Keselarasan Ajaran Leluhur Dalam Menghadapi Alam Semesta Dengan
Pengetahuan Ilmiah
Antara Manusia dan alam Semesta

Dengan panca inderanya manusia mengetahui bahwa di antara bumi dan
langit terdapat tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan sifat tertentu.
Matahari, bulan, bintang, dan bumi dengan gunung dan samuderanya juga
mempunyai sifat tertentu. Di luar manusia, lingkungan alam mempunyai
sifat, kodrat tertentu. Manusia mempunyai akal, dan dapat berpikir,
berbicara serta bertindak berdasarkan akalnya, itulah yang membedakan
manusia dengan lingkungannya. Apabila terjadi suatu aksi terhadap suatu
benda di alam, maka benda tersebut selalu bereaksi secara alami. Bagi
hewan reaksi terhadap hal yang membahayakan dirinya adalah fight or
flight, melawan atau melarikan diri. Manusia mempunyai pikiran, maka dia
dapat memilih apa yang akan dilakukannya terhadap aksi terhadapnya.



             Menurut Bhagavad Gita, pada dasarnya sifat alam ini ada
tiga: satwik, rajas dan tamas, tenang, agresif dan lembam-malas dan pada
dasarnya semua benda yang ada di alam ini mempunyai sifat kombinasi dari
ketiga sifat dasar ini. Segala sesuatu yang ada di alam ini juga terdiri
dari kombinasi unsur-unsur padat, cair, api, angin dan ruang.
Unsur-unsur tersebut pada dasarnya adalah energi dengan berbagai
kerapatan yang berbeda.

Leluhur kita mengatakan alam ini sebagai jagad gumelar, alam yang
terkembang, makrokosmos; dan manusia sebagai jagad gumulung, alam yang
terlipat, alam kecil, mikrokosmos. Untuk itu manusia perlu menyadari
sangkan paraning dumadi ( asal usul dan tujuan akhir makhluk). Kodrat
manusia sebagai pria dan wanita, dengan berbagai macam kebudayaan, suku,
ras dan sebagainya adalah untuk memuliakan alam dan seisinya.

             Salah satu petikan dari Serat Sastra Gendhing, karya Sultan
Agung menyebutkan tugas manusia terhadap alam yaitu: Mangasah mingising
budhi; Mamasuh malaning bhumi; Mamayu hayuning bhawana. Mengasah
tajamnya budi; membasuh lukanya bumi, menyehatkan bumi yang sakit; dan
memperindah alam semesta. Sakitnya bumi ini, terjadi karena manusia
tidak mengasah budinya, dan telah bertindak melukai bumi dalam memenuhi
keserakahannya.

             Pada dasarnya manusia itu mendiami bumi yang sama.
Pulau-pulau yang terpisah dengan laut, di dasar lautnya bersatu, semua
manusia hidup dalam lapisan kerak bumi yang sama. Apabila naik ke
angkasa nampak bahwa langit ini juga satu. Semua manusia selain kakinya
terhubung dengan bumi yang sama, napasnya juga terhubung dengan langit
yang sama.

Setiap kali kita menghirup napas, kita menghirup 10 pangkat 22 atom dari
alam semesta. Sejumlah atom tersebut masuk ke tubuh kita menjadi sel-sel
otak, jantung, paru-paru dan lainnya. Setiap kali kita menghembuskan
napas, kita mengeluarkan atom 10 pangkat 22 yang terdiri dari kepingan
otak, jantung, paru-paru dan lainnya. Secara teknis, kita mempertukarkan
organ tubuh kita dengan organ tubuh orang lain, dengan orang yang pernah
hidup, bahkan dengan semua makhluk, semua zat, yang pernah hidup.
Berdasarkan perhitungan isotop-isotop radio aktif, tubuh kita memiliki
jutaan atom yang pernah singgah di tubuh orang-orang suci dan
orang-orang genius. Dalam waktu kurang dari 1 tahun, 98% dari semua atom
dalam tubuh kita telah berganti secara total. Atom milikku adalah atom
milikmu. Atom-atom terdiri dari partikel-partikel, partikel adalah
fluktuasi dari energi. Segala-galanya di bumi ini sejatinya adalah
energi, berasal dari cahaya Matahari. Hakekatnya kita semua adalah satu.

Visi Bapak Anand Krishna terhadap alam ini adalah  ONE EARTH, ONE SKY,
ONE HUMAN KIND, SATU BUMI, SATU LANGIT, SATU UMAT MANUSIA. Visi yang
selaras dengan keberadaan alam semesta.



Hubungan Manusia dengan Tuhan menurut Leluhur

Tuhan adalah "Sangkan Paraning Dumadi", asal usul dan tujuan
akhir makhluk. Leluhur kita menyebutnya "tan kena kinaya
ngapa",tak dapat disepertikan, Acintya. Terhadap Tuhan, manusia
hanya bisa memberikan sebutan sehubungan dengan peranan-Nya. Gusti Kang
Murbeng Dumadi (Penentu nasib semua mahluk) , Gusti Kang Murbeng Gesang
(Penguasa kehidupan), Gusti Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Besar), dan
lain-lain yang dikenal dengan 99 Nama Allah bagi kaum muslimin.
"Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti" artinya "Tuhan itu satu
tetapi para bijak menyebut-Nya dengan banyak nama".

Perjalanan manusia menemukan Tuhannya digambarkan seperti perjalanan
Bima, satria Pandawa mencari susuhing angin, sarangnya angin. Istilah
lain adalah, mencari tapake kuntul nglayang, jejaknya burung yang
terbang, mencari galihing kangkung, intinya sayur kangkung yang kosong
dan lain sebagainya. Sebelum bertemu dengan Dewa Ruci, Bima dalam
samudera kehidupan harus mengalahkan naga ganas keduniawian yang
membelitnya dengan kuat dan erat. Dengan kesungguhan hatinya, naga dapat
dikalahkan dengan kuku pancanakha, dan Bima bertemu dengan Dewa Ruci,
wujud kembarannya yang kecil. Dewa Ruci meminta Bima memasuki dirinya
lewat telinganya. Pada awalnya Bima ragu-ragu, wujud dirinya besar
sedang wujud Dewa Ruci kecil. Dewa Ruci mengatakan, besar mana antara
diri Bima dengan samudera dan jagad raya, karena seluruh jagad raya ini
bisa masuk ke dalam dirinya.

Leluhur kita menggambarkan wadag, raga ini sebagai warangka, sarung
keris, sedang ruh kita adalah curiga, kerisnya. Manusia hidup di alam
ini disebut curiga manjing warangka, keris di dalam sarungnya. Setelah
manusia sadar atas ketidaksempurnaan duniawi ini dan dapat melepaskan
dari belitan naga ganas duniawi dan yakin pada dirinya yang sejati, maka
dia dapat memasuki dirinya yang sejati, seperti Bima yang memasuki Dewa
Ruci. Di dalam diri Dewa Ruci ini ternyata sangat luas, alam pun berada
pada dirinya. Leluhur kita menggambarkan peristiwa ini ibarat warangka
manjing curiga, sarung keris masuk kedalam keris, kodok ngemuli lenge,
katak menyelimuti liangnya, Manunggaling Kawula Gusti, bersatunya
makhluk dengan Keberadaan. Selama ini manusia diibaratkan golek banyu
apikulan warih, manusia mencari air sedangkan dia sendiri memikul air.



Otak kita yang luar biasa

Kita menjalani kehidupan dalam otak kita. Orang yang kita lihat, rasa
basahnya air, harumnya bunga, semuanya terbentuk dalam otak kita.
Padahal satu-satunya yang ada dalam otak kita adalah sinyal listrik. Ini
adalah fakta yang menakjubkan bahwa otak yang berupa daging basah dapat
memilah sinyal listrik mana yang mesti diinterpretasikan sebagai
penglihatan, sinyal listrik mana sebagai pendengaran dan dan
mengkonversikan material yang sama dengan berbagai penginderaan dan
perasaan.

Meskipun orang menganggap material ada di luar kita, cahaya, bunyi dan
warna di luar otak kita itu tidak ada, yang ada adalah energi. Benda di
luar hanya ada dalam paket energi. Paket energi tersebut dilihat oleh
retina. Retina mengirim sinyal listrik ke otak. Otaklah yang
menginterpretasikan itu adalah suatu benda. Bunyi juga terbentuk kala
gelombang-gelombang energi menyentuh telinga kita, kemudian diteruskan
ke otak dan diintepretasikan sebagai bunyi tertentu oleh otak kita.

Fisika quantum memperlihatkan bahwa klaim adanya eksistensi materi tidak
mempunyai landasan yang kuat. Materi adalah 99,99999 % hampa. Yang ada
diluar otak hanyalah paket-paket energi, otaklah yang
menginterpretasikan itu adalah benda. Alam semesta seperti yang kita
lihatpun hanya ada karena adanya otak kita. Yang luar biasa adalah
mengapa penginterpretasian dari banyak otak di banyak manusia sama
semua. Berarti ada kesatuan penginterpretasian dari semua makhluk.
Diluar diri manusia hanya paket energi, manusia pun merupakan kombinasi
dari unsur-unsur alami yang pada hakikatnya adalah energi juga.
Pikiranpun adalah energi juga. Segala sesuatu yang ada adalah energi.

Dalam Isavasyopanishad terdapat sebuah penjelasan bahwa semua bentuk
apapun juga yang bergerak di Alam Semesta ini, termasuk Alam Semesta
ini, yang bergerak sendiri, hidup di dalam atau ditunjang atau
terselimuti oleh Yang Maha Esa. La Illaha Illallah. Yang ada hanya
Allah.

Menurut Bapak Anand Krishna, kita perlu memahami kesadaran manusia yang
terdiri dari beberapa lapisan kesadaran: kesadaran fisik, kesadaran
energi-zat hidup, kesadaran mental emosional, kesadaran intelegensia dan
kesadaran murni. Apabila manusia dalam kehidupannya sehari-hari telah
menyadari dirinya berada lapisan kesadaran yang mana, maka dia dapat
meningkatkan kesadarannya sampai suatu saat mencapai kesadaran murni.
Ego kitalah yang membawa kesadaran kita menurun sehingga kita merasa
terpisah dan kesadaranlah yang membawa kita meningkat sehingga kita
merasa satu. Pada waktu tubuh manusia sehat, dia bertindak sebagai
kesatuan, dan pada waktu sakit baru dia merasa ada bagian terpisah yang
sedang sakit. Selama manusia merasa terpisah dengan yang lain, manusia
sedang sakit dan kesadaran adalah alat penyembuhnya. Terima kasih Guru.



Triwidodo
Oktober 2008.

http://www.oneearthmedia.net

Kirim email ke