Assalamualaikum
Warohmatullohi Wabarokatuh
Bismillahirrohmaanirrohiim

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. QS. At-Tahrim (66) : 6.

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. QS. Al-Baqarah (2) : 153.

Berhutang merupakan kenyataan yang melanda hampir setiap
rumah tangga muslim, Apalagi ketika menjelang hari raya, Agar kita terhindar 
dari
jerat hutang dan tidak menyesal karenanya, mari kita praktikkan nasihat-nasihat
di bawah ini:

Mari kita Renungkan selalu hadits-hadits tentang akibat hutang

Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi seorang laki-laki (yang meninggal
dunia) untuk dishalatkan, maka beliau bersabda, artinya:

"Shalatkanlah teman kalian, karena sesungguhnya dia
memiliki hutang." Dalam riwayat lain disebutkan: "Apakah teman kalian
ini memiliki hutang? Mereka menjawab, 'Ya, dua dinar'. Maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mundur seraya bersabda, 'Shalatkanlah teman kalian!' Lalu Abu
Qatadah berkata, 'Hutang-nya menjadi tanggunganku'. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, 'Penuhilah (janjimu)!, lalu beliau
men-shalatkannya." HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih.

Dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

"Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung karena
hutangnya, sampai ia dibayarkan." HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih.

Dari
Abdullah bin Amr, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Semua dosa orang yang mati syahid diampuni, kecuali
hutang." HR. Muslim.

"Demi jiwaku yang ada di TanganNya, seandainya ada
seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian ia dihidupkan lagi, lalu
terbunuh lagi, kemudian dihidupkan lagi dan terbunuh lagi, sedang ia memiliki
hutang, sungguh ia tidak akan masuk Surga sampai hutangnya dibayarkan." HR.
An-Nasa'i, hasan.

Jangan berhutang kecuali karena terpaksa

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. QS. An-Nisa
(4) : 40.

Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan
dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat
dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu
merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. QS. Al-Imran (3) : 117.

Pada
kenyataannya, banyak diantara kita yang berhutang untuk bisa merayakan lebaran,
menyenangkan orang tua dan keluarga, dan lain sebagainya, termasuk agar bisa
menyelenggarakan pesta pernikahan putra putrinya dengan mewah, dan memaksakan
diri, agar dapat memiliki gaya hidup modern, misalnya dengan kredit mobil,
kredit rumah mewah, kredit perabotan-perabotam mahal dsb, Lebih ironi lagi, ada
diantara kita yang berhutang untuk selamatan keluarganya yang meninggal dunia,
karena malu kepada para tetangga jika tidak mengadakan selamatan tersebut, atau
dalam selamatan tersebut makanannya terlalu sederhana.

“Aisyah berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tempo dan beliau memberi jaminan
baju besi kepadanya." HR.
Al-Bukhari.

Ibnul Munir berkata, 'Artinya, seandainya beliau shallallahu
'alaihi wasallam ketika itu memiliki uang kontan, tentu beliau tidak
mengakhirkan pembayarannya. 
(Lihat, Fathul Bari, 5/53).

Bertaqwalah kepada Allah sebelum
dan ketika berhutang.

" …….Dan barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya." QS. Ath-Thalaq (65) 4.

Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya:

"Barangsiapa mengambil harta orang (berhutang) dan ia
ingin membayarnya, niscaya Allah akan menunaikannya dan barangsiapa berhutang
dengan niat menghilangkannya (tidak membayar), niscaya Allah membuatnya binasa.
" HR. Al-Bukhari.

"Siapa yang meminjam dan sengaja untuk tidak
membayarnya, niscaya ia menemui Allah dalam keadaan sebagai pencuri." (Shahih 
Ibnu Majah, no. 1954, 2/52).

Hutang adalah kesedihan di malam hari dan kehinaan di
siang hari

Mengapa Allah
akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha
Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. QS. An-Nisa (4) : 147.

Banyak
orang yang menyembunyikan diri dari pandangan manusia karena takut bertemu
dengan orang yang menghutanginya, maka dari itu dianjurkan bagi yang
menghutangi untuk meringankan piutangnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

"Barangsiapa meringankan hutang orang yang dihutanginya
atau membebaskannya maka ia berada di bawah naungan 'Arasy pada hari
Kiamat." HR. Muslim.

Jangan tertipu oleh promosi dan iklan bank

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. QS. Al-Baqarah (2)
: 278.

Bank-bank selalu mengiklankan agar orang melakukan
transaksi keuangannya dengan jasa bank, juga mempromosikan mendapatkan kredit
secara mudah dan lain sebagainya, Hal itu karena hasil bank-bank ribawi adalah
dari prosentasi bunga uang yang dipinjamkannya. Semakin lama masa pinjaman
seseorang semakin besar pula keuntungan yang diraup bank, itulah yang
dikehendaki bank. Dan itulah hakikat riba, Allah berfirman, artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan." QS.
Al-Imran (3) : 130.

Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang dan dia
mengetahuinya lebih berat (dosanya) dari-pada 36 kali berzina." (HR. Ahmad, di- 
shahih-kan oleh Al-Albani).

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sungguh telah
melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulis dan kedua saksi atasnya. Beliau
bersabda, 'Mereka itu sama saja'." (HR. Muslim).

Dalam
mu'amalah ribawi, bank selalu mengeruk keuntungan, sedangkan peminjam bisa saja
sewaktu-waktu merugi. Adapun banyaknya bank ribawi yang bangkrut, padahal
secara matematis selalu untung maka hal itu adalah bukti kebenaran firman
Allah:

"Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”. QS. Al-Baqarah (2) : 276.

Berhati hati dengan Pemakaian kartu kredit

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah  kesenangan hidup di dunia dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Al-Imran (3) : 14.

Di
zaman supra modern ini banyak bertebaran kartu kredit. Pemiliknya bisa membeli
apa saja, karena perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit itu menjamin
membayarnya, Secara lahiriah, pelayanan tersebut adalah rahmat, praktis dan
sangat memanjakan. Tetapi ingat, jika mengakhirkan pembayaran untuk beberapa
lama maka hutangnya akan menumpuk ditambah bunganya. Belum lagi pemilik kartu
kredit akan selalu ketagihan untuk berbelanja hingga barang-barang yang tidak
perlu sekalipun. Lalu, jika ia tidak segera membayarnya, maka ia akan
terperosok ke dalam riba.

Hindari membeli secara kredit

Kini
membeli barang-barang secara kredit seperti sudah menjadi simbol zaman ini.
Padahal ia adalah fenomena yang salah. Orang yang telah membeli secara kredit
apalagi dengan nilai nominal yang tinggi- kelak akan menyesal. Sebab misalnya,
orang yang membeli mobil secara kredit, dia akan membayar kira-kira dua kali 
lipat
dari harga biasanya. Dan semakin lama masa kreditnya semakin berlipat pula yang
harus ia bayar.

Jangan termakan oleh paham yang menyesatkan

Sebagian
orang ada yang berpendapat, orang yang tidak memiliki hutang adalah orang yang
diragukan kejantanannya. Bahkan mereka mengolok-olok kawannya yang memiliki
hutang sedikit

Syaikh
Muhammad Al-Utsaimin, berkata: "Tidak diragukan lagi, ini adalah keliru.
Bahkan hina tidaknya seseorang tergantung pada hutangnya. Siapa yang tidak
memiliki hutang maka dia adalah orang mulia dan siapa yang memiliki hutang maka
dialah orang yang hina. Karena sewaktu-waktu orang yang menghutanginya bisa
menuntut dan memenjarakannya. Ia adalah orang yang sakit dan menginginkan semua
orang sakit seperti dirinya. Karena itu, orang yang berakal tidak perlu
mem-pedulikannya."

Berlindung kepada Allah dari tidak bisa mem-bayar hutang

Rasululah
shallallahu 'alaihi wasallam memperbanyak do'a:

"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegelisahan dan
kesedihan, dari kelemahan dan kemalas-an, dari sifat pengecut dan bakhil serta
dari tidak mampu membayar hutang dan dari penguasaan orang lain." (HR. 
Al-Bukhari).

Dari
Aisyah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam shalatnya berdo'a:

"Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari dosa dan
hutang." 

Maka seseorang bertanya, 'Wahai Rasulullah, betapa sering
engkau berlindung dari hutang? Maka beliau menjawab, 'Sesungguhnya bila
seseorang itu berhutang akan berdusta dan berjanji tetapi ia pungkiri.' (Fathul 
Bari, 5/61).

Muliakanlah tamu tanpa berlebihan

Sebagian orang begitu sangat memuliakan tamunya. Mereka
berusaha untuk membeli berbagai makanan untuk menjamu tamunya tersebut, meski
terkadang dengan menghutang. Syari'at Islam mengajarkan agar kita memuliakan
tamu, tetapi juga menekankan untuk tidak boros. Allah berfirman, artinya:

"………Dan janganlah kalian berlebih-lebihan (boros), sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." QS. Al-An'am (6) : 141.

Jangan membebani diri melebihi kemampuan

Sebagian
orang ada yang memaksakan diri, misalnya pergi haji dengan menjual rumah atau
sawah tempat penghasilannya sehari-hari, sehingga sekembali dari haji ia
menjadi orang yang terlunta-lunta dan sengsara. Padahal Allah berfirman,
artinya:

"……….Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya." QS.
Al-Baqarah (2) : 286.

Bahkan dalam masalah haji, secara khusus Allah berfirman,
artinya: 

"……..Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu atas orang-orang yang mampu melakukan perjalanan ke Baitullah." QS. Ali 
Imran (3) : 97.

Mempertimbangkan untung-rugi sebelum berusaha

Sebagian
orang begitu melihat kawannya sukses dengan usaha tertentu serta merta ia
terjun di bidang yang sama. Tidak diragukan lagi bahwa semua ada dalam taqdir 
Allah,
tetapi membuka usaha tanpa pertimbangan matang adalah salah satu sebab kerugian
dan terjerat hutang.

Program membayar pinjaman

Di
antara hal yang membantu menyelesaikan hutang adalah membayarnya secara
berkala. Bayarlah pinjaman itu berangsur dan jangan menganggap remeh karena
sedikit yang dibayarkan. Hal ini insya Allah akan membantu menyelesaikan hutang
secepatnya. (ain).

Disadur
dari kitab hatta la taghriq fid duyun, Adil Muhammad Alu Abdil Ali.

 

Sumber
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=119

Ditambah
dan disempurnakan sesuai Al-Qur’anulkarim

 

Wassalamualaikum
Wr Wb

 

http://www.4shared.com/dir/27529881/e13c4f1d/Mujiarto_Karuk.html

Bagi saudara saudaraku yang
menginginkan kumpulan Khutbah Jum’at setahun, sebagai bahan baik bacaan bagi
yang ingin belajar khutbah jum’at, dipersilahkan dan semoga berkenan berkunjung
pada alamat url tersebut diatas kami juga sangat berterimakasih bila saudara 
berkenan
mendownload file yang kami sediakan dan membagikan kembali kepada saudara kita
yang membutuhkan, semoga bermanfaat, dan semoga menambah sebagai amal jariah
bagi kita semua. Aamiin Yarobbal Alamiin.


      

Kirim email ke