Di masa sekarang,...
masih adakah kearifan berbalut busana "Takwa" ?
Masih adakah kerendahan hati berbekal kalimat "Takwa" ?
Masih adakah penyampaian kebenaran berbungkus rapi dan indah tanpa jumawa?

Wahai Bulan Ramadhan...
Selamat datang...
Semoga hati kita terus berpendar...

Wassalam
-i2n
Mohon maaf lahir batin

----- Forwarded Message ----

From: korandigital <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, August 26, 2008 9:42:11 PM
Subject: [Koran-Digital] Djoko Su'ud Sukahar : Kalijaga & Ustad Bersahaja

 
Rabu, 27/08/2008 11:12 WIB
Kalijaga & 
Ustad Bersahaja
Djoko Su'ud Sukahar - 
detikNews
 
 
 
Jakarta - Pekan depan sudah memasuki bulan 
Ramadan. Bulan penuh hikmah. Bulan bertabur pahala. Malah di dalamnya 
tersembunyi sebuah malam yang amat dinanti, lailatul kodar, malam seribu bulan. 
Tidaklah berlebihan jika di bulan Ramadan kaum muslim berlomba berbuat 
kebaikan. 
Baik lahir dan baik batin.
 
Menyongsong bulan yang amat indah itu, 
ada sebuah kisah yang bisa dijadikan tauladan. Kisah seorang pengembara yang 
berjalan di jalan Allah. Dia aulia yang seniman. Dia bangsawan yang jadi 
penjahat demi rakyat. Dia manusia arif budiman berkat gemblengan Sunan Bonang. 
Ya, dia adalah Raden Sahid yang dikenal sebagai Sunan 
Kalijaga.
 
Dalam jejak langkah para wali, Sunan Kalijaga dianggap 
sebagai wali sempurna. Wali paling sukses. Sarat ilmu karena berguru di banyak 
guru. Wali kreatif via tembang dan wayang. Dan digandrungi jamaah karena 
sikapnya yang bersahaja tetapi penuh kharisma.
 
Sunan Bonang guru 
utama Sunan Kalijaga. Sunan ini yang menyadarkannya akan spiritualitas yang 
benar. Setelah itu Sunan Gunungjati dan wali-wali lain digali. Dan secara 
mistis 
konon Nabi Khidzir juga ikut menyemaikan batin lelaki yang jasadnya dimakamkan 
di Kadilangu ini.
 
Ketika melanglang ke Malaka, Syamsi Tabriz 
disebut-sebut menularkan ajaran padanya. Nama terakhir ini mengingatkan kita 
pada Jalaluddin Rumi. Penyair cinta itu seperti tersihir ketika Syamsi Tabriz 
menginterupsi ceramahnya. Rumi terkagum-kagum enggan berpisah. Itu terjadi 
hingga Syamsi Tabriz mati terbunuh.
 
Melihat tahun yang terjadi, 
rasa-rasanya Sunan Kalijaga tidak berguru secara langsung pada Syamsi Tabriz. 
Hanya jika mengamati dakwah Sunan Kalijaga yang amat berbeda, memberi petunjuk 
bahwa 'gaya' Syamsi Tabriz sang darwis itu amatlah menyatu. Sunan Kalijaga 
terus 
melakukan pengembaraan. Enggan berbusana formal layaknya ustad. Tidak berharap 
popularitas dengan mengabarkan namanya kesana kemari. Dia bersahaja melangkah 
dan mensyiarkan agama Allah.
 
Dia tolak uang bagi jasanya. Dia ikuti 
sufi yang menjunjung tinggi 'kefakiran' sebagai 'jalan lapang' menuju 
kebersihan 
jiwa. Tuntutannya hanya satu, bersyair dan mendalang untuk ditukar syahadat. 
Syahadatayn, dua kalimah shahadat. Itu pamrihnya, pahala, ridho 
Allah.
 
Maka, di setiap daerah, malam-malam yang lengang selalu 
digempitakan suara dan ketangkasan tangan lelaki yang pernah dikenal berangasan 
sebagai begal Lokajaya ini. Kalimatnya indah berisi kata-kata pilihan. Suaranya 
memperhatikan diksi,intonansi dan aksentuasi. Dan wajahnya yang ekspresif, 
memberi tempat istimewa bagi setiap penampilannya.
 
Gambaran macam 
itu bisa dilacak melalui Serat Walisana, dan beberapa karya Sunan Kalijaga. 
Dewaruci dan Serat Kalimasada adalah sebagian karya Kalijaga. Cerita itu sarat 
dengan pentokohan yang diambil dari India. Namun dalam pengkisahannya, 
terkandung dakwah yang kental. Kebenaran universal itu begitu liris dan mengena 
karena dibungkus rapi dan indah.
 
Mungkin karena itu, di 
Mataram-Lombok, kendati banyak saudara kita yang beragama Hindu, tapi sampai 
sekarang mereka masih sangat menyukai Kisah Menak yang menjadi roh cerita 
wayang 
setempat. Memang Islamisasi di kawasan ini dilakukan Sunan Giri Prapen. Namun 
akulturasi budaya kemasan Sunan Kalijaga itu tetap bisa diterima dimana saja. 
Itu karena dilakukan secara pseudo dan harmonis. Bukan 
asal-asalan.
 
Di Jawa Barat (Pajajaran) pengabar agama Allah ini 
dikenali sebagai Ki Seda Brangti. Bagi warga yang kala itu belum Islam, 
penampilan lelaki ini sangat dinanti. Bukan kabar soal kebenaran yang dibawa 
yang masih dianggap asing, tetapi lebih pada suara dan gerakan tangannya. 
Gerakan itu penuh gairah. Vitalitas. Membangkitkan semangat dan memberikan 
suntikan untuk berlomba-lomba menuju kebaikan.
 
Di daerah Jawa 
tengah, khususnya Tegal, lelaki yang sama ini dijuluki Ki Benguk. Dia dalang. 
Wayang banongan yang dibawanya mempesona banyak orang. Wayang itu seperti 
hidup. 
Gerakannya yang ekspresif dan mistis memotivasi penanggap dan penonton. Ini 
pangkal percepatan warga Jawa Tengah mengakrabi Islam.
 
Apalagi di 
Semarang, Adipati Pandanarang yang segalanya diukur dengan harta harus tunduk 
dengan Sunan Kalijaga. Sang sunan dengan bahasa lembut bercerita tentang jalan 
hidupnya. Dia tak bergairah lagi dengan tahta dan harta. Dan untuk pagelaran 
yang diminta sang pangeran, Sunan Kalijaga dengan santun berkata. "Yen pareng 
kulo nyenyuwun ungeling bedug Semarang," katanya seperti tertera dalam Serat 
Walisana. Dia hanya berharap 'suara bedug' di Semarang. Suara orang mengucap 
syahadat bergema di Semarang.
 
Dan di kawasan Jawa Timur (sekarang), 
lelaki ini terkenal sebagai Kuncara Purba. Namanya menjadi jaminan bagi 
berkumpulnya banyak jamaah. 'Sabetan' wayang yang dibawakan Sunan Kalijaga 
telah 
mendarah-daging. Dan lantunan kata yang tersaji melalui suluk telah berubah 
menjadi 'mantra'. Itu yang menampilkan wilayah Pantai Utara (Pantura) sebagai 
basis Islam hingga hari ini.
 
Kisah hidup Sunan Kalijaga itu memberi 
arah bagi kita. Berdakwah tidaklah susah jika pamrihnya untuk mencari pahala 
Allah. Membentuk diri sendiri menjadi baik adalah kuncinya. Mempraktekkan 
kebaikan merupakan kewajiban. Dan membantu orang lain yang membutuhkan adalah 
keharusan. Jika itu dilakukan tiap pribadi, rasanya, dunia dan akherat akan 
sama 
nikmatnya. Sama-sama menjadi firdaus.
 
Marhaban ya Ramadhan. Semoga 
di bulan puasa ini kita mendapatkan pahala yang melimpah-ruah. 
Amin.

Keterangan Penulis: Djoko Su'ud Sukahar, 
pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.(iy/iy)
 
http://www.detiknews.com/read/2008/08/27/111200/995418/103/kalijaga-ustad-bersahaja
 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Groups "Koran Digital" 

To post to this group : [EMAIL PROTECTED] 
To unsubscribe from this group : [EMAIL PROTECTED] 

For more options, visit this group at 
http://groups.google.com/group/koran-digital?hl=id 

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus 
(100 SM) 
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke