Tentang Metodologi Hadits Versi Orientalis

*Pertanyaan:*

Assalamu'alaikum wr. wb.

Beberapa waktu yang lalu saya mendengar seseorang yang studi orientalis di
Jerman menjelaskan tentang disertasi yang sedang disusunnya. Antara lain
dijelaskan tentang usahanya untuk menggabungkan metode barat dengan metode
timur untuk menilai suatu hadits. Katanya dia sudah sampai pada usaha
menilai bahwa hadits itu benar dari Abu Hurairah ra., dan sekarang sedang
berusaha membuktikan apakah benar hadits-hadits itu dari Rasulullah saw. Dia
juga menyayangkan kenapa metode barat tidak dikenal sama sekali di dunia
arab yang hal itu diketahuinya ketika dia seminar di Mesir.

Yang menjadi pertanyaan saya apakah masih ada kemungkinan untuk mengecek
lagi hadits-hadits itu? Khan, sudah lama sekali. Tentu sudah diketahui mana
yang palsu dan mana yang shahih? Metode apa saja yang ada dan apakah masih
terbuka untuk membuat metode-metode baru? Mohon penjelasan.

*Rachmat*

*Jawaban:*

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil
Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d



Saudara Rahmat yang dirahmati Allah,

Ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui berkaitan dengan apa yang saudara
sampaikan :

*1. Studi Para Orientalis*



Para orientalis barat itu meski ada satu dua yang niatnya baik dan jujur,
namun umumnya adalah orang-orang yang punya niat tidak baik terhadap ajaran
Islam. Kalau pun niatnya baik, tapi karena mereka tidak mengenal ajaran
Islam dengan benar sesuai dengan manhaj Rasulullah SAW, maka baik metode
maupun kesimpulan akhirnya selalu melenceng jauh dari objektifitas.

Dan yang lebih parah lagi, umumnya para orientalis itu tidak menguasai
bahasa arab, tapi sering terdengar mereka melakukan kritik atas kitab-kitab
bahasa arab. Ini jelas dari awal tidak logis dan sama sekali jauh dari kesan
ilmiyah. Kalau pun ada satu dua yang mengerti bahasa arab itu, maka
kemampuannya sangat menyedihkan. Sehingga pada dasarnya mereka tidak pernah
mengerti dan tahu apa yang sedang mereka baca. Tapi dengan gigih selalu
melontarkan kritik disana sini.

Dan yang palng parah, mereka pun tidak pernah bisa mandiri dalam
pendapatnya. Bukti-bukti ilmiyah bercerita kepada kita bahwa para orientalis
itu memiliki struktur dan level senioritas. Umumnya yang menjadi senior itu
adalah yang paling memusuhi Islam, semacam Goldziher, H.A.R Gib, Greetz dan
sejenisnya. Bila ada di barisan yuniornya yang menulis tentang Islam tapi
agak condong untuk membela Islam, maka para seniornya akan memusuhi dan
mencaci makinya serta akan mengatakan bahwa tulisan itu terlalu terbawa
perasaan dan sentimentil.

Apalagi orientalis yang sampai masuk Islam semacam Maurice Buccile, maka
pastilah akan dipojokkan oleh para seniornya. Karena itu jangan dikira kalau
orientalis itu pasti objektif dan ilmiyah. Kebanyakan dari mereka justru
sekedar bikin sensasi dan aktualisasi diri. Sehingga buat kita para orang
Islam ini, sudahlah . . . jangan terlalu banyak berharap dengan apa yang
mereka lakukan. Kalaupun mereka benar dan masuk Islam semua pun, Islam tidak
akan menjadi lebih tinggi Izzahnya, karena yang meninggikan izzah Islam itu
hanya Allah semata.


*2. Kedudukan Shahabat*



Kalau studi yang dikatakan itu sedang mencari dan membuktikan kebenaran
hadits dari tingkat shahabat seperti Abu Hurairah kepada Rasulullah SAW,
maka ini jelas-jelas perangkap besar yang siap mencaplok umat Islam yang
tidak mengerti ilmu hadits.

Kelihatan jelas dan pasti bahwa studi itu memang untuk merusak pemahaman dan
aqidah Islam. Mengapa ?

Karena dalam pandangan aqidah Islam ahlussunnah wal jamaah, para shahabat
itu semuanya adalah `udul (adil). Mereka adalah orang-orang yang diridhai
oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran telah disebutkan bahwa mereka
itu adalah orang-orang yang diredhai.


Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(QS. At-Taubah :
100).



Kalau masih mempertanyakan kebenaran shahabat radhiyallahu anhum dalam
meriwayatkan hadits, maka ini adalah usaha pembusukan aqidah Islam. Karena
kedudukan para shahabat itu sangat vital dalam ajaran Islam. Mereka adalah
jembatan antara umat Islam ini dengan Rasulullah SAW. Sehingga dengan
menyerang posisi dan kedudukan para shahabat, orientalis itu ingin menebang
pohon Islam dari akarnya.

Hal itulah yang pernah dilakukan oleh Ignaz Goldziher, seorang orientalis
yahudi dari Hongaria. Dia menuduh bahwa metodologi kritik hadits yang ada
selama ini lemah, karena hanya menggunakan kritik sanad dan tidak
menggunakan kritik matan. Padahal sebenarnya kritik matan pun sudah dikenal
dan digunakan dalam metodolgi para ulama Islam. Hanya saja yang dimaksud
Goldziher itu tidak lain adalah bahwa matan sebuah hadits itu harus sesuai
dengan `kemauannya` dia sendiri. Untuk itu dia mengatakan bahwa matan harus
sesuai dengan politik, sains. Sosio kultural dan seterusnya.

