"Setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin"
(2Mak 6:18-31; Luk 19:1-10)

"Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 
Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia 
seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, 
tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. 
Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara 
untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke 
tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah 
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus 
segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang 
yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di 
rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada 
Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang 
miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan 
kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini 
telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun 
anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan 
menyelamatkan yang hilang." (Luk 19:1-10), demikian kutipan Warta 
Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-
catatan sederhana sebagai berikut:
•       Para pegawai pajak, lebih-lebih yang berkedudukan penting 
dalam kantornya, pada umumnya kaya raya, bukan karena gaji atau 
imbal jasa yang mereka terima tiap bulan, melainkan karena korupsi 
atau manipulasi. Demikian juga para pejabat tinggi, hemat saya jika 
hanya mengandalkan gaji bulanan sesuai dengan aturan rasanya tidak 
mungkin menjadi kaya raya, tetapi karena sering memperoleh uang 
siluman atau pelicin mereka menjadi kaya raya. Para pengusaha 
menjadi kaya raya karena usahanya. Hemat saya kekayaan yang mereka 
miliki, entah pegawai pajak, pejabat atau pengusaha, tidak terlepas 
dari peran rakyat banyak. Jika para pengusaha dapat membayar pajak 
atau `uang pelicin/siluman' yang cukup besar jumlahnya, entah kepada 
pegawai pajak atau pejabat pemerintah, karena usahanya berhasil. 
Tatapi hendaknya disadari: siapa yang menjadi konsumen dari hasil 
usaha mereka? Bukankah kebanyakan konsumen hasil usaha mereka adalah 
rakyat kebanyakan, yang tak berdaya menentukan harga melainkan 
terpaksa ikut apa saja yang ditentukan oleh para pengusaha? Dengan 
kata lain hemat saya kekayaan orang kaya berasal dari "aneka bentuk 
pemerasan pada rakyat atau orang kebanyakan". Maka dengan ini kami 
berharap kepada mereka yang kaya, entah secara pribadi atau 
organisatoris, hendaknya memperhatikan mereka yang miskin dan 
berkekurangan, syukur jika berani seperti Zakheus :"Tuhan, setengah 
dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada 
sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali 
lipat". Biarlah keselamatan terjadi di negeri kita tercinta ini. 
Khususnya para koruptor kami harap sadar: kembalikan apa yang anda 
peroleh dengan tidak wajar alias dengan korupsi kepada negeri yang 
masih memiliki banyak orang miskin di sana-sini. Tuhan menganugerahi 
aneka macam sarana dan ciptaan bagi semua orang, dan rasanya jika 
masing-masing orang hidup sederhana maka keselamatan akan terjadi di 
negeri tercinta ini. 
•       " Kalaupun sekarang aku lolos dari dendam dari pihak 
manusia, tetapi tidak dapatlah aku melarikan diri dari tangan Yang 
Mahakuasa, baik hidup maupun mati" (2Mak 6:26). Kutipan ini baik 
menjadi permenungan dan refleksi kita semua, yang mengaku diri 
beriman atau beragama. Para koruptor atau penjahat klas kakap pada 
umumnnya `lolos' dari jeratan hukum di pengadilan maupun dari 
pencarian selama dalam pelarian. Dengan uangnya mereka dapat 
meloloskan diri atas bantuan orang yang materialistis atau `mata 
duiten'. Tetapi orang yang demikian pada umumnya tidak tenang, tidak 
damai dan tenteram hatinya; dirinya senantiasa merasa terancam, 
kemana-mana harus dikawal ketat oleh para `body-guard', rumahnya 
berpagar tinggi dan mungkin dijaga anjing yang galak dst.. Mereka 
juga tidak bebas bergaul dengan siapapun. Maka dengan ini kami 
berharap agar para koruptor atau penjahat di tingkat apapun 
bertobat, ingatlah bahwa anda tidak dapat melarikan diri dari tangan 
Yang Mahakuasa, baik hidup ataupun mati. Jika mereka tidak bertobat 
maka ketika dipanggil Tuhan atau menit-menit dan detik-detik 
menjelang kematiannya pasti akan sangat gelisah, tangan dan kaki 
bergerak kesana-kemari, mulut berteriak-teriak (dalam bahasa Jawa 
disebut `mecati' ). Mereka juga akan marah-marah seperti penyamun 
atau penjahat yang disalibkan bersama Yesus : "Bukankah Engkau 
adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" (Luk 23:39). Maka 
ketika menjadi mayat, sudah matipun masih merepotkan mereka yang 
masih hidup, antara lain bagaimana meluruskan/mengatur kaki dan 
tangan maupun menutup mulutnya. Ingatlah bahwa `hidup atau mati kita 
ini milik Tuhan', maka hendaknya selama masih hidup senantiasa 
bersama dengan Tuhan, melaksanakan kehendak Tuhan sebagaimana kita 
ikhrarkan dalam dan melalui berbagai macam janji yang terkait dengan 
panggilan, jabatan maupun tugas perutusan kita masing-masing.

"Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama 
lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan?  
Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-
Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya. Biarlah 
kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu 
di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Persembahkanlah korban yang 
benar dan percayalah kepada TUHAN" (Mzm 4:3-6) Jakarta, 20 November 
2007


Kirim email ke