7. Tolong Bapak Nizar Bunyamin juga menjelaskan Relevasi antara 48
Survey Parpol 2004 dengan Survey Terbuka Penggunaan SW yang masih
berjalan tsb diatas, melalui URL:
http://duniatelematika.blogspot.com
Silahkan kawan2 yang belum ikut serta Polling/Survey agar segera
berpartisipasi agar hasilnya mendekati kondisi aktual. Kami menjamin
kerahasiaan identitas para Responden/Voters (sebab tidak ada pertanyaan
untuk mengisi nama dan email address).
8. Punyakah pak Nizar Bunyamin METODE SURVEY Penggun SW Legal/Illegal
sebagai alternatifnya. Kalau ada, silahkan dijelaskan disini, lengkap
dengan estimasi BIAYANYA, JUMLAH RESPONDENNYA dan BERAPA LAMA
DIPERLUKAN WAKTUNYA? Kami harapkan Pak Nizar Bunyamin tidak hanya bisa
mengritik, tetapi mampu untuk memberikan alternatifnya!
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalam,
S Roestam
---------------------
----Original Message----
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: 21/03/2008 15:09
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Subj: [Telematika] Pooling dan Survey Pemilu 2004
Pak mitro dan rekan-rekan milis telematika sekalian, tolong
dipertimbangkan
berita usang dibawah ini, mengingat metodologi pak mitro kurang lebih
sama
dengan metodologi survey yang digunakan oleh detik.com, media
indonesia dan
SCTV yang sudah terbukti ngawur. Kalau sudah disuguhi bukti masih
ngotot
juga i dont know what to say any more.
http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-pendapat-pemilu-
presiden-capres.html<http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-pendapat-pemilu-presiden-capres.html>
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/06/07/Editor/edit02.htm
Polling dan Jajak Pendapat (Pemilu Presiden Capres) By
enda<http://enda.goblogmedia.com/>on June 8, 2004 12:06 PM
| Permalink<http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-
pendapat-pemilu-presiden-capres.html<http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-pendapat-pemilu-presiden-capres.html>
>|
Comments
(5)<http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-pendapat-
pemilu-presiden-capres.html#comments<http://pemilu2004.goblogmedia.com/polling-dan-jajak-pendapat-pemilu-presiden-capres.html#comments>
>
*Tulisan ini dirangkum dari tulisan Denny JA di Suara Pembaruan dengan
judul
Jajak Pendapat untuk
Capres<http://www.suarapembaruan.com/News/2004/06/07/Editor/edit02.
htm <http://www.suarapembaruan.com/News/2004/06/07/Editor/edit02.htm>>
*
Setelah sekian banyak polling di masa sebelum pemilu, maka polling
mana yang
paling akurat jika dibandingkan dengan hasil akhir penghitungan suara
KPU pada
pemilu legislatif 5 April 2004? Dalam kata-kata *Danny JA*, *".. mana
yang
dapat menjadi indikator jajak pendapat mana yang layak dipercaya, dan
yang
mana hanya menjadi hiburan lepas senja."*
*Polling SCTV:*
PKS menang pemilu dengan perolehan suara sekitar *45%*
*Nyatanya:*
Perolehan PKS hanya sekitar *7%*
*Detik.Com + Media Indonesia* (polling internet):
PPP memperoleh suara di atas *20%*
*Nyatanya:*
Hanya memperoleh *8.15%* suara
*Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS):*
Perolehan PDI-P jauh di atas Golkar
*Nyatanya:*
Sebaliknya, Golkar *21.58%* dan PDIP *18.53%*
*PREDIKSI TERAKURAT*
Lembaga yang berhasill memprediksi *tiga pemenang teratas* (Golkar,
PDIP dan
PKB) pemilu parlemen 2004:
- LSI: Lembaga Survei Indonesia <http://www.lsi.or.id/>
- IRI: The International Republican Institute<http://www.iri-
indonesia.org/>
- IFES: International Foundation for Election System<http://www.
ifes.org/>
*LSI* *bahkan* sudah memprediksi bahwa *PKS* dan *Partai Demokrat*
akan
masuk dalam jajaran partai papan tengah dengan perolehan kursi di atas
*5%*
*TINGKAT KESALAHAN*
- *SMS SCTV* sekitar *12%*, responden mendekati *200.000 orang*
(terbanyak)
- *LSI* untuk 7 partai pemenang pemilu hanya *1,6%*, responden *1.
200-
2.700 orang*, prediksi jauh lebih akurat karena *kekuatan
metodologi*(metodologi apa saya juga ga ngerti hehe)
*JADI SIAPA PRESIDEN?*
*Survei LSI* (sejak Maret 2004) menunjukkan *SBY* sebagai *capres
paling
populer*
*bener ga? mari kita tunggu saja tanggal mainnya* :)
Jajak Pendapat untuk Capres
*Denny JA*
[image: P]EMILIHAN presiden kali ini semakin berwarna-warni karena
juga
diramaikan dengan aneka jajak pendapat. Mulai dari stasiun televisi,
koran,
internet sampai kepada berbagai lembaga penelitian mempublikasikan
jajak
pendapat secara regular mengenai capres paling populer. Seberapa
akurat
prediksi berbagai jajak pendapat itu?
Dilihat dari metodologinya, jajak pendapat yang ada tampak beragam.
Ada yang
mengambil mudahnya saja. Cukup menyediakan nomor SMS untuk dihubungi,
dan
responden dipersilakan aktif sendiri memilih capresnya. Ada pula yang
sudah
menyediakan format yang sudah rapi. Responden hanya diminta mengeklik
saja,
seperti di internet.
Ada pula jajak pendapat yang menggunakan telepon. Namun, sebagaimana
pemilik
SMS, pemilik telepon juga hanya 10 persen dari populasi Indonesia.
Hanya
dengan menggunakan telepon, apalagi SMS, 90 persen populasi Indonesia
tak
terwakili.
Di antara jajak pendapat, terdapat pula lembaga yang melakukan survei
tatap
muka. Yang paling rutin dan reguler melakukan survei adalah LSI dan
IFES.
Metodologi yang digunakan cukup ketat, dengan responden di seluruh
provinsi
di Indonesia, yang dipilih secara acak. Yang terwakili dalam jajak
pendapat
itu tak hanya lapisan menengah ke atas, tapi juga lapisan bawah, yang
tak
memiliki telepon, dan tak dapat mengirimkan SMS.
*Verifikasi*
Hakim tertinggi bagi aneka jajak pendapat itu adalah hasil resmi
pemilu
versi KPU. Pemilu parlemen 5 April lalu dapat menjadi indikator jajak
pendapat mana yang layak dipercaya, dan yang mana hanya menjadi
hiburan
lepas senja. Hasil resmi parlemen 5 April 2004 tak hanya penting bagi
partai
politik. Bagi lembaga jajak pendapat, hasil resmi itu juga penting
untuk
melihat peringkat dan keabsahan metodologinya.
LSI menerbitkan sebuah buku kecil yang merekam aktivitas aneka jajak
pendapat di Indonesia sejak tahun 1999 sampai 2004. Buku itu sangat
penting
sebagai dokumentasi publik yang ingin belajar lebih jauh mengenai hal-
ihwal
jajak pendapat. Di negara demokrasi yang sudah maju, lembaga jajak
pendapat
adalah sokoguru demokrasi kelima, di samping eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan pers.
Untuk kasus pemilu parlemen 5 April 2004, data rekaman itu dapat
diungkap
kembali. *Polling SCTV*, misalnya, menempatkan PKS sebagai pemenang
pemilu
dengan perolehan suara sekitar 45 persen. Kini kita tahu betapa
salahnya *
SCTV*. Perolehan PKS hanya sekitar 7 persen dan tidak masuk di lima
besar
sekalipun. Bahkan Partai Golkar yang menang pemilu, tak memperoleh 45
persen. Golkar hanya memperoleh separonya.
Saat ini *SCTV* kembali mengulangi jajak pendapat untuk paket presiden
dan
wakil presiden. Segera kita akan ketahui betapa sekali lagi *SCTV*
akan
mengalami kesalahan fatal dalam prediksinya.
