"Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan"
(Rm 11:1-2a.11-12.25-29; Luk 14:1.7-11)

"Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin 
dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir 
mengamat-amati Dia dengan saksama… Karena Yesus melihat, bahwa tamu-
tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan 
perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke 
pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab 
mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari 
padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan 
datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. 
Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling 
rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat 
yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata 
kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian 
engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan 
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.""(Luk  14:1.7-
11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan Beato Rupert 
Mayer, imam Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan 
sederhana sebagai berikut:
•       Dalam surat undangan atau surat-surat resmi sering dapat 
kita baca di muka dan dibelakang nama seseorang tertulis singkatan-
singkatan yang menunjukkan gelar atau kehormatan orang yang 
bersangkutan, misalnya: Prof., Dr, RAY, Ir, MBA, MBE dst.. , bahkan 
dalam surat undangan resmi sering tertulis kata-kata "Maaf jika 
salah tulis nama". Rasanya hal itu menunjukkan begitu kuat kerinduan 
seseorang untuk dihormati atau dinilai sebagai yang terkemuka di 
dalam kehidupan bersama masa kini: gila hormat, gila kedudukan, gila 
jabatan dan gila harta benda itulah yang sedang terjadi dalam 
sementara orang. Orang yang bermental demikian ketika yang menjadi 
keriundannya tidak menjadi kenyataan pasti akan stress, marah-marah 
dan dengan demikian secara tidak langsung yang bersangkutan telah 
direndahkan kwalitas kepribadian dan keimanannya. Maka menanggapi 
sabda Yesus hari ini marilah kita senantiasa `merendahkan diri' 
dalam pergaulan, hidup bersama di manapun dan kapanpun. Merendahkan 
diri tidak berarti minder melainkan menjadi rendah hati dengan 
menyadari kelemahan dan kerapuhannya serta menghayati bahwa semua 
yang ada padanya atau dimiliki serta dikuasai adalah anugerah Allah. 
Pater Rupert Mayer yang kita kenangkan/peringati hari ini kiranya 
telah menjadi korban kesombongan regime Nazi karena kerendahan 
hatinya dalam membela iman Kristiani, penghayatan imannya pada Yesus 
yang merendahkan diri dan taat sampai wafat di kayu salib. Jika kita 
mengaku diri sebagai orang beriman, kiranya keutamaan kerendahan 
hati harus menjadi jiwa atau semangat hidup kita setiap hari, 
meskipun untuk itu secara phisik dan sosial sering harus mengalami 
dan menghadapi penderitaan dan siksaan dari orang-orang yang 
sombong, gila hormat, gila kedudukan/jabatan dan gila harta benda. 
Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar hidup orang beriman.       
•       "Aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? 
Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah 
sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. 
Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan 
kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih 
lagi kesempurnaan mereka" (Rm 11:11-12), demikian sapaan Paulus 
kepada umat di Roma, kepada kita semua. Siapa mereka itu? Mereka 
adalah yang merasa terpilih dan penting dalam kehidupan 
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ; mereka kaya akan harta 
benda namun miskin akan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan 
kehidupan. Memang aneka bentuk pelanggaran orang kaya dan pejabat 
telah mengingatkan dan menggerakkan orang beriman untuk berjuang 
mengingatkan mereka, sehingga orang beriman semakin kaya akan nilai-
nilai dan keutamaan-keutamaan kehidupan. Maka kepada rekan-rekan 
yang miskin dan berkekurangan kami berharap tidak perlu menjadi 
kecil hati atau minder dalam kehidupan; mungkin karena kesetiaan 
iman anda sehingga anda kurang beruntung dalam hidup bermasyarakat, 
berbangsa dan bernegara alias tidak memiliki kedudukan, jabatan atau 
harta benda, tetapi anda kaya akan nilai-nilai dan keutamaan-
keutamaan kehidupan untuk memasuki sorga, hidup mulia selama-lamanya 
bersama Allah Pencipta. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini bagaikan 
orang yang singgah sebentar untuk minum di dalam perjalanan, `urip 
iku koyo wong mampir ngombe", demikian nasehat orang Jawa. 
Perjuangan, penderitaan dan duka ciita hidup di dunia karena 
kesetiaan hidup beriman tidak sebanding dengan hidup bahagia, mulia 
di sorga yang akan diannugerahkan Tuhan kepada kita.  

"Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari 
Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka, 
sampai digali lobang untuk orang fasik. Sebab TUHAN tidak akan 
membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-
Nya; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan akan diikuti oleh 
semua orang yang tulus hati" (Mzm 94:12-15) 
Jakarta, 3 Nopember 2007.   


Kirim email ke