Yang jadi contoh sasaran kritiknya apa lagi kalau bukan hadits shahih
tentang Al-Aqsha yang berbunyi :

Tidak diperintahkan bepergian kecuali untuk mendatangi tiga masjid : Masjid
Al-Aqsha, Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi". .

Goldziher yang yahudi itu menuduh bahwa hadits itu palsu. Dan dia mengarang
cerita bahwa Abdul Malik bin Marwan (khalifah dari Dinasti Umayyah di
Damaskus) merasa khawatir apabila Abdullah bin Zubair (yang memproklamirkan
dirinya sebagai khalifah di Mekkah) mengambil kesempatan dengan menyuruh
orang-orang Syam yang sedang melakukan ibadah haji di Mekkah untuk berbaiat
kepadanya. Karena itu menurut Goldziher, Abdul Malik bin Marwan
memerintahkan Az-Zuhri untuk mengarang hadits yang intinya untuk pergi haji
tidak harus ke Mekkah tapi cukup ke Al-aqsha saja. Sungguh durjana Goldziher
itu sampai tega-teganya mengarang cerita dan melontarkan tuduhan hina kepada
tokoh-tokoh Islam. Padahal hadits itu shahih dan lolos seleksi Al-Bukhari
yang terkenal ketat dalam mensortir hadits. Dan umat Islam seluruh dunia
sepakat akan keshahihannya.

Tuduhan itu tentu saja dijawab oleh para ulama Islam, diantaranya adalah Dr.
Musthafa Al-A`zhami, seorang pakar hadits dan guru besar di Univ. Riyadh
Saudi Arabia. Beliau meruntuhkan tuduhan Goldziher dan berhasil membuktikan

*3 Ilmu sanad dan riwayat hadits adalah ilmu yang sangat ilmiyah.*



Barat belum pernah memiliki kemampuan untuk meneleiti suatu riwayat secara
ilmiyah. Mereka tidak memiliki ilmuwan semacam Al-Bukhari, Muslim,
An-Nasa`i, Ibnu Majah, At-Tirmizy dan lainnya yang berkelana keliling dunia
mengejar riwayat sebuah hadits. Bahkan hingga hari ini pun mereka tidak
pernah bisa membayangkannya, apalagi melakukannya.

Jangankan bicara tentang kejadian belasan abad yang lampau, sekedar
memastikan siapa yang membunuh JFK, presiden US itu pun sampai sekarang
tidak jelas. Ada banyak riwayat dalam kasus pembunuhan mantan orang nomor
satu di AS itu. Dan semuanya bila dibandingkan dengan satu hadits dalam ilmu
hadits, semuanya termasuk dhaif jiddan bahan mursal dan maudhu`. Karena
semua periwayatnya tidak ada yang memenuhi kriteria `Adil dan Dhabit.

`Adil dan Dhabit ? Ya, `Adil dan Dhabit adalah istilah yang tidak pernah
dikenal dalam sejarah peradaban barat. Padahal standar `Adil dan dhabit
itulah yang turut menentukan derajat sebuah hadits.

Lalu bagaimana sebuah peradabana yang belum bisa mengeja istilah `Adil dan
Dhabit itu ingin mengajari METODOLOGI periwayatan hadits ?? Apakah tidak
terlalu PERCAYA DIRI ???

Bukankah para ilmuwan barat telah berani berbohong selama sekian abad kepada
umat manusia tentang teori evolusi yang nyata-nyata tidak ilmiyah ? Bukankah
semua lukisan tentang manusia purba itu ternyata hanya rekaan para seniman ?
Lebih jauh lagi, bukankah lukisan Yesus itu jelas-jelas rekaan manusia.
Apalagi dengan assesoris tambahan berupa kandang domba dan bunda Maria.

Lalu bagaimana mungkin peradaban yang `kaya` dengan kebohongan itu ingin
mengajari metodologi ilmiyah, khususnya sejarah dan khususnya lagi tentang
perkataan, perbuatan dan taqrir sosok seorang nabi terakhir ?

Kalau metologi ilmiyah dari bidang ilmu eksakta, barangkali kita masih
mengakuinya. Karena memang kasat mata dan bisa diindera. Benar tidaknya pun
langsung bisa dibuktikan. Tapi untuk urusan `kejujuran`, hanya mereka yang
terbukti jujur saja yang berhak untuk berkata jujur.

*Kritik Hadits Versi Orientalis*


Kalau ada diantara orientalis yang pernah berusaha menciptakan metode kritik
hadits, maka sudah bisa dipastikan arahnya, yaitu untuk menjegal metodologi
yang selama ini ada. Dengan demikian akan terjadi perubahan besar dalam
hukum-hukum Islam akibat dari berubahnya hadits shahih menjadi maudhu` atau
yang maudhu` malah akan jadi shahih.

Dan akibat yang akan ditimbulkan sudah bisa anda bayangkan juga. Nantinya
syariah Islam akan berubah 180% derajat. Sesuatu yang haram bisa jadi halal
dan yang halal bisa jadi haram. Bahkan zina, khamar, judi, mut`ah, mencuri
dan segala kemungkaran menjadi halal. Dan sebaliknya, jilbab, qishash, hudud
dan menegakkan hukum Islam menjadi terlarang. Karena haditsnya telah berubah
status. Dan perubahannya itu ditentukan oleh para orientalis.

*Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. *

Reply via email to