To: Padhang Mbulan
Subject: [padhang-mbulan] Pulau Simeulue Terdekat Episentrum, Tersedikit
Korban


Terdekat Episentrum, Tersedikit Korban

Jawa Pos, Senin, 3 Januari 2005
Pulau Simeulue adalah keajaiban. Pulau ini amat dekat dengan episentrum
gempa pemicu tsunami di Aceh dan Sumut. Namun, korban jiwanya paling
sedikit. Kabupaten berpenduduk sekitar 65 ribu orang itu hanya sekitar 60
km dari episentrum gempa. Jauh lebih dekat dibandingkan dengan Meulaboh
atau Banda Aceh yang lebih dari 140 km.

Korban di sini tidak ribuan atau ratusan. Tercatat 6 orang meninggal dan
satu hilang. Hanya nama-nama korban di pulau dengan 135 desa itu yang bisa
diidentifikasi satu demi satu. Tidak anonim seperti di tempat-tempat lain
yang tewas masal. Warga memang banyak mengungsi, yakni 73.015 orang.

Keselamatan warga itu menjadi yang terpenting, meskipun banyak rumah rusak,
yakni 7.263 unit. Sebanyak 62 unit gedung pemerintah dan sekolah hancur.
Begitu pula 168 unit masjid rusak. Jembatan dan jalan belum terdata dan
kendaraan roda empat tidak bisa masuk ke pedalaman.

Salah seorang warga Pulau Simeulue, Drs Yusman, membenarkan korban tsunami
di Pulau Simeulue tergolong kecil. Dia menyebut, ini karena ada pengalaman
sejarah yang membuat warga di pulau yang dihuni 70 ribu penduduk itu
bersikap antisipatif terhadap badai tsunami.

"Ada semacam pelajaran turun-temurun jika ada gempa diikuti air laut surut,
pasti akan diikuti gelombang besar. Kami di sini menyebutnya smong," kata
Yusman yang dihubungi koran ini dari Jakarta kemarin. Istilah smong seolah
menjadi tradisi yang wajib diajarkan turun-temurun secara informal sejak
terjadi musibah tsunami pada 1907.

Karena kisah ini melekat dalam kehidupan masyarakat, maka anak kecil pun
pasti memahami isyarat alam tersebut. Dengan demikian, pada 26 Desember
lalu, warga Pulau Simeuleu spontan melakukan aksi penyelamatan dengan cara
naik ke lokasi perbukitan begitu merasakan getaran gempa.

"Anak kecil, dewasa, dan orang tua langsung naik ke bukit. Pokoknya, cari
dataran lebih tinggi sebab mereka tahu air laut akan pasang," jelas pria
yang berdinas sebagai Kasi Haji di Kantor Depag Kabupaten Simeulue ini.

Ini berbeda dengan reaksi warga Pulau Nias. Saat mereka berada di pantai
dan melihat air surut, malah banyak yang sibuk menangkapi ikan yang
menggelepar-gelepar. Selain itu juga tak ada refleks kewaspadaan seperti di
Simeulue. Karena itulah, 227 warga Nias tewas.

Karena itulah, dahsyatnya kerusakan di Pulau Simeulue tidak sebanding
dengan jumlah korban yang relatif sedikit. Menurut Yusman, nyaris semua
rumah di pesisir di enam ibu kota kecamatan di Pulau Simeulue dapat
dikatakan sudah rata dengan tanah, bahkan tidak tersisa lagi bangunan yang
tegak.

Kecamatan tersebut adalah Teluk Dalam, Tepa Barat, Kampung Air, Naserehe,
Simeuleu Barat, dan Alafan. Desa Gudang/Kawat, Labuhan Bajau, Ulul Asin,
Nasrehe, Salang (kondisinya habis), Maodil, Lantik, Salur (tersisa satu
masjid dan satu MCK), Laayon (tinggal masjid dan dua rumah), Desa Ganting
dan Kuala Makmur nyaris hancur total.

Sedangkan ibu kota Kabupetan Simeulue, Sinabang, dikabarkan relatif aman
mengingat kawasan tersebut dikeliling pulau-pulau kecil.

Ada yang yang lebih aneh lagi. Menurut Yusman, penghuni Pulau Simeuleu
menganggap air laut pasang pada musibah tsunami dianggap sebagai kejadian
biasa. Sebab itu, sekitar 78 calon jemaah haji asal Pulau Simeuleu tetap
saja berangkat ke embarkasi Banda Aceh untuk terbang ke tanah suci selang
tiga hari setelah kejadian tsunami. Mereka menumpang kapal cepat yang
memakan waktu satu hari perjalanan.

"Warga tetap berangkat dan tidak tahu bahwa terjadi penundaan
pemberangkatan, karena hubungan telepon dari dan ke Pulau Simeulue putus
tanpa alasan yang jelas. Sedang siaran televisi kami tidak tahu," beber
Yusman.

Sesampai di Pelabuhan Uleule, rombongan melihat pelabuhan rusak berat.
Akhirnya mereka merapat di Pelabuhan Sabang. Untungnya, di Pelabuhan Sabang
kerusakannya tidak terlalu parah, sehingga mereka langsung beristirahat di
kawasan Indonesia paling ujung tersebut.

Dan, hingga kemarin, mereka tetap bermalam di Sabang karena nahkoda merasa
trauma untuk memberangkatkan kapal cepat balik ke Pulau Simeulue. Apalagi,
ratusan warga di Sabang ingin berangkat ke Pulau Simeuleu untuk mengetahui
keadaan keluarganya apakah selamat atau tidak akibat musibah tsunami.


            
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Read only the mail you want - Yahoo! Mail SpamGuard.

[Non-text portions of this message have been removed]



Padhang mBulan Net - Padhang mBulan mailing list

* Untuk BERLANGGANAN, kirim e-mail kosong ke :
  [EMAIL PROTECTED]
* Untuk BERHENTI, kirim e-mail kosong ke :
  [EMAIL PROTECTED]

* rangkuman dari beberapa e-mail :
  [EMAIL PROTECTED] 
* tidak ingin menerima sebuah e-mail pun :
  [EMAIL PROTECTED]
* Individual Email :
  [EMAIL PROTECTED]

Informasi: [EMAIL PROTECTED]




  _____  

Yahoo! Groups Links


*       To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/
  

*       To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
  

*       Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service
<http://docs.yahoo.com/info/terms/> . 



  _____  

 
<http://promos.hotbar.com/promos/promodll.dll?RunPromo&El=&SG=&RAND=43073&pa
rtner=fastutility> Block Spam Emails - Click here! 



[Non-text portions of this message have been removed]



 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke