---------------------- Forwarded by Muh Asrofi/PALYJA/ID/LDE/SLE on
28/03/2006 07:50 ---------------------------


firliana putri <[EMAIL PROTECTED]>@yahoogroups.com on 27/03/2006
16:18:07

Sent by:    daarut-tauhiid@yahoogroups.com


To:    daarut-tauhiid@yahoogroups.com
cc:

Subject:    [daarut-tauhiid] Alam Makro dan Alam Mikro

1. Alam Makro dan Alam Mikro

  Seluruh alam semesta yang saya ceritakan di depan itu, ditinjau dari segi
Fisika, berisi 4 hal, yaitu : Benda (materi), Energi, Ruang dan Waktu.

  Dua hal yang pertama Materi dan Energi  telah saya ilustrasikan di bagian
yang lalu. Yaitu, bahwa seluruh penjuru alam semesta ini ternyata berisi
materi dan energi. Materi dan energi itu membentuk suatu komposisi yang
menghasilkan benda-benda langit dalam gerakan berirama yang luar biasa
indahnya.

  Bahkan bukan hanya makrokosmos (alam besar langit beserta isinya) tetapi
juga mikrokosmos (alam kecil alam atomik) memiliki gerakan-gerakan berirama
yang senada di seluruh penjuru alam semesta. Agar pernahaman materi-energi
itu lebih jelas, berikut ini saya berikan ilustrasi pada alam mikrokosmos.


  2. Materi dan Energi

  Kalau kita cermati, seluruh benda di semesta ini tersusun dari bagian
kecil yang disebut atom. Atom adalah bagian terkecil dari suatu benda yang
memiliki sifat dasar benda. Sebutlah Oksigen, dia tersusun dari atom-atom
O. Emas tersusun dari atom-atom Au. Besi tersusun dari atom-atom Fe. Helium
tersusun dari atom-atom He, dan seterusnya.

  Secara sederhana, sebuah atom bisa dibayangkan sebagai sistem tata surya.
Di tengah atom tersebut ada yang disebut sebagai inti atom, sedangkan di
luarnya ada partikel yang disebut elektron. Inti atom bisa diumpamakan
sebagai Matahari, sedangkan elektron bisa diumpamakan sebagai Bumi.

  Elektron-elektron tersebut mengitari inti atom sebagaimana Bumi mengitari
Matahari. Selain itu, persis Bumi, elektron itu juga berputar pada dirinya
sendiri yang disebut sebagai putaran spin. Sistem ini berlaku universal
pada semua benda. Hanya saja, benda satu dengan benda lainnya dibedakan
oleh jumlah elektron yang beredar, dan isi inti atomnya.

  Sebagai contoh, atom Hidrogen. Atom ini adalah atom yang paling ringan di
alam semesta dan paling tua umurnya karena terbentuk beberapa saat setelah
ledakan awal, Big Bang. Dia hanya memiliki 1 elektron yang mengelilingi
inti atom Sedangkan di dalam inti atomnya, Hidrogen hanya berisi 1 proton
yang berfungsi seperti Matahari dalam tatasurya.

  Proton memiliki muatan listrik positif, sedangkan elektron memiliki
muatan negatif. Di antara keduanya muncul kekuatan tarik yang menyebabkan
keseimbangan putaran elektron di sekitar atom. Keseimbangan itu terjadi
antara gaya gerak elektron yang sebanding dengan kekuatan tarik antar
keduanya.

  Jika gaya tarik dan gerak putarnya tidak seimbang, maka bisa dipastikan
sistem itu akan 'runtuh' dan tidak akan terbentuk atom Hidrogen. Artinya
kita tidak akan pernah mengenal sebuah gas yang disebut gas Hidrogen,
karena elektronnya terlepas dari proton sebagai inti atom. Dan lebih
lanjut, kita juga tidak akan pernah mengenal benda yang bernama Air, karena
Air adalah zat yang tersusun dari 2 buah atom hidrogen yang 'bergandengan'
dengan 1 atom Oksigen.

  Selain Hidrogen ada gas yang bernama Oksigen. Gas yang menjadi pasangan
Hidrogen dalam pembentukan molekul Air itu juga memiliki elektron yang
berputar di sekitar inti atom. Hanya saja jumlahnya jauh lebih banyak dari
Hidrogen. Oksigen memiliki 16 elektron yang semuanya berputar-putar
mengelilingi inti atom, sebagaimana planet-planet mengelilingi Matahari.
Masing-masing elektron tersebut memiliki lintasan orbit. Persis seperti
planet-planet di langit.

  Karena inti atom Oksigen dikelilingi oleh 16 elektron maka di pusatnya
juga memiliki 16 proton. Ini diperlukan supaya terjadi keseimbangan antara
muatan negatif dari 16 elektron dengan muatan positif dari 16 proton.
Dengan begitu, Oksigen tersebut menjadi netral. Tidak bermuatan listrik.

  Akan tetapi, selain itu, di inti atom Oksigen juga terdapat 16 neutron
yang terletak 'berdempet-dempetan' dengan 16 proton untuk membangun bobot
atom. Neutron adalah partikel yang memiliki bobot, tetapi tidak memiliki
muatan listrik alias netral.

  Ringkas kata, sebenarnya atom-atom benda di alam ini memiliki struktur
yang sama. Yaitu terdiri dari inti atom yang berisi 'kelereng' bernama
proton dan neutron, serta dikelilingi oleh 'kelereng' elektron dalam
lintasan tertentu. Yang membedakan benda satu dengan benda lainnya,
semata-mata hanyalah jumlah 'kelereng' yang ada di inti atom dan lintasan
yang mengitarinya. Tetapi, semuanya tersusun dari 'kelereng' yang sama,
yaitu proton, neutron dan elektron.

  Sebagai contoh, Hidrogen tersusun dari 1 proton di dalam inti, dan 1
elektron yang berputar di orbitnya. Helium memiliki 2 elektron di lintasan
orbit, 2 proton dan 2 neutron di inti atomnya. Lithium punya 3 elektron di
orbitnya, dan 3 proton serta 3 neutron di intinya. Besi tersusun dari 26
elektron dan 26 proton serta 26 neutron di intinya. Emas terbuat dari 79
elektron, 79 proton dan 79 neutron, dan seterusnya berkait dengan puluhan
jenis unsur di alam semesta ini.

  Nah, atom-atom itulah yang kemudian membentuk gugusan-gugusan yang
disebut sebagai molekul unsur dan senyawa, sehingga terbentuklah batangan
logam besi, logam emas, cairan Air dan Bensin, serta udara dan gas yang
terkandung di dalam atmosfer.

  Di sini kita mulai merasakan 'keanehan'. Ternyata seluruh benda yang
berbeda-beda di sekitar kita itu tersusun dari partikel yang sama. Yang
membuatnya berbeda semata-mata hanya jumlah partikelnya.

  Kalau demikian adanya, apakah kita bisa mengubah sebatang besi menjadi
sebatang emas hanya dengan mengubah jumlah partikel penyusunnya? Secara
teoritis bisa! Besi terdiri dari 26 proton, 26 neutron dan 26 elektron.
Sedangkan emas terdiri dari 79 proton, 79 neutron dan 79 elektron. Kalau
kita ingin mengubah besi menjadi emas, pada dasarnya hanya tinggal
menambahkan jumlah proton, neutron dan elektronnya masing-masing menjadi
79.

  Sungguh secara teoritis tidak ada kesulitan apa pun untuk menciptakan
sebuah benda dari benda lain yang berbeda. Hanya saja, secara teknologis
memang belum diketemukan cara untuk merubah susunan partikel penyusun atom
tersebut. Suatu ketika nanti, jika teknologinya sudah ketemu, manusia akan
bisa membuat emas hanya dari tumpukan besi rongsokan belaka.

  Jadi, sebuah benda ternyata adalah gugusan partikel-partikel sub atomik
yang membentuk sistem energial tertentu, seperti sebuah sistem tatasurya.
Kalau kita cermati, sistem itu terdiri dari susunan benda-benda dan energi
belaka. Yaitu proton, neutron, elektron (dan partikel sub atomik lainnya)
yang disatukan oleh sebuah 'Energi Ikat' (binding energy) dalam bentuk
gerakan-gerakan berputar dan potensial kelistrikan.

