"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Yak 5:13-20;Mrk 10:13-16)
"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka" (Mrk 10:13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta SP Maria della Strada hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: Aneh dan nyata: "Ada anak nakal atau mengganggu marah, diejek temannya marah, kurang diperhatikan marah, terganggu keramaian sedikit marah, dst..tetapi ketika melihat orang korupsi tidak marah, diam seribu bahasa". Gejala ini menunjukkan bahwa banyak orang kurang bermoral dan tidak jujur dalam hidup sehari- hari. Karena dirinya tidak jujur maka ketika ada orang jujur hadir di hadapannya maka ia merasa terganggu dan marah-marah. Itulah kiranya yang terjadi dalam diri para murid ketika memarahi `orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka'. Menanggapi kemarahan para murid Yesus bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil ini, ia tidak akan masuk ke dalamnya". Anak-anak kecil kiranya lebih suci, lebih jujur, lebih polos, lebih menyerah dst..daripada orangtua atau orang-orang dewasa. Yang terhormat di dalam Kerajaan Allah atau hidup beriman adalah yang lebih suci, lebih jujur dan lebih polos serta menyerahkan diri kepada Tuhan dan sesamanya, bukan yang bergelar sajarna, berpangkat, berkedudukan atau kaya akan harta benda dan uang di dunia ini. Maka marilah kita hayati sabda Yesus "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu". Membiarkan anak- anak datang kepada Tuhan berarti senantiasa memberi kesempatan dan kemungkinan dengan cintakasih dan kebebasan Injili kepada anak-anak untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi cerdas beriman, sehat jasmani dan rohani. Orangtua, pendidik atau orang dewasa yang tidak bersikap demikian terhadap anak-anak berarti `bunuh diri' pelan- pelan serta menyengsarakan generasi yang akan datang atua masa depan. Perkenankan secara khusus di sini saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya: memberi gizi makanan dan minuman yang memadai, perhatian secukupnya, dst , antara lain di masa balita anak-anak dan secara khusus anak- anak/bayi hendaknya menerima susu ibu yang memadai, susuilah bayi anda minimal selama setahun lamanya. "Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni" (Yak 5:13-15), demikian pesan atau nasihat Yakobus. "KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga" (Vatikan II, GS no 1), demikian ajaran para gembala kita. Marilah nasihat dan ajaran di atas ini kita hayati di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja. Marilah kita sisihkan sebagian harta benda/uang, tenaga, perhatian kita kepada sesama dan saudara-saudari kita yang sedang sakit atau menderita, yang mskin dan berduka, untuk meringankan beban mereka. Jika kita tidak memiliki harta benda atau uang, baiklah kita sering mendoakan mereka atau mendatangi/mengunjungi mereka. Sebaliknya jika ada orang atau sesama kita yang sedang bergembira hendaknya kita juga ikut bergembira dengannya, bukan curiga atas kegembiraannya. Kita dengarkan harapan-harapan sesama dan saudara-suadari kita dan kemudian bersama-sama mengusahakan kesempatan dan peluang untuk mewujudkannya. Dalam kebersamaan atau gotong-royong berbagai harapan atau dambaan akan dan dapat menjadi kenyataan, maka jauhkankanlah sikap mental egoistis atau mau maju sendirian, apalagi mau menang sendiri. Kita dapat belajar dan meneladan Yesus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri- Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:6-8) "Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"(Mzm 141:1-3) Jakarta, 24 Mei 2008