Semarang, 4 Peb. 2008 Dear all my brothers & sisters, Saya sudah mendapatkan ijin dari mas Prambudi, untuk meneruskan artikel di bawah yang sangat bagus, dimana secara pribadi..cukup banyak saya mendapatkan pembelajaran untuk memperbaiki diri…, diri ini yang masih menjadi manusia biasa. Sering lupa, sering khilaf, terlalu bersemangat..sehingga kurang waspada…dan mungkin juga masih banyak dosa. Thanks, mas Pram. ( mas Pram..sahabat via email , belum pernah ketemu, tapi hubungan bathin sudah berjalan dengan baik. Beliau sebagai Ketum..di sebuah organisasi spiritual yang bernapaskan Islam, pertemuan tingkat nasional di Cilacap beberapa bulan yang lalu pernah mengundang secara khusus / karena bukan anggota, tapi sayangnya saya tidak bisa menghadirinya. Berikut tambaha tulisan beliau .yang pernah disampaikan ..untuk pembelajaran kepada saya : …seperti berikut Energi spritual adalah energi bathin, namun dalam ber spiritual, energi tidak dikedepankan. Berspiritual atau tidak berspiritual, energi tetap ada, hanya kadar besar dan kecilnya saja dan jenis warna yang berbeda. Alam energi adalah alam jiwa, alam nafs, alam arwah atau sukma. alam cahaya adalah alam Ruh. Energi jiwa harus masuk kedalam cahaya - bagaikan api yang mendekati minyak bakar. Perilaku baik, adalah pengolahan diri dalam rangka mendekati minyak bakar, karena sifat Ruh baik adanya, maka pendekatannya melalui jalan yg sama, nur ilahi inilah namanya atau jabar tegak - dalam lafadz jallalah. Meditasi, samedhi, dll. adalah cara "mengunci" diri agar tidak liar,. keluar dari orbit manusia yg mulia, dus artinya kita sedang menghukum nafs, melatih nafs agar jinak, dengan cara manaklukan PIP, Pikiran, Ingatan, Perasaan, karena ke tiganya adalah tentaranya nafs yang ampuh untuk merusak diri. Meditasi, samedhi, dll. adalah kita sedang membuka tutup dari sebuah tabung yang berisi energi yg besar, yang dimiliki oleh semua manusia. Seluruh agama menuntun manusia agar berbuat baik, menyatu dengan alam dan ikut bertashbih kepadaNya, seperti seluruh mahluk yang juga bertashbih tanpa henti. Effek sampingan dari ini adalah energi yg besar muncul tanpa diminta. Ini yg saya sebut sebagai energi Illahiah. Untuk itu manusia harus ber-evolusi dari ulat - kepompong - dan menjadi kupu-kupu. Siapa saja yg tidak ber-evolusi, tidak berjalan di orbitnya, akan hancur "tertabrak planet lain". Energi Ilahiah berbeda dengan energi bathin, dus artinya tanpa beragama kita bisa menjadi sakti, kalau kesaktian yg dicari. Untuk menjadi seorang dukun, energi bathin saja sudah cukup bagus membantu, tidak perlu energi ini duduk di ruh. (bahasan ini akan kita bicarakan lain topik saja,..) Untuk menggali energi, "ZERO" tidak diperlukan,.. Berlatih sendiri atau rame-rame, keduanya sama saja. Jika sudah berhasil masuk ke alam misal, kita tidak tau kok, apakah kita sendiri atau sedang rame-rame.. (saya lebih suka sendiri). Tapi bukan berarti rame-rame itu tidak baik, bukan,.. saya belom menemukan effek lebih baiknya jika berlatih bersama-sama. Ini dulu yg bisa saya sampaikan,.. banyak hal yg bisa dilihat dalam kasus energi ini. Tidak sederhana, namun kita bisa teliti dengan baik.. 0000000000000000000 ( bagi sahabat di millis Beceka dan Mayaprada…yang ingin bertanya perihal tulisan beliau dan adiknya di Yogya , bisa naik emai Japri ke mas Prambudi -- > [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] - Salam kasih Imam Sudrajat ----------- ... Apa yang penting dalam meditasi adalah kualitas dari batin dan hati. Ia bukanlah apa yang Anda capai, atau apa yang Anda katakan Anda capai, namun lebih merupakan kualitas batin yang polos dan peka. Ass,.. Pak Drajat, salam damai selalu,.. Dibawah adalah tulisan adik saya di Jogja, juga perambah spiritual yang handal,.. Salam, Pram _____
MANUSIA POLOS ( Yo ben……sa` karepKu) Sugeng Riyadi – Jojakarta Judul di diatas mungkin agak lucu didengar, wagu, dan aneh. Sebenarnya untuk apa sih kita belajar hakekat agama ? untuk menambah ilmu…..? atau hanya untuk menambah pemahaman hakekat……? Atau hanya sebagai pedoman berbuat kebaikan di dunia……? Sebenarnya tidaklah sempurna kalau belajar hakekat tidak bermuara pada keluguan atau kepolosan. Ya, polos dan lugu mungkin seperti anak kecil yang hanya berbuat baik karena sering diajari kebaikan oleh orang tuanya. Mungkin ini salah satu dari arti kita kembali. Dari polos tanpa ilmu kembali ke polos lagi. Aneh memang, kita banyak mendatangi orang untuk mencari ilmu atau banyak membaca buku/artikel hanya untuk membentuk suatu kepolosan. Seolah olah setelah kita berilmu lalu harus menjadi bodoh atau o`on. Wah ,… dadi bingung dewek . Tapi anehnya lagi sangatlah sulit untuk menjadi orang polos. Mumet ora kweh…..? Seperti apa sih karakter orang polos? Orang polos bukan berarti tidak berfikir, tapi ketika berfikirnya sudah mengganggu pikiran, dia membuang jauh-jauh pikiran itu, Karena sangat percaya pasti ada yang terbaik diluar pikiranya. Dengan kata lain ketika berfikirnya sudah mengganggu zikirnya maka dia membuang jauh-jauh pikiran itu. Dan solusinya berupa “ apapun yang terjadi.”atau “ wis lah sa`karepMu”. Baginya kebenaran adalah sesuatu yang sedang terjadi atau telah terjadi. Baginya apapun yang terjadi dijalani dengan senang tanpa beban. Hampir-hampir dia tidak merasakan iklas dalam kehidupannya. Orang polos selalu mengutamakan hati daripada akalnya, disinilah orang polos kadang terlihat aneh. Sedikit contoh ketika terjadi gempa, orang-orang berlarian kearah yang lebih tinggi dan menjauhi pantai karena takut terjadi sunami. Tapi orang polos berlari berlawanan hanya ingin menolong orang-orang yang tertimpa reruntuhan rumah, dan tidak perduli apapun yang terjadi. Dengan kata lain orang polos kadang gerakannya tidak masuk akal karena sudah menge nol kan akalnya. Ada contoh lain yang rada lucu entah nyata entah tidak, critane ngene ; Suatu ketika pada sebuah kerajaan ada seorang rakyat biasa (kasih nama aja Abu) yang difitnah telah menjelek-jelekan sang raja pada rakyatnya. Akhirnya si Abu akan di hukum mati dengan direndam di dalam air panas. Ketika hendak dilaksanakan hukumannya dan air panas juga sudah disiapkan ada satu permintaan terakhir dari si Abu, dan permintaannya dikabulkan oleh sang raja. Si Abu hanya ingin pamitan dan minta maaf pada rakyat yang ikut menyaksikan hukuman itu. Akhirnya mulailah si Abu turun dan bersalaman pada rakyat yang mula-mula hanya beberapa orang saja. Lama-lama banyak orang berdatangan untuk ikut menyaksikan dan si Abu lebih banyak lagi bersalaman pada mereka. Ketika sudah selesai berpamitan lalu si Abu dimasukan kedalam tempat air panas sampai batas lehernya. Karena lamanya si Abu berpamitan maka air yang tadinya panas sudah menjadi hangat saja dan si Abu selamat dari kematian. Begitulah sikap orang polos, di saat kematian di depan mata tetap saja yang dia lakukan adalah kebaikan dan tidak menghiraukan apa yang terjadi selanjutnya. Anehnya dia tidak memohon kepadaNya untuk terhindar dari hukuman atau memohon agar airnya menjadi dingin. Dia benar-benar berpamitan untuk mati dan tidak menyadari kalau berpamitannya itulah yang menyelamatkan nyawanya dari kematian. Tapi yo wislah inikan cuma crita , nek di rasakke ora masuk akal…. Orang polos sudah tidak berada dalam keiklasan bahkan sudah tidak punya iklas. Seperti kita menyuapi makan seorang anak, apa kita berpikir tentang iklas….? Ya… Mungkin dia sifatnya sudah begitu.. Kadang orang polos tidak tahu untuk apa ia melakukan sesuatu, dan ia melakukannya dengan senang-senang saja tanpa beban. Ia tidak perduli yang dilakukannya kebaikan atau keburukan bahkan tidak tahu apa manfaatnya. Akalnya benar-benar nol. Baru setelah beberapa saat , akalnya baru memahami apa maksudnya ia melakukan sesuatu itu. O…. ternyata begini, o…..ternyata begitu , kemudian ia berkata “ o….goblok temen nyong ora ngerti apa-apa”. Begitulah akhirnya , dari mulai goblok terus belajar ilmu setinggi-tingginya untuk mengembalikan dirinya menjadi goblok lagi. Wah mbulet-mbulet dadine….mumet maning nyong…. Mungkin begitu apa yah ..arah perputaran spiritual… Kalau begitu kalau kita merasa masih berilmu , berarti durung goblok…, durung polos….,mbuh lah … Wis yo pembaca … saya juga takut nulis-nulis ginian. Anggap saja tulisan di atas seperti abab yang berwujud tulisan, monggo-monggo sedoyo mawon…..matur nuwun …, salamuikum…. U N I V E R S A L G R O U P KEBAJIKAN - TRANSFORMASI SPIRITUAL - REALISASI DIRI , KESADARAN - KEDAMAIAN & PERSAUDARAAN