Mg Biasa XXXIc: Keb 11:22-12:2; 2Tes 1:11-2:2;Luk 19:1-10 "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang"
"Sebelum pabrik dibangun dan beroperasi, kami sudah mengeluarkan beaya jutaan bahkan milyardan rupiah untuk memperoleh rekomendasi dan izin dari berbagai instansi pemerintah yang terkait", demikian keluh kesah seorang pengusaha dalam suatu pertemuan. Rekomendasi dan izin tidak akan pernah keluar tanpa uang, itulah yang terjadi, maka tidak mengherankan bahwa mereka yang bekerja dalam instansi terkait dengan perizinan pembangunan dan operasi pabrik menjadi kaya raya bukan karena gaji bulanan mereka melainkan karena berbagai uang pelicin yang mereka terima. Uang pelicin atau sampingan tersebut lebih besar jumlahnya daripada gaji bulanan mereka. Yang terlibat dalam arus uang pelicin ini tidak hanya para petinggi atau atasan saja tetapi juga para pegawai yang terlibat di dalamnya, bahkan mereka yang tidak mau terlibat dengan mudah tersingkir dari kantor yang bersangkutan. Maka dapat dipahami jika ada orang baik atau berbudi pekerti luhur dengan terpaksa harus terlibat dalam korupsi atau uang pelicin ini. Rasanya orang baik dan berbudi pekerti yang telah masuk dalam arus korupsi ini ketika memperoleh sentuhan atau sapaan dari Yang Ilahi atau orang baik akan bertobat seperti Zakheus, yang didatangi oleh Yesus: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."(Luk 19:8). Dan terhadap Zakheus pun Yesus bersabda :"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."(Luk19:10) "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang"(Luk 19:10) Yesus adalah "Penyelamat Dunia", Ia datang ke dunia, menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, untuk menyelamatkan dunia, maka dimana ada bagian dunia yang tidak selamat pasti Ia datangi dan selematkan. Ia mendatangi Zakheus, pemungut cukai atau pajak yang kaya; dan sementara itu dari pribadi Zakheus sendiri juga ada kerinduan untuk melihat dan bertemu dengan Yesus. Kesibukan dan kerja Zakheus setiap hari adalah hal-hal duniawi atau uang, yang memang dapat menjadi jalan ke sorga atau ke neraka, menyelamatkan atau menyengsarakan. Belas kasih pengampunan dan kemurahan hati dari Yesus bertemu dengan kerinduan Zakheus terjadilah keselamatan atau kebahagiaan. Meskipun Zakheus sedikit banyak telah `diselimuti oleh uang dan orang' sehingga terkuasai olehnya, namun dalam hati kecilnya yang terdalam ada kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan. Memang dari dirinya sendiri Zakheus tidak mungkin selamat. Keselamatan dan kebahagiaan merupakan anugerah atau rahmat Tuhan. Pengalaman perjumpaan antara Zakheus dan Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan kita bersama. Kesibukan dan kerja kita sehari- hari didominasi oleh hal-hal atau urusan-urusan duniawi, dan jika kita lupa diri dapat juga melupakan Yang Ilahi, Tuhan Yang Murah Hati. Kami percaya dalam hati kita masing-masing ada kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi, maka jangan biarkan kerinduan tersebut mati, melainkan marilah kita ikuti dan penuhi. Belajar dari Zakheus, marilah kita buka pintu hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap kedatangan dan sapaan Tuhan, yang antara lain menggejala dan menjadi nyata dalam sapaan, ajakan dan tegoran dari sesama kita untuk berbuat baik bagi sesama, lebih-lebih dan terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita berkata seperti Zakheus dan meneladannya: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.". Yang menjadi milik kita mungkin uang/harta benda, tenaga dan waktu, marilah semuanya itu kita manfaatkan dan fungsikan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi sesama dan saudara kita, lebih-lebih yang miskin dan berkekurangan. Semuanya yang kita miliki berasal dari Allah, merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui kebaikan saudara dan sesama kita, maka selayaknya kita berterima kasih kepada mereka dengan berbuat baik secara nyata, entah dengan memberi uang, waktu maupun tenaga atau tubuh kita. Ucapan dan perwujudan terima kasih ini kiranya tak akan terjadi tanpa dukungan dan sumbangan doa maupun tenaga dari sesama kita, maka marilah kita imani apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Tesalonika di bawah ini. "Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2Tes 1:11) Berterima kasih dan berbuat baik kepada sesama memang tidak hanya dalam rupa uang/harta benda atau tenaga dan waktu saja, tetapi doa. Jika kita tidak memiliki harta benda/uang, waktu dan tenaga, kiranya kita masih dapat menyisihkan waktu dan tenaga sejenak/sebentar untuk mendoakan sesama kita dan kepada sesama kita dapat berkata seperti Paulus :"Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" . Berdoa merupakan bagian hidup orang beriman dan beragama, dan kita dapat berdoa kapan saja dan dimana saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dengan berdoa kita sendiri `menyempurnakan kehendak untuk berbuat baik dan segala pekerjaan iman' dan bertindak sosial dengan mendoakan orang lain, terutama mereka yang butuh kita doakan. Hemat saya ada 4 (empat) kelompok atau golongan orang yang sebaiknya kita doakan, yaitu: (1)para pemimpin Negara atau Masyarakat, (2) para pemimpin Gereja, (3) orang-orang sakit, menderita, miskin dan berkekurangan serta (4) diri kita sendiri. (1). Berdoa bagi para pemimpin Negara dan masyarakat. Para pemimpin Negara dan masyarakat mempunyai tanggungjawab berat untuk mensejahterakan seluruh rakyat. Kita hendaknya sering mendoakan mereka agar sungguh melayani rakyat, memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan. Salah satu tanda keberhasilan seorang pemimpin adalah kesejahteraan atau kebahagiaan yang dipimpin, anggota-anggota atau rakyat. Semoga para pemimpin Negara maupun masyarakat tidak hanya mencari keuntungan sendiri dengan korupsi, melainkan melayani dan mangabdi rakyat dengan kasih sejati dan rendah hati; berani mendatangi dan menyelamatkan mereka yang berdosa, miskin dan berkekurangan di negerinya. (2). Berdoa bagi para pemimpin Gereja. Kita berdoa agar para pemimpin Gereja meneladan Yesus yang "datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang". Kita berharap agar sebagai gembala mereka dapat menjadi `teladan, pemberdaya dan pendorong' bagi yang miskin dan berkekurangan atau yang hilang; berpastoral dengan mendatangi dan mengunjungi umatnya lebih-lebih yang hilang, miskin dan berkekurangan. (3) .Berdoa bagi orang-orang sakit, menderita, miskin dan berkekurangan. Kepada yang sakit, menderita, miskin dan berkekurangan, kita berdoa agar mereka tetap tabah dan setia pada imannya dan berani menyatukan diri dengan Yesus yang miskin dan menderita bagi sesama. Kita berharap mereka menanggapi dan mengimani sabda Yesus ini : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30) (4). Berdoa bagi diri kita sendiri. Dengan rendah hati kita mohon rahmat dan kemurahan hati Allah agar kita dapat meneladan Yesus `yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang'. "TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mzm 145:8-9) Jakarta, 4 November 2007