*Detik.Com* melalui internet melakukan *polling* bekerja sama dengan
*Media
Indonesia*. Yang menjadi pemenang dalam versi *Detik.Com* dalam pemilu
parlemen 2004 adalah PPP, dengan perolehan suara di atas 20 persen.
Kini
kita tahu betapa salahnya *Detik.Com* itu. Sekali lagi *Detik.Com*
membuat
jajak pendapat melalui internet. Dan sekali lagi kita akan melihat
betapa
salahnya survei melalui internet tersebut.
Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) juga membuat prediksi yang sama
sebelum
pemilu. Menurut SSS, yang akan menjadi pemenang pemilu adalah PDI-P.
Perolehan PDI-P jauh di atas Golkar. Kini juga kita tahu, betapa
salahnya
SSS. Hasil sebenarnya Golkar di atas PDI-P. Kita tak tahu, apakah SSS
jera
melakukan survei berikutnya. Seandainya tidak jera, SSS harus lebih
hati-hati dalam aspek metodologi, agar tidak diklaim bermain-main saja
dengan opini publik.
Dari data yang ada, lembaga yang berhasill memprediksi tiga pemenang
teratas
pemilu parlemen 2004, hanya LSI, IRI, dan IFES. Tiga lembaga itu jauh
hari
sebelum pemilu sudah menyatakan urutan pemenang pemilu parlemen
berdasarkan
perolehan suara (bukan kursi) adalah Golkar, PDIP dan PKB. LSI bahkan
sudah
memprediksi pula di tanggal 2 April 2004, bahwa PKS dan Partai
Demokrat akan
masuk dalam jajaran partai papan tengah dengan perolehan kursi di atas
5
persen.
Diukur dari tingkat kesalahan, jajak pendapat SMS *SCTV* menderita
tingkat
kesalahan paling besar. Selisih rata-rata persentase perolehan suara
partai
yang diprediksi dengan prosentase suara partai yang riel milik
*SCTV*sekitar 12 persen. Padahal, responden
*SCTV *paling banyak, mendekati 200. 000 orang.
*Sementara tingkat kesalahan paling kecil adalah berturut-turut LSI,
IRI,
dan IFES. Kesalahan rata-rata LSI untuk 7 partai pemenang pemilu
sangat
kecil sekali, hanya 1,6 persen. Skor kesalahan itu bahkan di bawah
Error
Sampling, sekitar 2-3 persen. Di tiga lembaga itu, jumlah respondennya
sekitar 1.200- 2.700 orang saja. Walau respondennya jauh lebih sedikit
dibandingkan responden SMS SCTV, tapi prediksinya jauh lebih akurat.
Ini
disebabkan oleh kekuatan metodologi.*
Buku yang diterbitkan LSI itu menunjukkan dengan data dan fakta yang
teruji.
Bahwa sejak pemilu 1999, prediksi LSI yang paling akurat dan presisi
dibandingkan dengan semua prediksi pemilu yang pernah dibuat dalam
sejarah
Indonesia.
Hal itu perlu diungkapkan lebih untuk menggambarkan betapa ilmu
pengetahuan
sosial sudah mampu memprediksi perilaku 147 juta pemilih beberapa
minggu
kemudian, hanya dengan sampel 2.000 responden.
Karena publik belum terbiasa dengan kultur jajak pendapat, justru LSI
yang
paling sering terkena tuduhan konspirasi. Di bulan September-November
2003,
survei LSI memperlihatkan, Megawati masih menjadi calon presiden
paling
populer. Segera LSI mendapat label sebagai antek Taufiq Kiemas.
*Rakyat
Merdeka* menjadikannya sebagai berita halaman pertama.
Ketika LSI memprediksi Golkar akan menjadi pemenang pemilu, tuduhan
berganti. LSI dianggap menjadi kendaraan Golkar untuk menyiapkan
psikologi
publik menerima kemenangan Golkar. Kini prediksi LSI terbukti, memang
Golkar
menang.
