Siapapun Bisa Memberi

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang 
dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS 
6:132)

 
Sebenarnya yang terpenting dalam hidup adalah bagaimana cara kita memaknai 
hidup itu sendiri, karena dalam sudut apapun selalu ada nilai disisi Allah 
tergantung apakah setiap kejadian itu di niatkan karena Allah atau tidak. Tanpa 
kita sadari keseimbangan selalu mewarnai hidup kita, tetapi sebagai manusia , 
pertanyaan justru sering diajukan hanya pada sisi yang tidak menguntungkan dan 
seolah melupakan segala kelebihan yang telah di anugrahkan. Terkadang untuk 
bisa memahami sebuah persoalan , kita pertamakali harus bisa membebaskan diri 
dari hasrat memperoleh jawaban karena apapun jawaban Allah kepada kita belum 
tentu bisa kita mengerti sebagai sebuah gambaran yang utuh apalagi jika hanya 
di kaitkan dengan substansi persoalan hidup sesaat.

Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Tiap-tiap muslim itu harus 
bersedekah." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang yang tidak 
mendapatkan (sesuatu untuk bersedekah)?" Beliau bersabda, "Ia bekerja dengan 
tangannya. Lalu, ia manfaatkan untuk dirinya dan menyedekahkannya." Mereka 
bertanya, "Bagaimana jika ia tidak mendapatkan?" Beliau bersabda, "Menolong 
orang yang mempunyai keperluan yang dalam kesusahan." Mereka bertanya, 
"Bagaimana jika tidak mendapatkan?" Beliau bersabda, "Hendaklah ia mengamalkan 
(dalam satu riwayat: menyuruh kepada kebaikan atau berkata ) dengan kebaikan 
dan menahan diri." (Dalam satu riwayat mereka bertanya, "Jika ia tidak 
melakukan kebaikan?" Beliau menjawab, "Maka hendaklah ia menahan diri) dari 
kejahatan dan hal itu menjadi sedekah baginya." (Sahih Bukhari)

Pernahkah kita merasakan sensasi memberi dan menerima ? Ada rasa bahagia ketika 
bisa menerima dan ada rasa bangga ketika bisa memberi, permasalahannya yang 
manakah yang lebih dominan mewarnai hidup ini dan hal ini bukan pada masalah 
memiliki atau tidak memiliki tetapi lebih pada permasalahan kemauan untuk 
berbagi karena jika kita mulai dari yang sederhana maka bukankah senyuman itu 
juga sedekah lalu kepemilikan seperti apa yang mesti dipersoalkan dari sebuah 
senyuman. Jika takaran fisik adalah harta maka takaran jiwa dalah hati, kedua 
sumber tersebut merupakan potensi kita untuk bisa memberi.

Orang tua kita dulu pernah berkata bahwa baik mempunyai kemampuan untuk memberi 
namun cukup bijaksana jika kita juga mempunyai kemampuan untuk membuat orang 
lain bisa memberi.  Caranya ? masih kata orang tua dulu yaitu jangan pernah 
memberikan ikan tapi berikanlah pancing agar mereka berusaha mencari ikan 
sendiri sehingga suatu ketika pancing itu bisa di wariskan kepada orang lain 
lagi, trus kesimpulan negatifnya ? ya mau makan ikan sendiri, udah capek 
mancing seharian enak aja di bagi-bagi.

Salam


David

Kirim email ke