  Yang menarik, semakin kecil partikel sub atomik, ternyata semakin hilang
sifat kebendaannya, dan yang muncul adalah sifat gelombang alias energi.
Proton dan neutron misalnya, adalah partikel yang bersifat materi alias
benda. Akan tetapi, elektron adalah partikel yang lebih kecil dengan massa
hampir nol yang bersifat materi sekaligus gelombang.
              Di dalam inti atom sendiri ternyata terdapat berbagai jenis
partikel yang semakin kecil. Misalnya, neutron ternyata bisa dipecah
menjadi proton dan elektron. Di dalam inti itu juga ditemui berbagai jenis
partikel seperti positron, neutrino, dll. Semakin kecil, sifat gelombangnya
semakin besar, dan sifat materinya semakin menghilang. Maka, dalam penemuan
mutakhir diketahui bahwa partikel-partikel sub atomik itu sebenarnya
tersusun dari semacam 'pilinan' energi yang disebut Quark.

  Dari semua itu, sebenarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa materi dan
energi itu bagaikan sebuah timbangan. Jika sifat materinya menonjol, maka
sifat energinya menjadi lemah dan tersimpan sebagai potensi saja.
Sebaliknya jika sifat materinya melemah, maka sifat energinya akan
menonjol. Maka, jika kita ingin memperoleh energi dari suatu benda, kita
mesti merusak benda tersebut sehingga massanya berkurang. Selisih massa
itulah yang berubah menjadi energi. Dan secara ekstrim, kita lantas bisa
menciptakan energi yang luar biasa besarnya dengan cara memusnahkan materi
menjadi energi, mengikuti rumus Einstein yang sangat terkenal, yaitu : E
== MC2. Reaksi itu disebut sebagai reaksi Annihilasi.

  Begitulah, alam semesta ini tersusun dari partikel dan materi. Jika di
sana ada materi dalam jumlah besar, maka sebagian besar energinya akan
tersimpan sebagai potensi. Misalnya, jika di alam ini terbentuk matahari
baru, maka matahari itu adalah sebuah material yang menyimpan energi.
Energi panas yang tersimpan di dalamnya sebagian dilepaskan dengan cara
bereaksi secara termonuklir.

  Reaksi di matahari kita misalnya, adalah bergabungnya 4 atom Hidrogen
berubah menjadi 1 atom Helium, dengan menghasilkan panas sebesar 26,7 MeV
yang terbentuk dari selisih massa antara sebelum reaksi dengan sesudah
reaksi.

  Maka setiap detiknya, di matahari kita itu terjadi pembakaran atau
pemusnahan sekitar 4 x 10(38) proton. (alias 400 juta juta juta juta juta
juta. atom hidrogen). Namun karena massa matahari kita. sekitar 2 x 10 (30)
kg atau setara dengan 10 pangkat 57 atom hidrogen, maka diperkirakan
pembakaran gas hidrogen itu baru habis miliaran tahun lagi. Massa matahari
sebagiannya dirubah menjadi panas, dan sebagian lainnya lagi berupa
potensial energi gravitasi yang mengikat planet-planet di sekitarnya.

  Demikian pula gaya gravitasi Bumi. Gaya itu muncul dari potensi energi
yang tersimpan di dalam struktur materi penyusun Bumi. Dan gaya gravitasi
itu bisa menembus jarak yang sangat jauh antar benda langit, yang berjarak
jutaan kilometer.

  Maka, sebenarnya di alam semesta ini tidak ada ruang kosong yang vakum
mutlak. Karena ternyata, ruang kosong antara langit dan Bumi itu terisi
oleh berbagai macam gaya dan energi yang terpancar dari benda-benda langit
pengisinya. Padahal, kita tahu bahwa energi itu adalah sebuah manifestasi
dari materi. Artinya, kita boleh mengatakan bahwa ruang kosong di luar
angkasa itu sebenarnya terisi oleh 'materi' yang berbentuk energi.

  Kesimpulannya, ruang langit ini sebenarnya 'massive'. Kalau nggak terisi
materi, ya terisi energi. Cuma, kerapatan materi dan energinya memang
beragam. Ada yang sangat rapat, maka dia disebut zat padat. Ada yang kurang
rapat, maka dia disebut zat cair. Ada yang tidak rapat disebut sebagai zat
gas. Dan yang 'sangat renggang' dia berbentuk energi.


  3. Ruang dan Waktu

  Selain terisi oleh materi dan energi, alam semesta ini juga 'terisi' oleh
'ruang' dan 'waktu'. Agak aneh memang, kalau kita menyebut alam semesta
'terisi' oleh 'ruang?Edan 'waktu?E Bukankah alam semesta ini adalah 'ruang'
yang berfungsi untuk mewadahi seluruh benda dan energi?

  Ternyata bukan. Selama ini kita menganggap bahwa alam semesta ini adalah
ruang yang besarnya tetap. Lantas, di dalam ruangan itulah terdapat
benda-benda (materi) dan energi. Dan, semua itu terikat di dalam pergerakan
waktu yang juga bersifat mutlak. Ya, kita berpikir, 'ruang' dan 'waktu'
adalah besaran mutlak yang tidak bisa dipengaruhi oleh apa pun. Justru
ruang dan waktu itulah yang mempengaruhi materi dan energi.

  Pengamatan para ahli Fisika Modern menyimpulkan, tidak demikian. Ternyata
alam semesta ini terbentuk dari adanya materi   energi ruang waktu secara
bersamaan. Keempat-empatnya berkedudukan sejajar, dan saling mempengaruhi.

  Keempat 'Besaran' itu terbentuk bersamaan dengan terbentuknya alam
semesta. Jadi, ketika alam semesta ini belum ada, ruang waktu materi energi
juga tidak ada. Yang ada hanya 'Ketiadaan' mutlak. Begitu alam semesta
terbentuk maka ke empat besaran itu juga terbentuk dan mengembang serta
berubah terus menerus, sampai sekarang. Masing-masing berpengaruh terhadap
besaran yang lain.

  Perubahan ruang dan waktu berpengaruh pada perubahan materi dan energi.
Sebaliknya, perubahan materi dan energi ternyata juga berpengaruh pada
ruang dan waktu. Keempat komponen itu sepenuhnya berfungsi membentuk alam
semesta. Jika tidak ada salah satu dari ke empatnya, maka alam semesta
tidak akan berbentuk seperti sekarang.

  Ambillah contoh, jika tidak ada materi (benda) : maka, alam semesta ini
juga tidak akan terbentuk seperti sekarang. Hanya terbentuk dari tiga
unsur. Sementara kita tahu bahwa energi adalah bentuk lain dari materi
(benda). Tidak ada benda, berarti tidak ada energi. Maka tidak mungkin alam
semesta ini hanya tersusun dari 'ruang' dan 'waktu' saja. Jika tidak ada
materi dan energi, ruangan juga tidak terbentuk dan tidak bermakna. Ruang
hanya terjadi ketika ada materi. Demikian pula 'waktu', ia hanya akan ada
jika ada 'materi' dan 'ruang' yang dikenai oleh perubahannya. Jadi, sekali
lagi, alam semesta ini terbentuk bersamaan dengan adanya materi, energi,
ruang, dan waktu.

  Karena itu keempatnya juga berada di dalam alam semesta, dan menyatu
dengannya. Tidak ada 'ruang' di luar alam semesta. Tidak ada 'waktu' di
luar alam semesta. Dan juga tidak ada 'materi' ataupun 'energi' di luar
alam semesta. Dengan kata lain, saya bisa mengatakan, di mana pun di
penjuru alam semesta ini selalu ada 'materi', 'energi', 'ruang' dan
'waktu'. Meskipun dalam 'kuantitas dan kualitas' yang berbeda-beda.

  Keempat komponen itu memiliki fungsi yang berbeda-beda. 'Ruang' berfungsi
sebagai wadah. 'Waktu' berperanan mengikat usia. 'Benda' sebagai pengisi.
Dan 'energi' sebagai penggerak terjadinya dinamika.

  Akan tetapi, jangan penah berpikir bahwa wadah tesebut ukurannya tetap
dan bisa terlepas dari 'materi'. Ternyata tidak. Wadah (ruang angkasa)
ternyata besarnya terbentuk oleh karena ada 'materi'. Kalau 'materi' di
alam semesta mengkerut, maka 'ruangan langit' juga akan ikut mengecil. Dan
sebaliknya, jika materi alam semesta ini memuai atau berkembang, maka ruang
langit pun ikut membesar.

  Memang agak rumit memahami penjelasan ini, karena kita tidak terbiasa
dengan anggapan bahwa 'ruang' bisa mulur mungkret. Ruang adalah ruang, yang
besarnya 'tetap' sepanjang masa. Sejak dulu sampai sekarang. Bahkan hingga
kiamat nanti. Sehingga, kita membayangkan bahwa yang berubah posisi itu
hanya benda-benda langit yang menjadi isinya. Ruang langitnya tetap.
Padahal, sebenarnya tidak demikian.

  Ternyata, ruang langit ini dulu pernah begitu kecilnya. Hampir nol. Yaitu
sekitar 12 miliar tahun yang lalu. Ketika materi di alam semesta ini
demikian padatnya. Tidak serenggang sekarang. Meskipun, kita melihat ada
zat padat di sekitar kita, ternyata dulu zat padat itu 'lebih padat' lagi.
Itulah yang disebut dengan massa jenis.

  Kalau sekarang, massa jenis benda yang terberat di Bumi adalah Air Raksa,
yaitu 13,6 gr per cc. Maka, dulu ada benda yang memiliki bobot (massa)
berpuluh puluh ton per satu cc-nya. Jadi demikian padatnya. Dan lebih dulu
lagi, benda-benda di alam semesta ini memiliki massa jenis berjuta-juta ton
setiap 1 cc. Dan seterusnya, sampai pada bobot yang tak terhingga besarnya
setiap cc benda. Sekarang pun benda yang memiliki 'bobot' sangat besar itu
masih ada di angkasa. Di antaranya yang terdapat di bintang Neutron.

  Saya hanya ingin mengatakan bahwa ketika ruangan mengecil, maka benda
yang ada di dalamnya menjadi mengkerut sedemikian padatnya. Karena memang
di seluruh penjuru ruang itu terisi oleh materi yang kelihatan maupun tidak
kelihatan.

  Sebaliknya, ketika alam semesta kini memuai, benda-benda di alam semesta
ini menjadi renggang, sehingga tercipta 'ruang-ruang' dan 'jarak' di antara
benda-benda langit. Akan tetapi, sebenarnya di ruang ruang itu pun masih
terisi oleh materi yang massa jenisnya semakin renggang.

  Sebagai contoh, di ruang langit antara Matahari dan Bumi sebenarnya
tidaklah kosong, melainkan terisi oleh debu angkasa dan gaya gravitasi
(ingat : energi gravitasi adalah bentuk lain dari materi). Artinya, seluruh
ruang antara Matahari dan Bumi tersebut terisi materi. Jika jarak antara
Bumi dan Matahari merenggang, maka bukan berarti ruangan itu kosong. Tetap
saja terisi oleh materi, tetapi dengan kerapatan yang semakin rendah.

  Dan menariknya lagi, kita juga memperoleh kesimpulan bahwa ruang langit
itu juga dipengaruhi oleh waktu. Dulu, ketika usia alam semesta masih muda,
ruangan langit berukuran kecil. Dan kini, ketika usia alam semesta sudah
mencapai 12 miliar tahun, ukuran alam semesta diperkirakan berdiameter 30
miliar tahun cahaya. Dalam waktu yang bersamaan, kerapatan materinya juga
semakin rendah. Dan karena energi adalah sebanding dengan massa benda, maka
secara bersamaan kerapatan energi di alam semesta ini juga mengecil.

  Lebih jauh lagi, ternyata ruang dan waktu juga bisa berubah dikarenakan
gerakan. Jika ada seseorang yang bergerak dengan kecepatan tinggi,
mendekati kecepatan cahaya, maka waktu baginya menjadi mulur. Tetapi
sebaliknya, ruang menjadi mengkerut. Dalam Fisika modern ini dikenal
sebagai relativitas. Yaitu berubahnya ruang dan waktu disebabkan oleh
kecepatan bergerak si pengamat.

