Al Qaidah Lama dan Baru Al Qaidah Lama Jumat, 15 Februari 2002 11:19:00 Nasafi: Al-Qaidah Tak Mungkin Dihancurkan Laporan: Antara
Sanaa-RoL -- Al-Qaidah belum habis. Ribuan anggotanya masih menyebar di seluruh Afganistan. Adalah sulit bahkan tidak mungkin, kata pengamat Arab, AS menghancurkan jaringan itu. "Sebagai organisasi sederhana dengan strategi akidah yang kuat, Al-Qaidah tidak mungkin dikuasai AS. Bagi ribuan anggotanya yang masih menyebar di Afganistan, mereka akan tetap bisa bertahan mengingat faktor geografis yang sangat sulit untuk melacak mereka. Saya kira semua pihak maklum dengan kenyataan ini," kata Dr Abdullah Nasafi kepada TV Al-Jazeera, Jumat [15/2/2]. Dalam acara khusus tentang hegemoni AS pasca-serangan 11 September, pengamat Arab yang bermukim di London itu juga mengingatkan bahwa kemampuan AS untuk memberantas "terorisme" tidak seimbang dengan kemampuan yang dimiliki Al Qaidah. "AS tidak akan sukses memberantas 'terorisme' sebab propaganda di media massa yang dilancarkannya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki," tegasnya. Cara terbaik, menurut Nasafi, adalah mengikuti imbauan internasional guna mengadakan konferensi internasional untuk menyatukan visi dan harus membedakan antara terorisme dan gerakan perlawanan untuk kemerdekaan. Mengenai Al-Qaidah, Nasafi mengingatkan bahwa organisasi tersebut tidak sama dengan organisasi politik Islam lainnya yang masih diwarnai perpecahan di dalam tubuhnya. Meski sederhana, Al-Qaidah didasari wasiat Nabi yang meminta untuk mengeluarkan seluruh warga non-Muslim dari Jazirah Arab. ''Mereka benar-benar siap melaksanakan wasiat tersebut dan ini sangat menakutkan AS," katanya. Penahanan anggota-anggota kelompok Al-Qaidah di Guantanamo, Kuba, menurut Abdullah Nasafi, merupakan salah satu bukti ketakutan AS terhadap organisasi tersebut karena dengan penahanan di luar AS maka para tahanan tidak diperlakukan sesuai peraturan AS. "Jadi mereka diperlakukan sesuka hati. Lihat saja tangan-kaki diborgol dan tidak boleh menoleh ke sekitar, harus tunduk ke bawah dan setiap orang dijaga empat tentara bersenjata. Ini bukan bukti hegemoni, tapi bukti ketakutan," katanya. AS, lanjutnya, ingin tetap menguasai sumber minyak dunia dengan mempertahankan keberadaannya di kawasan Teluk agar bisa melakukan hegemoni di seluruh dunia. Menyinggung pernyataan Presiden AS George W. Bush tentang "poros kejahatan" yang meliputi Irak, Iran dan Korea Utara, Nasafi menilai pernyataan tersebut sebagai bukti bahwa ia tidak memiliki pengalaman politik. "Pasalnya, pernyataan tersebut mempersulit posisi negara-negara pendukung AS sendiri. Korea Selatan, misalnya, menolak Korea Utara dijadikan poros kejahatan, Uni Emirat Arab (UAE) menolak memasukkan Iran dan Irak. Begitu juga dengan Eropa," katanya. Menurutnya, yang muncul pasca-serangan 11 September adalah poros baru dari tiga negara yang masing-masing dikuasai oleh kelompok fundamentalis Kristen, Yahudi dan Hindu. Pemerintah Bush di AS mewakili kelompok Kristen fundamentalis, Israel dengan Likudnya mewakili Yahudi garis keras dan India dengan partai Janata pimpinan Atal Behari Vajpayee mewakili Hindu militan. "Bila poros ini benar-benar solid, maka sangat membahayakan Arab. Dari barat Israel dan timur India. Ini sudah cukup membahayakan Teluk tanpa keikutsertaan AS. Menurut saya justru ini poros yang harus diwaspadai," katanya. Jun *** Generasi Baru Al-Qaidah Selasa, 16/02/2010 15:16 WIB | Generasi baru al-Qaidah telah datang, dan mereka jauh lebih hebat, dibanding dengan Osama dan Ayman al-Zawahiri. Para pengamat Gerakan islam, memperingatkan akan perluasan al-Qaidah yang sudah mempunyai hubungan dengan kelompok Jihadis di Yaman, Somalia, dan beberapa negara Afrika lainnya. Generasi baru al-Qaidah ini, yang mempunyai hubungan dengan kelompok Jihadis di Yaman, dan suku-suku setempat, yang terus memperkuat basis gerakan mereka di tengah-tengah melemahnya pemerintahan Yaman yang dipimpin Presiden Ali Abdullah Saleh. Generasi baru ini berbeda dengan generasi sebelumnya, dan juga berbeda dengan organisasi kelompok sebelumnya. Generasi baru ini terdiri dari orang-orang yang terdidik, dan mereka mampu menggunakan alat-alat modern yang sangat canggih, khususnya dibidang komunikasi dan senjata. Mereka juga menemukan senjata baru yang jauh lebih modern, ujar seorang pengamat. Generasi baru al-Qaidah ini, adalah generasi baru mujahidin, yang akan menggantikan Osama dan Ayman al-Zawahiri, dan akan mempunyai kemampuan yang lebih dahsyat dibanding dengan generasi tuanya, terutama dibidang persenjataan. Mereka mendapatkan pendidikan di negara-negara maju, dan menggunakan komunikasi yang sangat canggih dalam gerakan mereka. Inilah yang sekarang menjadi kekawatiran kalangan Barat, khususnya menghadapi kecenderungan baru, yang sekarang berkembang, dan bukan hanya di dunia Islam, tetapi di Barat. Tentu, ini tak lain, akibat dari buruknya pandangan Barat, khususnya terhadap umat Islam dan Islam, yang terus melakukan penjajahan. Belum lama berlangsung konferensi yang diselenggarakan oleh 'The International Center for Future and Strategic Studies (ICFS) di Cairo, yang berlansung 27 Januari 2010, yang mengambil tema,"Evolution of al-Qaidah", generasi baru al-Qaidah ini akan menjadi ancaman keamanan regional, dan dengan melakukan konfrontasi dengan pemerintah dan kelompok-kelompok yang menjadi alat asing (Barat), yang sekarang ini terus menjajah dan mencengkeram negara-negara Islam. Konferensi itu dihadiri dari berbagai ahli politik, keamanan, dan pengamat di bidang Gerakan Islam, yang berasal dari berbagai negara, Mesir, Yaman, Palestina, dan beberapa negara Arab lainnya. Makram Mohammed Ahmed, seorang penulis dan Ketua Sindikat Wartawan Mesir, menjadi pembicara utama, mengingatkan resiko organisasi lokal, yang mempunyai hubungan dengan al-Qaidah, dapat mempengaruhi kehidupan politik di Mesir, sesudah kegagalan mereka di AS. Akram mencontohkan, bangkitnya al-Qaidah di Yaman, sesudah kegagalan mereka di Iraq, dan kemudian mereka berpindah ke Yaman. Mereka dapat membangun kekuatan degnan cepat, khususnya dengan banyaknya kelompok militan, yang akan menjadi generasi baru al-Qaidah. Sekarang telah lahir apa yang disebut al-Qaidah 'Jazirah Arab', yang dibawah pimpinan Abu Bashir al-Wahayshi, yang berasal dari Yaman. Ketua Sindikat Wartawan Mesir itu yakin bahwa al-Qaidah yang sekarang membangun basis gerakannya di Yaman, akan menjadi faktor ancaman baru di kawasan itu. Kebangkitan al-Qaidah, yang bersama-sama dengan kelompok Jihadis Salafi, dan Gerakan al-Shabab di Somalia, menjadi kekuatan besar di masa depan. Tentu ini menjadi ancaman para sekutu Barat (AS). Inilah yang menjadi kekawatiran sejumlah pengamat, dan para presiden dan raja, yang sekarang menghadapi ketidak percayaan rakyatnya, karena mereka terlalu dekat Barat, yang sudah banyak melakukan pembantaian dan penghancuran terhahadap umat Islam, seperti yang terjadi di Palestina, Iraq, Afghanistan, dan Somalia Menurut Prof. Fuad Salabi, dari Universitas di Yaman, dan Abdul Rahim, yang memimpin lembaga riset, Arab Center for Reseach and Studies, menegaskan, "Fenomena generasi baru al-Qaidah dan orientasi mereka, suatu yang sangat baru, dan dengan latar belakang pendidikan mereka, serta kemampuan mereka membangun organisasi, komunikasi dan senjata baru yang lebih canggih, adalah tipe generasi baru gerakan al-Qaidah", ujar Rahim. Al-Qaidah, dan kelompok Jihadis Salafi, merupakan jenis baru Gerakan Islam, yang melakukan perlawanan terhadap bentuk penjajahan Barat dan sekulerisme (materialisme), yang sekarang mengancam kaum muslimin. (m/ikhwn)