Assalamuailkum Wr.Wb.
Terima kasih cerita pengalaman ini sangat berharga, karena tetangga saya 
mempunyai anak laki-laki sekitar 4 tahunan,dia sampai mengoleksi VCD smack down 
itu.
Makanya anaknya memang agak jahil dibanding anak-anak lain, tapi dia berani nya 
sama anak yang usianya dibawah dia,kebetulan saya juga punya 2 orang anak 
dibawah usia anak tetangga saya itu,dan ini membuat supaya saya lebih bisa 
waspada,karena beberapa kali memang anak saya sudah pernah dijahili.
Memang sangat setuju kalau acara kekerasan seperti itu dihilangkan dari 
pertelevisian kita,masih banyakkan acara yang lebih bisa mendidik putera-puteri 
kita mengapa meski smack down.

Wassalam,
Adinda


  ----- Original Message ----- 
  From: dodindra 
  To: media-dakwah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, November 24, 2006 9:32 AM
  Subject: [media-dakwah] Re: Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa


  Walaykumussalam Wr.Wb.

  Betul sekali himbauan Abang ini, saya dengan 3 anak laki-laki, juga
  mengalami kegundahan atas acara tersebut.
  Kita mengarahkan anak-anak, namun, karena jam tayang yang mendekati
  tengah malam, apalagi setiap hari,dan siang hari minggu itu membuat
  sulit dalam pengontrolan.

  Adakah yang tahu alamat email stasiun penayang acara tersebut ?
  Mungkin perlu kita surati atau secara bersama meminta dihentikannya
  tayang itu dan yang sejenisnya.

  Semoga tidak jatuh korban lagi setelah ini, amiin.

  wassalam,
  dodi

  --- In media-dakwah@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Assalamu'alaikum wr wb,
  > Ada baiknya orang tua menjaga anaknya agar tidak
  > menonton SmackDown yang pada hari Minggu disiarkan
  > pada siang hari di Lativi. Acara ini meski hanya
  > pura-pura tapi terlihat begitu nyata sehigga terlihat
  > begitu sadis. Orang memukul lawannya di kepala, badan,
  > dan lainnya. Tidak hanya dengan tangan dan kaki, tapi
  > juga dengan kursi dan martil!
  > 
  > Karena tontonan itu banyak anak TK, SD, dan SMP meniru
  > perkelahian SmackDown. Di antaranya sampai meninggal.
  > 
  > Anak-anak termasuk sebagian orang tua tidak mengira
  > kalau acara SmackDown itu pura2. Pukulan dan tendangan
  > yang dilontarkan itu sebetulnya tidak mengena. Hanya
  > trick kamera. Jika sesekali kena pun itu dilakukan
  > dengan pelan/tanpa tenaga. Sementara matrasnya dibuat
  > seempuk mungkin sehingga sering terlihat
  > membal/bergoyang ketika ada yang terbanting.
  > 
  > Nah anak2 tidak menyadari itu. Mereka memukul beneran
  > dengan kekuatan penuh. Membanting temannya di lantai
  > ubin/semen yang keras. Tidak heran jika mereka cedera
  > dan ada yang meninggal.
  > 
  > Karena sudah jatuhnya korban, diharap pemerintah
  > menghentikan siaran SmackDown yang dilakukan Lativi
  > terutama pada Minggu Siang. Pemerintah juga hendaknya
  > mengenakan sanksi pada Lativi agar kasus ini tidak
  > berulang-lagi.
  > 
  > Para orang tua, guru, muballigh juga hendaknya
  > mengingatkan bahwa acara SmackDown itu hanya pura-pura
  > dan jangan ditiru.
  > 
  > Wassalam
  > 
  > http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
  > Rabu, 22 Nopember 2006
  > 
  > Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa 
  > 
  > Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The
  > Undertaker. Lawannya tak kalah kekar. Otot-otot
  > menyembul di hampir seluruh bagian tubuhnya. Lelaki
  > yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul dengan si
  > Undertaker. 
  > 
  > Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat itu
  > di atas ring. Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam
  > leher lawannya. Bak kapas, badan Triple H diangkat
  > dengan satu tangan. Tak lama kemudian, tubuh Triple H
  > dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun bersorak
  > riang. 
  > 
  > Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan
  > gulat luar negeri yang biasa disebut SmackDown itu.
  > Bahkan, bisa dibilang, kekerasan yang dilakukan kerap
  > bernuansa ekstrem. Sang lawan memang terlihat
  > kesakitan. Tapi, dia tak apa-apa --tak ada tandu yang
  > diperlukan untuk melarikannya ke rumah sakit. Tak
  > jarang pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga
  > palu juga digunakan oleh petarung untuk segera
  > memenangkan pertandingan. Banyak penonton tidak
  > menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan
  > televisi untuk meraih rating tinggi. 
  > 
  > Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo, dan
  > Ii, warga Kompleks Banda Asri, Desa Banda Asri,
  > Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Adegan-adegan
  > dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa SMP ini ditiru dan
  > dipraktikkan. 
  > 
  > Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah (9
  > tahun), tetangga mereka. Tubuh kecil siswa kelas III
  > SD Cincin I itu mereka banting. Kepalanya dihujamkan
  > ke atas lantai. Tangannya ditekuk, meski Reza mengaduh
  > kesakitan. 
  > 
  > ''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya
  > meninggal,'' kata Herman Suratman (53). Menurut
  > Herman, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu,
  > Reza mengeluhkan tangan kirinya terasa sakit hingga
  > sulit digerakkan. Tapi, Reza tidak mengaku penyebab
  > sakit itu. 
  > 
  > Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin
  > menjadi. Pada Rabu (25/10), satu hari setelah Idul
  > Fitri, Herman melarikan anaknya ke Rumah Sakit Daerah
  > (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang mengaku tidak
  > memiliki peralatan memadai.
  > 
  > Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dari
  > hasil rontgen, diketahui tulang pangkal lengan kiri
  > Reza terpisah. Urat di tangan kirinya pun diketahui
  > terjepit tulang. Selain itu, Reza juga mengalami
  > cedera di bagian dalam kepala. 
  > 
  > Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit
  > (PICU) sebelum dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama
  > sepekan hingga Kamis (2/11). ''Tapi, karena tidak
  > sembuh juga, saya memaksa membawa Reza ke Cianjur, ke
  > tukang urut tulang,'' ujar Herman.
  > 
  > Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama.
  > beberapa hari kemudian, kondisi Reza kembali parah.
  > Saat teman-teman Reza menengok ke rumah, Herman baru
  > mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza adalah adegan
  > SmackDown yang dipraktikkan Restu, Iyo, dan Ii. 
  > 
  > Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya.
  > Pada hari itu juga, Rabu (15/11), Herman langsung
  > melaporkan ketiga anak itu ke polisi. Tapi, dia tak
  > bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan polisi.
  > Pada Kamis (16/11), kondisi Reza bertambah parah.
  > ''Reza meninggal dalam pangkuan saya,'' ujar pria ini
  > dengan berlinang air mata. 
  > 
  > Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua
  > DPRD Kabupaten Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati
  > Bandung, Obar Sobarna, untuk menyurati Lativi, yang
  > menayangkan tayangan SmackDown ini. 
  > 
  > Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi.
  > Pasalnya, kalaupun gugatannya dimenangkan pengadilan,
  > dia hanya memperoleh ganti rugi. ''Sedangkan yang saya
  > khawatirkan, jangan sampai anak-anak yang lain
  > mengalami nasib serupa seperti Reza,'' kata dia. 
  > 
  > Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD
  > Cincin I langsung melarang siswa didiknya untuk
  > menirukan adegan-adegan SmackDown. ''Seruan itu kami
  > sampaikan setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala
  > Sekolah Cincin I, Nendi Rohendi. 
  > 
  > Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak
  > sekolah juga merazia pedagang yang kerap menjual
  > gambar-gambar yang ada sangkut pautnya dengan acara
  > itu. 
  > 
  > Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada,
  > mengatakan, program acara SmackDown tidak layak
  > ditayangkan lagi. Selain Reza, masih banyak anak-anak
  > di Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir
  > setiap dua hari sekali, tukang urut yang ahli
  > membetulkan tulang, selalu mendapat pasien anak-anak.
  > Mereka juga menjadi korban karena bermain SmackDown,''
  > ujar dia. 
  > 
  > Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan,
  > Denni juga meminta petugas kepolisian untuk menyita
  > seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
  > SmackDown.
  > 
  > Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
  > Barat, Dadang Rahmat Hidayat, mengaku sudah memberikan
  > surat teguran keras kepada Lativi. ''Kami akan
  > berusaha lebih intensif lagi supaya tayangan ini
  > dihentikan,'' ujar dia. 
  > 
  > Menurut dia, secara substansi acara ini memperlihatkan
  > tayangan yang sadis. Sedangkan secara isi, tayangan
  > yang penuh dengan muatan entertainment ini ditayangkan
  > pada pukul 21.00 WIB. Harusnya, kata dia, acara yang
  > hanya layak ditonton orang dewasa, ditayangkan lebih
  > malam lagi.
  > 
  > Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),
  > Sinansari ecip, mengaku sudah mendengar perihal
  > peristiwa menyedihkan itu. Untuk itulah, kata dia, KPI
  > akan memanggil pihak Lativi pekan depan.
  > 
  > Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran, Ecip menyatakan,
  > tayangan SmackDown sebenarnya sudah melanggar pasal 36
  > tentang penayangan kekerasan di layar televisi.
  > ''Dalam tayangan tersebut terlihat darah, aksi
  > menendang, hingga menghantam lawan dengan kursi.
  > Menurut saya semua itu sudah tergolong pada penayangan
  > kekerasan secara terbuka di TV,'' paparnya. 
  > 
  > Manajer Humas Lativi, Raldy Doy, belum mendengar
  > rencana pemanggilan KPI. Namun, ia mengaku sudah
  > mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang diduga
  > tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut
  > dia, Lativi pun berencana mengecek kebenaran kabar
  > tersebut. ''Kita akan melakukan investigasi bersama
  > juga.''
  > 
  > Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui
  > surat elektronik yang dikirimkan Raldy kepada
  > Republika, tayangan SmackDown merupakan murni program
  > hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau
  > telenovela, SmackDown ini dilakukan sesuai skrip.
  > Semua omongan dan gerakan, kata dia juga, berdasarkan
  > skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan
  > 'kasar' yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih
  > dahulu oleh para profesional yang sudah berlatih
  > lama.''
  > 
  > Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan
  > preventif agar adegan di SmackDown tidak diikuti maka
  > host selalu menyampaikan agar jangan menirukan semua
  > adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan
  > running text serta logo 'Bimbingan Orang tua (BO)'
  > agar orang tua selalu mendampingi anak-anaknya saat
  > menonton tayangan ini,'' ujarnya. 
  > 
  > (rfa/akb ) 
  > 
  > ===
  > Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
  > Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
  > http://www.media-islam.or.id
  > 
  > 
  > 
  >
  __________________________________________________________
  > Want to start your own business?
  > Learn how on Yahoo! Small Business.
  > http://smallbusiness.yahoo.com/r-index
  >



   


[Non-text portions of this message have been removed]


Kirim email ke