"SILATURAHIM KE KOTA NABI"

Oleh : Hasan Husen Assagaf

PERJALAN Makkah - Madinah berjarak kurang lebih 350 km. Sudah pasti saya
harus melewati desa bersejarah yang selalu dikenang umat Islam. Desa itu
bernama Bader, tempat peperangan antara pasukan Muslim yang dipimpin
Rasulallah saw dan pasukan kafir Quraish. Perang Bader terjadi ketika
kafilah Quraisy melintas Madinah dengan harta rampasan milik kaum muslimin.
Rasulallah saw berusaha ingin mengambil kembali barang milik mereka, namun
Abu Jahal mengerahkan bala tentaranya. Perang antara Muslimin dan pasukan
kafir Quraisy tak bisa terhindarkan. Perang itu terjadi di bulan Ramadhan di
desa Bader yang penuh kenangan dengan membawa kemenangan yang gemilang bagi
kaum muslimin. Tak lupa di tempat yang mulia itu saya memanjatkan do'a dan
membacakan surat fatihah hadiah bagi arwah syuhada' Bader.

Kurang lebih jam 02.30 pagi saya tiba di kota Rasulallah saw. Nampak dari
jauh sinar lampu yang terang menderang menerangi menara-menara Masjid Nabawi
dan Qubbah Rasul berwarna hijau (al-Qubbatul Khadhra'). Sementara ribuan
bintang di langit berkedip kedip dan sinar bulan Sya'ban yang sudah lewat
separuh bayangan nampak jelas di atas qubbah Rasul yang diberkahi Allah. Ini
yang membuat saya tenggelam ke telaga keindahan dan keberakahan Rasul saw.

Langsung saya bergesa-gesa berangkat ke Masjid dengan tujuan agar bisa dapat
sholat di Raudhah, yaitu tempat antara mimbar dan makam Rasulallah saw,
sesuai dengan hadistnya "Antara rumahku (makam Nabi) dan mimbarku terdapat
kebun dari kebun-kebun sorga". Siapa gerangan diantara kita yang tidak
tergiur untuk duduk di kebun surga itu?

Dua jam sebelum shalat subuh di Masjid Nabawi, lautan manusia termasuk saya
sudah memadati pelataran luar, mereka umumnya berada di depan pintu Masjid
yang masih ditutup. Tepatnya jam 03.30 pagi waktu setempat, pintu masjid
baru dibuka. Begitu pintu dibuka ribuan orang berusaha keras mengejar tempat
di Raudhah agar sedapat mungkin bisa berdoa dan shalat di sana. Masjid
Nabawi yang mampu menampung sekitar 500 ribu orang dengan seketika sudah
mulai dipadati jamaah sekitar satu jam sebelum shalat subuh dimulai.
Kemudian terdengar suara azan subuh yang dikumandangkan dari atas surau
bertingkat yang dibangun terbuka berdekatan dengan mimbar Nabi. Suara azan
di Masjid Nabawi itu memiliki nada khas yang tak bisa dilupakan dan membuat
saya hanyut ke dalam lautan keberkahan Nabi.

Selesai shalat subuh, kami berziarah ke makam jungjungan Nabi Muhammad saw,
yang makamya terletak di dalam Masjid. Pula disemayamkan bersama-sama beliau
para sahabatnya Abubakar dan Umar ra. Salawat dan salam sejahtera disertai
doa, bertubi tubi saya sampaikan kepada manusia termulia Muhammad bin
Abdillah saw dan para sahabatnya yang benar benar telah menjadi mengnet
menyedot milyaran manusia datang untuk berziarah. Madinah tak pernah tidur
menyambut para pengunjung yang datang dari seluruh pelosok permukaan bumi
sepanjang tahun.

Tidak tahu apa yang saya harus lakukan di hadapan makam Rasulallah saw. Dada
saya terasa sesak. Air mata berleleran di pipi. Tak mampu saya menyimpan
kenangan dan keindahan makam Rasulallah saw. Tak kuasa saya menerima
keindahan-keindahan yang mampir pada hidup saya pada saat itu. Keindahan
yang saya rasai pada pagi itu dan peristiwa yang saya saksikan pada hari itu
bukan semata mata keindahan atau peristiwa yang kebetulan, tapi itu adalah
kenyataan yang membuat diri saya tidak percaya. Di luar kesadaran, saya
menagis tersedu sedu sambil berdoa kepada Pencipta makhluk dengan keberkahan
makhluk termulia Muhammad bin Abdillah saw, agar pada suatu saat saya bisa
diperkenankan kembali lagi ke Madinah yang penuh keberkahan.