Ketika pada saat yang sama, LSI mengumumkan bahwa isu syariat Islam
tak lagi
populer di kalangan pemilih muslim religius sekalipun, tuduhan berbeda
diterima LSI. Ahmad Sumargono dari PBB menyatakan klaim LSI bias
karena
pimpinannya menjadi caleg PDI-P. Tuduhan pun berganti dari kendaraan
Golkar
menjadi kendaraan PDI-P. Sekali lagi, prediksi LSI akurat. PBB yang
memperjuangkan syariat Islam bahkan tak lolos *threshold*.
Kini, sejak bulan Maret 2004, survei LSI menunjukkan SBY sebagai
capres
paling populer. Tuduhan kembali berganti. LSI dianggap menjadi corong
SBY.
Tak tanggung-tanggung, Harian *Kompas* membuat berita dengan judul
"LSI
Terus Kampanyekan Yudhoyono". Belakangan ini, harian *Kompas* juga
melakukan
jajak pendapat mengenai capres. Hasilnya tak tanggung-tanggung, di
harian *
Kompas*, SBY juga paling favorit bahkan di atas angka 50 persen, lebih
tinggi daripada yang dihasilkan LSI.
Sejak September 2003 sampai kini, LSI menerima tuduhan yang saling
bertentangan satu sama lain. Mulai dari antek Taufieq Kiemas sampai
kepada
corong Yudhoyono. Padahal, semua tahu betapa Taufieq Kiemas dan
Yudhoyono
berada dalam posisi berseberangan. LSI juga mendapatkan label mulai
dari
kendaraan Golkar sampai kepada tuduhan pimpinannya caleg PDI-P.
Padahal,
Golkar dan PDI-P bersaing satu sama lain.
Teori konspirasi atas LSI semakin bingung lagi karena berita dari KPU
bahwa
LSI juga mengerjakan penelitian pihak Wiranto-Gus Solah di bulan Mei
2004.
Bagaimana menjelaskan LSI yang dituduh antek Taufiq Kiemas, corong SBY
kini
berpindah menjadi agen Wiranto? Namun pada saat yang sama tak dapat
dibantah
pula bahwa prediksi LSI yang paling tepat dan akurat?
Jajak pendapat dunia yang baru di Indonesia. Karena tingginya
persaingan
presiden dan rendahnya tingkat kepercayaan publik (*low trust
society*),
kecurigaan kepada jajak pendapat mudah sekali timbul. Apalagi memang
banyak
jajak pendapat yang ngawur.
Publik juga mungkin masih susah menerima jika ada lembaga jajak
pendapat
mengerjakan penelitian bagi partai tertentu. Dengan segera, lembaga
itu
dianggap partisan. Padahal di dunia internasional, Gallup Poll di AS
dan SWS
di Filipina juga mengerjakan penelitian pesanan.
SWS bahkan juga mengerjakan penelitian pemerintah. Itu bagian dari *
dedicated* survei yang memang lazim. NDI dan IRI yang juga aktif di
Indonesia dan kualitasnya sangat terjaga, lebih jauh lagi adalah
bagian dari
partai politik di AS.
LSI juga mengerjakan survei pesanan partai Golkar, *Metro TV* dan
lainnya.
Namun survei pesanan itu milik klien secara eksklusif, dan LSI tak
punya hak
untuk mempublikasikannya. Semakin banyak partai dan lembaga mengetahui
opini
publik, semakin baik buat publik. Lembaga itu akan mendapatkan input
bagaimana menyerap aspirasi publik.
Namun khusus untuk memprediksi hasil pemilu, baik SWS, Gallup Poll,
dan juga
LSI di Indonesia, tidak menerima dana partai atau capres dalam
penelitiannya. Data itu sepenuhnya didedikasikan kepada publik.
Datanya juga
dapat diakses oleh publik untuk berbagai kepentingannya. Untuk kasus
LSI,
dana penelitian publik itu sepenuhnya sudah dijamin oleh JICA.
Demikianlah, jajak pendapat akan terus melahirkan kontroversi sampai
publik
terbiasa, dan dapat membedakan mana lembaga yang serius, dan mana yang
hanya
ingin main-main.
*Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia/LSI.*