  Maka, kita melihat betapa ruang dan waktu bukan lagi sebuah besaran yang
mutlak. Namun bisa berubah-ubah dipengaruhi oleh komponen alam semesta yang
lain. Jika, salah satu dari empat komponen alam (ruang, waktu, materi, dan
energi - kecepatan) berubah, maka tiga komponen yang lain pun akan
mengalami perubahan.

  Hal-hal di atas perlu saya jelaskan di sini, karena akan sangat berkait
dengan pembahasan-pembahasan selanjutnya, ketika Rasulullah saw menjelajahi
langit yang tujuh. Dan, apa yang saya jelaskan tersebut di atas, barulah
Langit Pertama, yang dalam istilah agama kita dikenal sebagai Langit Dunia.


  4. Ini Bukan Alam Sekarang

   Jika pada suatu malam yang cerah kita memandang langit, barangkali
terucap kalimat : "Indah sekali ya malam ini. "Akan tetapi pernahkah
terlintas di benak Anda bahwa malam itu sebenarnya bukan malam itu! "Lho,
maksudnya gimana?'

  Ya, sesungguhnya pemandangan langit yang sedang kita. nikmati pada malam
itu bukanlah kondisi langit pada saat itu. Kenapa bisa demikian? Karena,
cahaya benda-benda langit yang ditangkap oleh mata kita berasal dari jarak
yang sangat jauh dan berbeda-beda. Ada yang berasal dari bintang terdekat
berjarak 8 tahun cahaya tapi ada juga yang berasal dari galaksi nun jauh
berjarak 1 miliar tahun cahaya.

  Bukankah telah saya sampaikan di depan bahwa cahaya memiliki kecepatan
tertentu dan butuh waktu untuk menempuh jarak. Ambillah contoh sinar Bulan.
Sinar Bulan yang kita. lihat pada malam itu, sebenarnya membutuhkan waktu
untuk menempuh jarak dari Bulan ke Bumi. Berapakah jarak Bulan Bumi?
Sekitar 18 juta kilometer. Karena kecepatan cahaya sekitar 300.000 m per
detik, maka cahaya Bulan itu membutuhkan waktu sekitar 1 menit untuk sampai
ke Bumi.

  Artinya, ketika kita melihat Bulan, sebenarnya Bulan yang kita lihat itu
bukanlah Bulan pada saat itu. Kenapa begitu? Ya, karena sinar Bulan yang
sampai ke mata kita tersebut membutuhkan waktu untuk menempuh jarak 18 juta
km, yaitu selama 1 menit. Maka, Bulan yang kita lihat itu pun sebenarnya
adalah Bulan 1 menit yang lalu...

  Hal ini juga terjadi ketika kita melihat matahari. Karena jarak Matahari
Bumi yang demikian jauhnya sekitar 150 juta km maka cahaya membutuhkan
waktu 8 menit untuk sampai ke Bumi. Artinya, jika waktu itu kita melihat
Matahari, maka Matahari yang kita lihat itu sebenarnya bukanlah Matahari
pada saat itu, melainkan Matahari 8 menit yang lalu.

  Keanehan itu semakin besar kalau kita melihat benda-benda langit yang
berjarak lebih jauh. Ada bintang yang berjarak 8 tahun cahaya dari Bumi,
misalnya. Maka, kalau kita melihat bintang itu, sebenarnya kita sedang
menikmati pemandangan bintang 8 tahun yang lalu.

  Padahal benda-benda langit memiliki jarak yang beragam. Ada bintang yang
berjarak 1 juta tahun cahaya. Ada juga yang berjarak 1 miliar tahun cahaya.
Bahkan ada yang berjarak 10 miliar tahun cahaya. Artinya, cahaya-cahaya
bintang tersebut telah melakukan perjalananan menempuh jarak yang jauh
menuju Bumi sejak miliaran tahun yang lalu.