Ketika melangkah keluar masjid bersama lautan manusia, hari telah terang
tanah. Matahari panas mulai mengusir dinginnya angin gunung. Saya melangkah
perlahan-lahan menuju pemondokan, tempat dimana kami berisirahat.

Sudah barang tentu, selama tinggal di kota Nabi, saya tidak menyia-nyiakan
kesempatan baik itu untuk berziarah ke tempat-tempat bersejerah. Karena
berziarah sangat penting dalam ibadah, setidaknya dengan mengunjungi
pusat-pusat kebudayaan, tempat-tempat yang berkaitan dengan agama atau
bekas-bekas peninggalan Rasulallah saw. Di sana saya
sempat berziarah ke pemakaman Baqi' yang letaknya tidak berjauhan dengan
Masjid Nabawi. Baqi' merupakan pemakaman bersejarah bagi umat Islam. Dulu
kuburan itu terbuka untuk umum. Pada tahun 80-an saya dan Hb Abdurahman Al
Jufri (Pekojan-Jakarta) pernah memasuki kuburan itu dan berziarah ke
makam-makam para sahabat dan karabat Nabi satu persatu. Tapi sekarang
pemakaman itu tertutup dan dikelilingi dengan pagar, sehingga yang berziarah
cukup dengan berdiri di muka pagar untuk berdoa dan membacakan surat fatihan
bagi arwah ahli Baqi'.

Di pemakaman Baqi' yang Rasulallah selalu menyebut "Baqi' al-Gharqad",
terdapat kurang lebih 10 ribu kuburan sahabat, diantaranya kuburan Sayyidina
Utsman bin Affan yang terletak di sebelah ujung pemakaman, kuburan Said
al-Khudhri, kuburan Sa'ad bin Mua'dh dan kuburan syuhada' al-harrah, pula
terdapat kuburan Utsman bin Madh'un, Abdurahman bin A'uf, Sa'ad bin Abi
Waqqash, Abdullah bin Masu'ud, Khunais bin Hudhafah, As'ad bin Zararah.
Terdapat pula di pemakaman itu kuburan Umahatul Mu'minin (istri-istri
Rasulallah saw), anak-anak dan ahli bait Rasulullah, Ibrahim bin Rasulullah,
Fatimah al-Zahra' bin Rasulallah, Ruqayah binti Rasulallah, Hasan bin Ali
bin Abi Thalib, Ali Zainal Abidin bin Husein, Muhammad al-Baqir, Ja'far
as-shodik, Ali al-U'raidhi yang baru saja dipindahkan ke Baqi' setelah
kuburan dan masjidnya digusur dan dibongkar, Abbas bin Abdul Muthalib (paman
Nabi), Sufyan bin al Harits, Aqil bin Abi Thalib, Abdulah bin Ja'far
al-Thayyar dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu.

Dari Baqi' yang barakah, saya melanjutkan perjalanan berziarah ke gunung
Uhud yang letaknya kurang lebih 15 kilomenter dari kota Madinah. Gunung yang
dicintai Nabi ini, sesuai dengan hadithnya "Uhud adalah gunung yang kita
cintai dan mencintai kita",  nampak anggun dan megah. Tentu di Uhud, kita
akan terkenang dengan sebuah cerita yang amat poluler di kalangan muslimin.
Hampir setiap muslim yang berziarah ke kota Madinah pasti berkunjung ke
bukit Uhud mengenang peristiwa kemenangan gemilang yang lalu seketika
berubah menjadi kekalahan yang pernah dialami Rasul dan para sahabatnya.
Malapetaka itu terjadi disaat komandan perang dan jago panah dari pasukan
muslim yang harus bertahan di bukit Uhud turun berebutan harta rampasan yang
melimpah di depan mata mereka. Bahkan mereka terlibat pertengkaran dengan
sesama teman seperjuangan gara-gara harta rampasan.Melihat suasana umat
Islam yang mulai bertengkar berebutan harta, maka orang kafir Makkah dibawah
pimpinan Khalid bin Walid dengan mudah menyerang dari belakang bukit. Sebuah
serangan balik yang tidak diduga sama sekali oleh pasukan Muslim. Maka
muslimin menjadi berantakan dan kacau balau sehingga Hamzah, paman Nabi,
mati syahid perutnya dirobek-robek dan jantungnya dikunyah oleh Hindun istri
Abu Sufyan. Nampak jelas dibawah kaki bukit Uhud kuburan Sayyidina Hamzah
yang berdampingan dengan kuburan Abdullah bin Jahsy (puanakan Hamzah) dan
Musha'b bin U'mair. Salawat dan salam serta doa dan fatihah tak lupa kami
panjatkan untuk arwah syuhada' Uhud.

