LINGKUNGAN JAWA 09 January 2003
Hutan: Antara Energi Spiritual, Kelestarian Ekosistem dan Kepentingan Sosial Ekonomi Oleh: Ir. Sosroatmodjo Hutan, seringkali kita mendengar di media elektronik dan membaca di media massa yang lain akan pentingnya kelestariannya. Sudah jamak, umum, terlalu biasa, bosan atau bingung untuk berbuat sesuatu atas suara-suara tersebut. Sulit membendung penebangan, perusakan, dan penjarahan yang terjadi atas hutan milik kita demi kepentingan sesaat yang cenderung bias dengan kekuatan kapitalis istilah kerennya atau kepentingan perut kita dengan dalih memenuhi kebutuhan rakyat atas komoditas kayu atau kelancaran penggalakan kegiatan ekspor nasional. Pernah pemerhati lingkungan di suatu media massa nasional mengatakan bahwa kerusakan hutan kita per tahun sekitar 2 juta hektar. Bisakah kita membayangkan luas lahan tersebut apabila disatukan? Tahukah kita semua bahwa luas itu hampir sama dengan luas suatu negara kecil? Ironisnya negara yang luasnya hampir sama dengan luas kerusakan hutan di negara kita justru bisa hidup dengan hutannya yang malah lebih kecil dibanding dengan kepunyaan kita. Sebutlah beberapa negara kecil di kepulauan Karibia atau di Lautan Cina Selatan seperti Solomon, Fiji, Belize, atau Cayman Island, atau Kepulauan Hawaii (bagian dari Amerika Serikat). Perputaran uang di Cayman Island pada tahun 1987 sekitar USD 13 milyar yang pendapatannya justru hanya dari pariwisata dan keamanan perbankannya. Sadarkah kita semua bahwa hutan kita dirusak oleh para pemilik modal yang notabene pengusaha internasional yang tidak mau menebang hutan di negaranya sendiri? Pengusaha tersebut justru memiliki kesadaran akan lingkungannya namun tidak mau merusak "rumahnya" sendiri karena mereka tahu akibatnya. Contoh yang nyata dan paling dekat dengan kita adalah Malaysia. Mengapa mereka justru membeli kayu-kayu dari lebatnya hutan Kalimantan yang wilayahnya berada di Indonesia bukan di Malaysia? Mengapa para pelaku bisnis di Singapura saat ini lebih suka membeli kayu-kayu dari Indonesia yang kemudian baru diolah di negara lain seperti Cina, Thailand, atau Vietnam? Mengapa para pengusaha dari negara maju lebih suka membeli perabotan kayu dari Indonesia ketimbang di negara mereka sendiri? Berikut jawaban yang sifatnya sinis dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertama, mereka tidak mau rugi atas kerusakan hutan mereka karena tahu akibat lingkungan sosial, alam maupun kerusakan finansial mereka. Logikanya dengan tidak merusak hutan mereka mampu mengolahnya menjadi wisata alam yang mana pendapatannya tidak akan pernah habis sebagai contoh Malaysia sedang mengembangkan secara optimal hutan-hutan alamnya untuk pengembangan wisata ketimbang untuk komoditas kayu. Kedua, kalau ada negara yang mau menjual murah kayu hutannya mengapa harus susah menebang kayu di hutannya sendiri. Mengapa murah? Karena negara tersebut banyak pencuri, aparat yang mau diajak kerjasama dan disuap, sedang miskin dan butuh duit, bisa diakali, prosedur yang tidak bertele-tele, tidak sadar lingkungan, juga masyarakatnya bodoh meski terlihat pintar. Ketiga, tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Menebang hutan paling gampang ketimbang harus menanam bibit untuk kurun waktu yang akan datang, yang artinya hanya mau mendapatkan uangnya saja tanpa harus berpikir yang lain. Dengan analogi seperti ini para pengusaha tahu dan sadar bahwa sebenarnya negara yang penuh dengan orang-orang seperti ini sulit untuk diajak maju sehingga mereka mengolah hasil hutan di tempat lain. Keempat, masyarakat yang hedonis dan konsumtif. Gambaran masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang mau diperbudak dengan uang sehingga apapun masalahnya akan mudah teratasi dengan uang dimana masyarakat yang cenderung berpikir sangat pragmatis. Di beberapa universitas di negara maju mampu mengkonversi berapa kerugian materi kita akan kerusakan hutan. Jangankan hutan untuk kerugian kehilangan satu pohonpun mereka mampu mengkalkulasikan kerugian materi. Faktor-faktor yang mereka kalkulasikan tersebut antara lain kehilangan oksigen yang dihasilkan, hilangnya fungsi simpan air, buah atau bunga yang sifatnya ekonomis yang dihasilkan, lapisan humus yang terjaga dan itu belum termasuk hewan apa saja yang singgah yang perhitungannya agak rumit seperti biaya perawatan hewan apabila kita yang merawat bukan mengambil sendiri dari tanaman itu sendiri. Bagi yang awam mungkin sedikit contoh, apabila kita sakit dan mengalami kesulitan untuk bernafas biasanya kita akan diberi alat bantu pernapasan oksigen. Demikian juga perhitungan oksigen yang dihasilkan oleh tanaman itu dikonversikan berapa besar biaya yang kita keluarkan per menitnya untuk menyewa alat bantu pernapasan tersebut. Dari faktor itu saja, besar bukan? Pernah suatu kali aktivis LSM yang alumnus teknik elektronika ITB membantu kelistrikan masyarakat pedalaman Kalimantan dan ia berujar kepada masyarakat tersebut untuk menjaga kelestarian hutan karena apabila kehilangan satu pohon tua saja berarti mereka akan kehilangan debit air yang menghasilkan 1kWh listrik. Pernahkah kita berpikir bahwa pohon merupakan rumah bagi para binatang kecil maupun besar? Pernahkah kita berpikir bahwa ke mana migrasi hewan-hewan tersebut apabila terjadi kebakaran hutan dan kerusakan hutan? Seberapa besar pemahaman kita mengenai hutan? Hutan sebagai sekumpulan atau serangkaian pohon di suatu wilayah merupakan suatu kesatuan alam yang tak terpisahkan, apabila terpisahkan akan terjadi akibat yang sebagian besar sulit kita atasi ibarat kendaraan bermotor tanpa bahan bakar. Analogi seperti ini sangat berdasar, hutan yang memiliki fungsi simpan air akan membuang airnya ke laut apabila hilang. Volume air laut akan bertambah sementara daya imbang untuk menyejukkan tidak ada yang disebabkan penghasil oksigen sudah hilang dan akhirnya berpengaruh pada lapisan ozon dimana pada penginderaan yang dilakukan oleh satelit lubang-lubang lapisan ozon ditemukan pada daerah yang minus akan hutan dan terjadilah pemanasan global, mungkin hal ini sebagai gambaran kiamat atau hari akhir bagi kita, kita sebagai umat manusia yang serakah. Pernahkah kita mengamati pohon atau tanaman terutama yang sudah cukup tua dan lama memiliki aura? Tahukah kita semua mengapa orang bersemedi di bawah pohon besar yang kelihatan sudah sangat tua dan orang beranggapan angker? Tahukah bahwa arsitek Jawa kuno (undhagi) kalau ingin menebang pohon harus menghitung hari dan berpuasa dulu? Hutan sebagai kumpulan atau serangkaian pohon merupakan makhluk hidup yang sebenarnya juga bisa 'menjerit', 'menangis', 'berduka' atau 'bersedih'. Kita tidak pernah tahu bagaimana pohon-pohon itu bisa 'marah'. Itulah sebabnya dalam ajaran Buddha pentingnya untuk menjadi seorang vegetarian. Umat Buddha meyakini energi yang dimiliki tanaman atau tumbuhan adalah energi yang selalu positif sementara umat Islam masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi daging namun umumnya sebatas hewan herbivora, yang pemakan tumbuhan. Apabila kita mau mengamati aura pohon tua akan sangat terlihat jelas energi murninya yang biasanya berwarna kehijauan yang kadang agak kebiruan dan percaya atau tidak pohon tidak pernah mengeluarkan aura yang berwarna kemerahan yang biasanya menggambarkan suatu makhluk hidup sedang marah. Pohon yang sangat tua terutama di dalam lingkungan hutan yang tua juga akan memiliki energi murni yang sangat berlimpah, itulah sebabnya para pertapa seringkali memilih tempat ini untuk bermeditasi karena transfer energi murninya hampir tak akan pernah habis. Di Tuban, Jawa Timur ada suatu wilayah kecamatan bernama Jatirogo yang secara harfiah berarti pohon Jati yang memiliki raga atau jiwa. Konon dulu di tempat itu yang masih berhutan lebat terdapat satu pohon yang sangat tua dan besar dimana tempat pohon itu berada di bawahnya selalu bersih dan tidak pernah ada kotoran sedikitpun, sementara yang lain terdapat kotoran. Diyakini pohon tersebut memiliki energi yang sangat besar sehingga mampu melindungi diri dari kotoran-kotoran yang beserakan. Apabila hutan-hutan tua ditebang yang mana kita hanya tergiur oleh besarnya dimensi kayunya saja maka kita akan kehilangan energi murni yang dimilikinya. Untuk lingkup kawasan energi dari hutan ini juga sangat berpengaruh. Baiklah, contoh salah satu keberhasilan kita bangsa Indonesia mampu melawan penjajah karena kita memiliki hutan. Adalah sulit sekali kita menerapkan strategi gerilya apabila tidak ada hutan disamping sebenarnya hutan sendiri memiliki energi murni yang dapat dikembangkan menjadi energi spiritual. Tahukah mengapa Vietnam mampu memukul mundur para serdadu Amerika Serikat? Karena Vietnam memiliki hutan yang tua dan lebat. Hutan yang tua dan lebat akan melindungi wilayahnya dengan energi murninya yang apabila kita kembangkan secara optimal dengan cara meditasi atau semedi akan menjadi energi spiritual dan energi emosional kita meningkat. Belum ada penelitian yang akurat atau referensi bagi penulis bahwa kenyataannya energi murni yang ada di dalam hutan tua tersebut biasanya cocok atau sesuai dengan kondisi para penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Apabila dalam tulisan ini anda mampu membuat analisis korelasinya maka permasalahan kehilangan hutan tidak hanya sebatas kerusakan lingkungan beserta ekosistemnya saja namun juga kita kehilangan karakter dan harga diri kita. Bagaimana dengan hutan yang ada di Jawa? Apakah kita hanya menyuguhkan sesajen apabila ada malapetaka atau bencana yang sebenarnya kesalahan tersebut kita yang buat? Tahukah kita bahwa sebenarnya yang mbahurekso di gunung-gunung yang ada di pulau Jawa terutama merupakan simbol dari energi murni yang berkembang secara optimal menjadi energi spiritual berasal dari sekumpulan atau serangkaian pohon-pohon tua yang ada saat ini? Bagaimana kalau hilang? Mengamukkah dia? Bisakah sesajen, pujian-pujian, dan doa-doa menyelamatkan kita semua dari bencana? God is a comic playing to an audience that's afraid to laugh __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Have constructive thoughts, consoling words, compassionate acts. Peace & enlightenment be yours! - from guys at Mayapada Prana Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://asia.groups.yahoo.com/group/mayapadaprana/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://asia.docs.yahoo.com/info/terms