di Pondok Pesantren Al-Umm, didaerah Kampung Utan-Ciputat,
kediamanan KH. Misbachul Anam yang merupakan Sekjen FPI pertama untuk
mendeklarasikan pendirian Front Pembela Islam (FPI).

"Di situ datang semua para mubaligh, aktivis dakwah, mendeklarasikan
FPI. Jadi sejak deklarasi dulu, namanya FPI, itu karena ketika itu
kondisi umat Islam berbahaya. Dari segi namanya FPI, kita gak main-main.
Dalam kondisi waktu itu, " tutur Ustad Sobri.

FPI yang ketika didirikan secara dadakan karena komitmen moral yang
tinggi dari Habib Rizieq beserta Kyai, para Habaib lainnya, saat bentuk
belum memiliki apa yang dinamakan AD/ART seperti layaknya sebuah
organisasi, karena memang pada dasarnya FPI berbeda dari organisasi
kader lainnya.

Sebab yang melatarbelakangi terbentuknya FPI, adalah pertama rasa
tanggung jawab para tokoh Islam kepada Allah, dan Rasulnya, daripada
adanya sebuah kehancuran umat yang semakin tidak jelas. Yang kedua,
latar belakangnya juga kewajiban untuk menegakan amar ma'ruf nahyi
mungkar, yang ketiga kurangnya kontrol sosial baik dari orsospol, maupun
pemerintah terhadap hak-hak muslim sebagai mayoritas dinegeri ini.

"Muslim menjadi mayoritas, akan tetapi banyak ditindas, diperlakukan
yang melanggar HAM, mendapat perlakuan bengis dan biadab. Seperti di
Haur Koneng, di Nipah, kemudian di Aceh, Tanjung Priok. Itu semuanya,
wujud lemahnya kontrol sosial baik dari ormas, orsospol, maupun
pemerintah terhadap umat Islam, " jelas Ustad Sobri Lubis.

Dari ketiga latar belakang tersebut, maka perlu dibentuk satu kelompok
yang siap mengangkat harkat dan martabat umat Islam. Yang ternyata,
semula tak pernah terbayang oleh kami bahwa FPI akan cepat besar dalam
skala nasional. Bayangan awal para pendirinya, FPI itu hanya dibentuk
untuk skup Jakarta, minimal Jabodetabek.

Akan tetapi, peristiwa insiden Ketapang, di mana FPI memperlihatkan
keberadaannya terjun langsung melawan preman-preman yang menyerang
masjid dan masyarakat, yang tak luput dari pemberitaan media massa kala
itu, telah membuat umat di daerah mengetahui adanya sekelompok orang
yang melakukan pembelaan terhadap hak-hak umat Islam, dalam menegakkan
amar ma'ruf nahyi mungkar.

"Lama-kelama mereka ingin tahu, mereka akhirnya tahu, mereka menganggap
ini pas. Dan memerlukan adanya seperti ini untuk benteng moral dan
akhlaq serta akidah di tempat kami, akhirnya mereka bentuk didaerah
cabang-cabangnya, " jelasnya.

Setelah wilayah Jabodetabek, akhirnya cabang FPI didirikan di Jawa
Barat, kemudian Lampung, Palembang, Sumatera Utara, Jawa Timur,
Sulawesi, Ambon, Maluku, Tual, Kalimantan. Sekarang sudah hampir semua
propinsi ada cabang FPI, di mana totalnya 30-an Propinsi, terakhir NTB
yang paling baru dan Manado. Bahkan, kerusuhan di Monas yang memunculkan
reaksi agar FPI dibubarkan, menimbulkan reaksi yang berbeda didaerah
karena justru banyak yang ingin masuk FPI, seperti terjadi di Manado dan
Sumbawa pada bulan ini.

Semangat untuk bergabung di bawah organisasi berlambang mawar merah ini,
karena memiliki kesamaan perasaan yang dialami, misalnya melalui gerakan
anti Narkoba. Sebab saat ini, Narkoba ini dirasakan di mana-mana, bukan
hanya di Jakarta, di Bandung, tapi juga di mana-mana sampai
kepelosok-pelosok. Begitu juga perjudian prostitusi, dan juga peredaran
VCD porno.

Selain melakukan aksi memberantas kemungkaran, FPI yang sudah berdiri
selama 10 tahun ini juga aktif untuk membela dan menolong sesama yang
terkena musibah tanpa memandang latar belakang agama dan juga suku
bangsa. Hal ini terbukti pada peristiwa tsunami di Aceh, ada sekitar
1.300 laskar yang dikirim secara bergantian selama setahun ke Aceh untuk
melakukan evakuasi mayat dan membantu para korban. Selain itu, juga pada
saat gempa Yogyakarta, tsunami di Pangadaran, Ciamis, Banjir di Poso,
dan Kalimantan, hampir rata-rata yang musibah sifatnya nasional, FPI
turut berpartisipasi. Bagitu pula saat bencana yang terjadi diberbagai
daerah, misalnya kebakaran di Jakarta, FPI juga membuat dan buka posko
pengobatan dan penyaluran bantuan. Bencana banjir yang hampir menjadi
langganan, apalagi FPI markasnya di Petamburan, di mana dibawahnya
sepanjang pintu air itu tempatnya banjir. Setiap kali banjir markas FPI
dijadikansebagai tempat dapur umum, pengobatan dan pengungsian bagi
korban.

Saat ini organisasi yang dipimpin oleh Habib Rizieq Shihab itu, memiliki
Jumlah laskar (red. angggota militan/loyalitas yang siap bertugas ke
mana saja) hingga 1 juta orang, sedangkan anggota FPI bukan laskar
jumlahnya lebih banyak, bisa mencapai 3 jutaan.

Jumlah yang besar ini tidak serta merta membuat FPI lantas berbangga
hati, Sekjen FPI Sobri Lubis berharap tetap Indonesia bisa terjaga dari
segala kerusakan, baik moral, akhlaq, akidah, karenanya itu pihaknya
akan tetap berjuang semaksimal mungkin untuk mempertahankan moral bangsa
Indonesia. Begitu juga dengan keberadaan aliran sesat yang terus menerus
konseksuen diperanginya. Untuk ke depan, aparat penegak hukum diharapkan
bisa menegakan hukum sebaik-baiknya.

LSMKomparador Ingin Berangus FPI

Mengenai adanya keinginan dan desakan untuk membubarkan FPI, secara
tegas Sobri mengatakan, bahwa FPI resmi terdaftar di Depatemen Dalam
Negeri sejak tahun 2006, adapun mereka yang menuntut pembubaran FPI
justru kelompok kecil yang justru tidak terdaftar resmi di negara ini.

"Mereka itu hanya LSM-LSM komparador yang hanya menjadi corong-corong
AS, mereka sangat sedikirt sekali. Dan dibuktikan saat mereka
menyuarakan itu, rata-rata mereka adalah alumni AS, yang belajar agama
Islam di AS, rata-rata suaranya sama, FPI dibubarkan. Karena buat
Amerika cuma tinggal satu, kalau FPI ini bisa dibubarkan semua yang lain
akan mudah, termasuk MUI juga bisa dibubarkan, apalagi ormas-ormas yang
lain, " ujarnya.

Semakin didesak untuk bubar, justru semakin tampak dukungan dan ukhuwah
dari ormas-ormas Islam yang ramai-ramai membela FPI. Ternyata tampak
jelas yang menuntut FPI dibubarkan adalah kelompok kecil yang sangat
dekat dengan Yahudi, Nasrani, dan AS. Mereka itu adalah LSM-LSM yang
merupakan bayaran AS semua. Kelompok-kelompok LSM tadi mengatasnamakan
NU, mengatasnamakan Banser, akan tetapi Banser yang asli Ketua Umumnya
malah datang ke Petamburan, minta untuk membuat siaran pers bersama
bahwa FPI dan Banser tidak ada masalah. Begitu juga ormas-ormas Islam
lainnya seperti Muhammadiyah, MUI, kemudian GPI memberikan dukungan
terhadap keberadaan FPI.

Sebenarnya sejak awal berdiri, FPI di era reformasi, pemerintah maupun
kepolisian maupun TNI, untuk keamanan, sangat terbantu dengan keberadaan
FPI dalam menjaga keamanan. Namun dalam perkembangannya, AS ternyata
mulai menilik, kenapa di Indonesia ada baret putih, dulunya FPI dengan
polisi bermitra. Kebanyakan tugas-tugas polisi dibantu FPI, terjadi
koordinasi yang bagus, hubungan sangat baik.

"Tahu-tahunya AS menyatakan baret putih itu mengganggu, kenapa itu ada
polisi syariat, apa gak cukup polri, dan seterusnya. Akhirnya LSM antek
AS ini mulai bersuara miring terhadap FPI. Kelompok sepilis (sekuler,
pluralis, liberalis) juga mulai berbicara miring terhadap FPI, semenjak
AS kasih sinyal, " tutur Ustad Sobri.

Maka sejak itu tidak hentinya, istilah-istilah yang dilontarkan kepada
FPI, mulai dari Islam garis keras, Islam fundamentalis, anarkis, main
hakim sendiri, sampai pada tingkat teroris. Akan tetapi semua hujatan
yang dilontarkan kepada FPI, tidak menyurutkan langkah para aktivis
dakwah itu.

"Itu terserah mereka, Ustad Abu Bakar Ba'asyir mengatakan tadi kalau
kita difitnah, diberi cap seperti itu oleh orang kafir seharusnya kita
senang saja, asalkan jangan Allah yang bilang kita seperti itu, "
pungkas Ustad Sobri. (novel)

<<FPI emy.jpg>>

Reply via email to