Di Madinah tak lupa pula kami berziah ke beberapa peninggalan sejarah Islam
seperti masjid Quba', masjid pertama yang dibangun Rasulallah, terletak di
sebelah selatan kota Madinah berjarak kurang lebih 5 kilometer dari Masjid
Nabawai. di masjid Quba' kami sholat sunat dua raka'at mengambil barakahnya
Nabi. "Rasulallah selalu sembahyang sunah dua raka'at di masjid Quba' jika
tiba dari pepergian baik berkendaraan onta atau berjalan kaki" - hadist
Bukhari Muslim dari Abdullah bin Umar ra .

Setelah itu saya meneruskan perjalan berziarah ke masjid Qiblatain (dua
kiblat). Masjid ini dinamakan masjid Qiblatain, karena ketika Rasulallah
mengimami shalat di masjid ini, tiba-tiba turun firman Allah yang
memerintahkan Nabi mengubah kiblat ke Masjidil Haram di Makkah : " Sungguh
Kami sering melihat mukamu diarahkan ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram dan dimana saja kamu berada palingkanlah
mukamu ke aranya."- al-Bakarah,144.  Suatu putaran sekitar 180 derajat
semula kiblat kaum Muslim adalah Masjid al-Aqsa di Jerusalem, dan sejak
Rasulallah saw menerima perintah Allah itu kiblat muslimin berubah di Makkah
hingga akhir zaman. Di sana saya shalat sunnah dua raka'at  tabarukan atau
mengambil barakah beliau saw.

Masih banyak lagi masjid-masjid di Madinah yang merupakan sebagai
peninggalan sejarah Islam yang patut diziarahi dan dihargai seperti Masjid
al-Juma't yang terletak di wadi Ranuna sebelah kiri dari Masjid al Quba'. Di
Masjid ini Rasulallah dan sahabatnya pertama kali medirikan sholat Juma'at
setelah keluar perintah Allah untuk melakukannya. Begitu pula masjid al
Ghumamah, masjid al-Fath, masjid Abubakar Siddik ra, masjid Fatimah
al-Zahra', masjid Umar bin Khathab, masjid Ali bin Abi Thalib, masjid Bilal,
juga tedapat bekas peninggalan perang khandak (perang Parit), dimana kaum
muslimin menggali parit yang membentengi kota Madinah, dan tidak sedikit
peningalan sejarah Islam di Madinah yang tidak bisa disebut satu persatu.

Begitu pula tempat-tempat bersejarah yang tidak begitu dikenal oleh
masyarakat muslim seperti Mahbathul Wahyi (tempat turun wahyu) yang terletak
di dalam Masjid Nabawi, tidak berjahuhan dengan makam Rasulallah, Mihrab
Rasul, Mihrab Utsman bin Affan, Mihrab Sultan Sulaiman al-Rumi, semuanya itu
terletak di dalam Masjid Nabawi. Adapun menara-menara yang sangat poluler
dan dikenal penduduk kota Madinah yaitu menara Babussalam, menara Bab Utsman
bin Affan dan menara Umar bin Khatthab.

Pada hari terakhri sebelum berangkat ke Riyadh, saya sempat duduk beri'tikaf
di Raudhah untuk beberapa saat sambil mengarahkan pandangan saya ke arah
Makam Rasulallah saw yang penuh keindahan dan keberkahan. Kemudian saya
melakukan sholat sunah dua raka'at, bersalam kepada Rasulallah saw dan para
sahabatnya dan mengucapkan selamat tinggal kepada beliau. Di sana sempat
saya memandang makam beliau untuk kesekian kalinya dan dan bersyukur kepada
Allah tak henti-hentinya yang mana Dia telah membawa saya ke kota yang penuh
keberakahan, disertai doa semoga  kesempatan indah dan barakah ini terulang
di hari-hari mendatang.

Assalamualaikum,
Hasan Husen Assagaf.








Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke