Tidak Seindah Kisah-Kisah

" koran-koran, pos kota, kompas, koran " teriak Wawan diantara lalu lalang 
mobil di persimpangan  di bawah bypass jalan pramuka menjajakan korannya yang 
masih belum habis walau hari sudah beranjak siang. Wawan terus menelusuri jalan 
menuju arah Ahmad Yani , Rawasari persis di depan toko-toko keramik ( waktu itu 
belum di gusur ). Wawan berhenti dan duduk di taman depan toko tersebut sambil 
menghitung perolehan sementara. Tampak beberapa orang sedang melakukan tawar 
menawar dengan pedagang keramik, dan yang paling menyolok adalah seorang ibu 
yang berpakaian long dress abu-abu mirip piama yang menawar dengan suara tinggi 
dengan logat mandarin yang khas.

Setelah melakukan transaksi dan membayar si ibu menyuruh asisstennya mengangkut 
keramik-keramik yang telah di pisahkan oleh si penjual kebagian pojok toko dan 
dia sibuk melayani pembeli lain. Tiga kali asisten ibu tersebut bolak balik 
mengangkat keramik karena ada empat keramik yang telah di pisahkan si penjual, 
tetapi setelah menunggu beberapa lama si asisten ibu itu tak kunjung datang 
malah masuk mobil seperti mau pergi, sontak wawan berlari mengambil keramik 
tersisa untuk di serahkan kepada ibu tadi " tunggu bu masih ada satu lagi yang 
belum diambil " teriak wawan sambil berlari kearah mobil ibu tersebut. Mungkin 
karena takut tertinggal , wawan berlari tanpa melihat bahwa akar pohon-pohon 
didepan toko-toko tersebut banyak yang menyeruak keluar seperti menonjolnya 
urat nadi para binaragawan. Ternyata mengandalkan mata kaki tidak cukup, Wawan 
terpleset, keramik jatuh dan pecah.

Bukannya rasa terimakasih dan kasihan yang di peroleh, sebaliknya malah 
mendapatkan makian " kamu itu gimana sih, kalo mau bantu hati-hati dong, kalo 
cuma ketinggalan saya bisa balik ambil lagi nih barang, tapi kalo sudah begini 
kamu orang mau ganti " teriak ibu tadi masih dengan logat mandarin yang kental. 
Wawan cuma diam menunduk " maafkan saya bu ". Sambil terus merepet gak karuan, 
ibu terus berlalu tapi nada ejekan masih terdengar dari para pedagang di 
sekitar situ.

Niat baik belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik, terkadang kita sering 
terlena oleh cerita atau kisah yang sering kita forward jika di email bahwa 
melakukan kebaikan akan mendapatkan kebaikan berlipat ganda secara kontan baik 
berupa uang atau kebaikan-kebaikan lain seolah kita telah mendikte cara 
berfikir Allah, atau jika mau berprasangka baik mungkin bisa juga memang untuk 
memotivasi yang lain melakukan hal yang sama, tapi pernah kita sadari bahwa 
Allah mempunyai rencana sendiri yang pada dunia nyata justru kejadian seperti 
wawanlah yang mungkin sering kita alami tentang arti sebuah kesabaran yang jika 
telah diperlakukan seperti itu apakah kita masih mau melakukan hal yang sama , 
pada tempat yang sama , mungkin  ?  

Salam


David

Kirim email ke