Meditasi (Muraqabah) Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar Rabbani www.mevlanasufi.blogspot.com Bismillah hirrohman nirRohim Allah swt memerintahkan kita agar Dia harus diingat sebanyak-banyaknya. Untuk menggambarkan laki-laki dan perempuan bijaksana yang memikirkan tanda-tanda Kebesaran-Nya, al-Quran menyebutkan, Mereka yang mengingat Allah dalam posisi berdiri, duduk dan berbaring (3:191) Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah. Untuk mereka, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar (33:35) Pengarang Fiqh al-sunna berkata bahwa Mujahid menerangkan, Seseorang tidak bisa menjadi salah satu dari laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah  sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat al-Quran di atas kecuali dia mengingat Allah swt setiap saat, dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring di tempat tidurnya Beliau juga berkata ketika ditanya berapa banyak zikir yang harus dilakukan agar tergolong mereka yang banyak mengingat Allah (33:35), Ibnu as-Salah berkata bahwa banyak di sini merujuk pada ketika orang secara konstan berdoa di pagi dan sore hari dan di waktu-waktu yang lain dalam satu hari dan di waktu malam sebagaimana yang dilaporkan dari Rasulullah salallahu alaihi wasalam. Sehubungan dengan ayat Quran di atas, Ibnu Abbas ra berkata, Seluruh kewajiban yang dijatuhkan kepada umat manusia oleh Allah sudah jelas dinyatakan dan seseorang dibebaskan dari kewajiban itu hanya dikarenakan sebab yang alamiah. Satu kekecualian adalah kewajiban zikir. Allah telah menetapkan tidak ada batas yang spesifik untuk itu, dan seseorang tidak boleh meninggalkannya dalam situasi dan kondisi apapun. Kita telah diperintahkan untuk mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring (3:191), di pagi hari, dan sepanjang hari, di laut atau di darat, dalam perjalanan atau di rumah, dalam kemiskinan dan kaya, dalam keadaan sakit atau sehat, terang-terangan atau rahasia dan pada hakikatnya sepanjang hidup manusia dan dalam segala situasi dan kondisi. Dari bukti di atas jelaslah bahwa tidak ada istilah terlalu banyak untuk berzikir. Rasulullah bersabda, Dia yang mencintai sesuatu akan menyebutkannya berulang-ulang. (Diriwayatkan oleh Abu Nuaym dalam Hilya dan Daylami dalam Musnad al-firdaws. Sakhawi menyebutkannya dalam al-Maqasid al-hasana hal. 393#1050 dan tidak memberi komentar mengenai hal ini.) Mereka yang mencintai Allah dan Rasul-Nya akan menyebutkan Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada yang membatasi praktik ini kecuali mereka yang tidak merasakan cinta seperti itu. Imam Ghazali berkata, (Imam Ghazali, dalam buku Ihya ke-40 berjudul Mengingat Mati dan Kehidupan Setelah Mati (hal. 124 terj. T.J. Winter). Jiwa dan ruh manusialah yang membentuk sifat alamiahnya Setelah mati keadaannya akan berubah dalam 2 jalan. Pertama dia kehilangan mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan seluruh bagian tubuhnya, sebagaimana dia kehilangan keluarga, anak-anak, kerabat dan seluruh orang yang dia kenal, dan kuda-kudanya lengkap dengan segala peralatannya, pembantu, rumah, tanah, dan segala yang dia miliki. Tidak ada perbedaan nyata antara apa yang telah dia ambil dari benda-benda ini dengan benda-benda yang diambil darinya karena pemisahan itu sendiri yang membuatnya kesakitan Jika dalam dunia ini terdapat sesuatu yang bisa menghibur dan memberi kedamaian baginya, maka dia akan sangat menyesal setelah kematiannya, dan merasakan penderitaan yang sangat berat karena kehilangannya. Hatinya akan cenderung memikirkan segala yang dia miliki, kekuasaan dan rumah, bahkan pada sebuah kaos yang biasa dia pakai, misalnya, yang dengannya dia mendapatkan kesenangan. Namun demikian jika dia bahagia karena mengingat Allah, dan dirinya bergembira hanya dengan Allah, maka dia akan memperoleh kebahagian dan kesenangan yang sempurna. Penghalang antara dirinya dengan Tuhannya sekarang telah dihilangkan, dia akan terbebas dari segala rintangan dan perhatian duniawi, semua yang telah mengganggunya dari mengingat Allah. Ini adalah salah satu aspek mengenai perbedaan antara keadaan hidup dan mati. Dalam topik yang sama Imam Habib al-Haddad berkata, (Imam Habib al-Haddad, Key to the Garden hal.104) Waktu dan hari-hari adalah modal seseorang, sementara kecendrungan, keinginan dan ambisi yang berbeda-beda merupakan perampok jalanan. Jalan bagi seseorang untuk mendapatkan keuntungan dalam perjalanan ini terletak pada keberhasilan dalam mendatangi Allah dan dalam memperoleh kebahagiaan yang abadi, sementara itu orang akan merugi bila menjadi tersekat dengan Allah, dan menyerahkan dirinya pada siksa api neraka. Dengan alasan ini, orang beriman yang pandai akan mentransformasi seluruh nafasnya dalam perbuatan ibadah dan hanya menyelanya dengan mengingat Allah (zikir). Bihurmati habib, Fatihah Wa min Allah at Tawfiq wasalam, arief hamdani www.rabbani-sufi.blogspot.com www.mevlanasufi.blogspot.com
--------------------------------- Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.