  Maka, jika bintang yang kita lihat itu berjarak 1 juta tahun cahaya dari
Bumi, sesungguhnya pernandangan yang kita lihat pada saat itu adalah
pemandangan 1 juta tahun yang lalu. Begitu pula, kalau kita melihat bintang
berjarak 1miliar tahun cahaya, yang terlihat pada saat itu adalah bintang 1
miliar tahun yang lalu. Dan seterusnya, bintang yang berjarak 10 miliar
tahun cahaya, itu adalah bintang 10 miliar tahun yang lalu !

  Maka, langit yang kita lihat pada suatu malam itu sebenarnya adalah
pemandangan yang 'aneh'. Pada saat yang bersamaan kita telah melihat
pemandangan sekarang, seribu tahun yang lalu, sejuta tahun yang lalu, dan
semiliar lahun yang lalu. Ya, saat ini pun kalau kita. melihat ke langit,
kita sebenarnya tidak sedang menikmati alam semesta saat ini, melainkan
langit sejak zaman dulu sampai sekarang !

  Sampai di sini kita kembali merasakan betapa 'ruang' dan 'waktu' yang ada
di sekitar kita ini 'aneh'. Terutama kalau kita berbicara dalam skala
besar, misalnya alam semesta.

  Selama ini kita memang tidak merasakan keanehan itu, karena kita hanya
berinteraksi dengan 'ruang' dan 'waktu' di sekitar permukaan Bumi saja. Dan
kita menganggap bahwa di seluruh penjuru alam semesta itu, 'ruang waktunya'
ya sama seperti di Bumi ini. Ternyata tidak!

  Dalam konteks yang berbeda, Kalau kita datang ke planet Merkurius,
misalnya, maka hari-hari yang kita jalani di sana juga bakal jauh berbeda.
Kalau di Bumi kita merasakan setahun sebagai 365 hari, maka di sana kita
bakal mengalami setahun hanya 88 hari. Dan seharinya, bisa mencapai 58,6
harinya Bumi. Jadi, setahun dan seharinya tidak berbeda jauh. Artinya, 1
tahun Merkurius == 1,5 hari Merkurius.

  Suasananya akan berbeda dan 'semakin seru?Eketika kita datang ke
planet-planet lain di tatasurya. Misalnya Venus, yang 1 harinya sama dengan
243 hari Bumi. Sedangkan setahunnya sama dengan 225 hari. Mars setahunnya
687 hari, Yupiter setahunnya 4.332 hari, Saturnus 10.759 hari, Uranus
30.685 hari, Neptunus 60.190 hari, dan Pluto 90.550 hari. Dan berbagai
kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi Bumi.

  Kalau kita menyebut waktu 'sehari', itu sebenarnya berlaku untuk Bumi,
seiring gerak rotasinya. Karena ternyata sehari Yupiter dan Pluto berbeda
dengan di Bumi. Begitu pula kalau kita mengatakan bahwa usia kita sudah 30
tahun, maka usia kita itu juga hanya berlaku untuk ukuran Bumi. Kalau kita
hidup di Planet lain, maka usia kita tidak segitu!

  Belum lagi kalau kita berbicara tentang relativitas waktu, yang
sebagiannya juga sudah saya ceritakan dahulu. Bahwa ternyata panjang
pendeknya waktu bergantung pada kecepatan pelaku. Seseorang yang hidup di
Bumi, dan bergerak dengan sesuai dengan kecepatan Bumi, maka dia memiliki
waktu yang kita alami sekarang ini.

  Akan tetapi bagi mereka yang naik pesawat ruang angkasa   dengan
kecepatan tinggi maka waktu yang dia alami juga akan mengikuti pesawat
ruang angkasanya. Semakin cepat gerakan pesawat itu, maka waktu yang
berlaku bagi penumpangnya akan semakin mulur. Bisa-bisa, bagi dia cuma 1
jam, tetapi bagi manusia yang di Bumi, waktu sudah berjalan ratusan atau
ribuan tahun.

  Inilah yang digambarkan oleh Allah dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Di
antaranya dalam QS. Al Ma'arij : 4. bahwa  satu harinya malaikat sama
dengan 50.000 tahun manusia di muka Bumi.

  QS. Al Ma'arij (70): 4
  Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari
yang kadarnya lima puluh ribu tahun.






===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================================
Yahoo! Groups Links
















Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke