Salam, 
Pokoknya bagi pak HMNA pemerintahan model Pakistan pasti yang paling cocok!

Wasalam,
Wal Suparmo

--- Pada Ming, 29/5/11, H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> 
menulis:


Dari: H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>
Judul: [Mayapada Prana] Seri 976 Kebablasan
Kepada: tahajjud_c...@yahoogroups.com, wanita-musli...@yahoogroups.com, 
tadab...@yahoogroups.com, "Sabili" <sab...@yahoogroups.com>, 
relex...@yahoogroups.com, mayapadaprana@yahoogroups.com, 
mangaj...@yahoogroups.com, lautan-qu...@yahoogroups.com, 
jamaah-islami...@yahoogroups.com, info_is...@yahoogroups.com, 
"BUGINESE@yahoogroups." <bugin...@yahoogroups.com>
Tanggal: Minggu, 29 Mei, 2011, 6:36 AM


  






BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]

976 Kebablasan
 
Badai interupsi dari kelompok 78 dalam Kongres PSSI itu sungguh-sungguh 
kebablasan tanpa tatakrama, yang menbuahkan suasana yang tidak kondusif, 
sehingga Agum Gumelar menutup kongres PSSI. Sampai Seri 976 ini ditulis, belum 
diketahui sikap FIFA. Kalau FIFA menjatuhkan sanksi, maka persepak bolaan 
Indonesia seperti katak di bawah tempurung. Tidak bisa lagi bertanding di luar 
tempurung. KASIHAN mereka: 
=> tim nasional yang digembleng dengan basic training militer, 
=> para pelatih dan pemain yang akan menganggur, 
=> para pedagang kecil yang mencari rezeki. 
=> para keluarga mereka.
Wahai kelompok 78 yang kebablasan, yang arogan, makan itu hak suara kalian. 

 
***
 
Selang berbilang pekan saya tergiur ingin tambahkan pluralisme lebay sentilan 
Fuad Rumi pada film 'Tanda Tanya' dalam kolom asuhannya. Inilah tambahannya. 
Itu si Menuk yang muslimah shalat disamping onggokan daging babi yang haram 
bahkan kiblatnya sengaja dihadapkan ke altar pemujaan agama Konghuchu yang 
penuh dengan dupa dan patung-patung dewa. Itulah yang dilakukan Menuk selaku 
buruh rumah makan tatkala shalat setiap harinya di restoran Tan Kat Sun. Ini 
bahkan melebihi keliwat batasnya pluralisme lebay, ini yang disebut pluralisme 
kebablasan. Siapa dalang sesungguhnya dibelakang layar yang membiayai pembuatan 
film 'Tanda Tanya' karya sutradara Hanung Bramantyo antek liberal yang katanya 
sampai menghabiskan Rp 5 miliar itu ?
 
Nah, di bawah saya tambahkan pula jenis yang lain, yaitu pluralisme sinkretisme 
Karya Ulil Absar Abdala, yang petinggi Partai Demokrat, pentolan JIL. 
 
..............................
..............................
Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus 
mengingatkanku: Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.
Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua 
guru-guruku, 
..............................
..............................
 
***
 
Firman Allah swt:: 
-- MN ALDzYN FRQWA DYNHM (S. ALRWM, 30:32), dibaca: minal ladziina farrquu 
diinahum, artinya:
-- (orang-orang musyrik) Yaitu yang memecah-belah agama mereka.
 
Memecah-belah agama, maksudnya ajaran Islam dipecah dicampur dengan berbagai 
kepercayaan dan ideologi antara lain termasuklah bermacam-jenis pluralisme 
seperti pluralisme lebay, pluralisme kebablasan dan pluralisme sinkretisme. 
Yang paling akhir ini pernah terkenal yaitu pluralisme sinkretisme output dari 
padepokan Anand Ashram yang didirikan Anand Krishna, seorang spiritualis yang 
meracik ajarannya dari sisi esoteris agama-agama besar (Islam,  Kristen, 
Hindu-Dharma, Buddhisme, Tao, Zen). Dikatakan pernah terkenal karena sejak 
Anand Krishna berurusan dengan polisi, berhubung sebanyak sembilan perempuan 
berumur antara 19 tahun sampai 30 tahun telah melapor ke polisi mengaku 
menerima pelecehan seksual yang dilakukan Anand.[KOMPAS.com]. Bahkan di layar 
kaca pernah ditayangkan Anand Krishna pingsan digotong masuk mobil, setelah 
selesai diperiksa polisi sebagai tersangka. Sejak itu Anand Krishna tidak 
pernah naik daun lagi, tenggelam ditelan waktu.
 
Pentolan pluralisme antara lain, William Liddle (WL) dari Ohio State 
University, Diana Eck (DE) dari Harvard University, Franz Magnis Suseno (FMS) 
dari STF Driyarkara. Yang disebut terakhir, seorang pendeta Jesuit, berusaha 
mengaburkan makna pluralisme: "Hanya seorang pluralis sejati yang toleran," 
demikian menurut FMS. Pernyataan ini menyiratkan seolah-olah mereka yang tidak 
pluralis tidak toleran. 
 
Al-Qur`an sudah jauh-jauh hari mengingatkan adanya pluralitas masyarakat 
manusia seperti dinyatakan dalam ayat:
-- YAYHA  ALNAS  ANA KhLQNKM MN DzKR WANTsY  WJ'ALNKM  Sy'AWBA WQBAaL  
LT'AARFWA  AN AKRMKM 'AND ALLH ATQKM (S. ALhJRAT, 49:13), dibaca: yaa-ayyuhan 
naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wauntsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa 
qabaaila lita'aarafuu inna akramakum 'indaLlaahi atqaakum, artinya:
-- Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, 
dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu 
berkenal-kenalan, sesungguhnya yang termulia di antara  kamu  di sisi Allah, 
ialah yang lebih taqwa.
 
Plurality => the state or fact of being numerous
Pluralism => a theory that there is more than one basic principle   
[The Random House Dictionary of the English Language, p.1022]
Ketika pluralitas (plurality) telah ditambah dengan isme (pluralism), ia telah 
menjadi anutan, kepercayaan, paradigma, bahkan keyakinan. Keberagaman 
(pluralitas) yang menjadi kenyataan sebenarnya tidak memerlukan teori 
berkualitas "wishful thinking" ala WL, DE dan FMS. Dengarlah Firman Allah: 
-- LKM DYNKM WLY DYN (S. ALKFRWN, 109:6), dibaca: lakum diinukum waliya diin, 
artinya: 
-- Untuk kamu agamamu, dan bagiku agamaku.  
 
Keberagaman sebagai suatu kenyataan (fact of being numerous) harus disikapi 
dengan kesadaran dan kesepakatan dalam hal adanya perbedaan, bukan sinkretisme. 
Dalam bingkai kesadaran perbedaan yang tidak mungkin disinkronkan itu, mari 
kita hidup rukun dan damai terhadap pemeluk agama mana pun. Selama mereka 
berbuat baik kepada kita, kita balas dengan adil yaitu dengan kebaikan pula, 
ataupun kalau sanggup dengan ihsan, yaitu kita balas yang lebih baik. Selama 
mereka tidak mengusik / merusak agama dan tidak memerangi kita, selama itu pula 
kita pantas menjaga perdamaian dan kebersamaan.
 
Dalam berhadapan dengan berbagai macam agama tersebut, Islam walaupun menolak 
pluralisme, mengajarkan harus bersikap toleran. Bahkan pemimpin dan umat Islam 
harus berfungsi sebagai garda depan untuk melindungi umat agama lain dapat 
bebas menganut agama dan beribadat menurut ajaran agamanya masing-masing. Tentu 
saja dalam batas yang wajar, yakni tidak wajar ada yang mengaku Islam, namun 
juga menyatakan ada nabi sesudah Nabi Muhammad SAW, yaitu Qadianisme. WaLlahu 
a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 29 Mei 2011
  [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2011/05/976-kebablasan.html






Kirim email ke