Awas, bahaya Syirik merenggut Anda Tulisan oleh Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari Ketika umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis ekonomi, moral, akhlaq maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi dakwah dan tokoh-tokoh para dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk melepaskan umat dari berbagai macam krisis tersebut. Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan memperbaiki akhlaq. Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang menimpa umat. Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi (kenyataan yang ada), tidak memiliki wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan kekeringan. Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÁóÇãóäõæÇ æóÇÊøóÞóæúÇ áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú ÈóÑóßóÇÊò ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö æóÇúáÃóÑúÖö æóáóßöäú ßóÐøóÈõæÇ ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó. ]ÃáÃÚÑÇÝ: 96[ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-Araaf: 96) Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebidahan, maka barokah tersebut akan tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan mengadzabnya. Åöäøó Çááøóåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæäó Ðóáößó áöãóäú íóÔóÇÁõ æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏö ÇÝúÊóÑóì ÅöËúãðÇ ÚóÙöíãðÇ. ]ÇáäÓÇÁ: 48[ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisaa: 48) Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan. æóÅöÐú ÞóÇáó ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÇáúÈóáóÏó ÁóÇãöäðÇ æóÇÌúäõÈúäöí æóÈóäöíøó Ãóäú äóÚúÈõÏó ÇúáÃóÕúäóÇãó. ]ÇÈÑÇåíã: 35[ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35) Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia. ÑóÈøö Åöäøóåõäøó ÃóÖúáóáúäó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Ýóãóäú ÊóÈöÚóäöí ÝóÅöäøóåõ ãöäøöí æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÅöäøóßó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ. ]ÇÈÑÇåíã: 36[ Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36) Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim At-Taimi: Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim? Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan sabdanya: ÃóÎúæóÝõ ãóÇ ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÇáÔøöÑúßõ ÇúáÃóÕúÛóÑõ. ÝóÓõÆöáó Úóäúåõ¿ ÝóÞóÇáó: ÇáÑøöíóÇÁõ (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí) Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat bertanya: Apa itu syirik kecil? Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjawab: Ar-Riya. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya) Dalam hadits di atas Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengkhawatirkan kesyirikan yang kecil terhadap para shahabat-shahabatnya yang besar kedudukannya. Dari sini menunjukkan kalau pada diri shahabat yang mulia masih dikhawatirkan terjatuh dalam kesyirikan, tentunya terlebih lagi pada umat yang setelahnya. Karena orang yang setelah mereka jauh lebih rendah tingkat keimanan, ketaqwaan dan keilmuannya, sehingga sangat dikhawatirkan akan terjerumus dalam kesyirikan. Tidak hanya kesyirikan-kesyirikan kecil bahkan sangat mungkin terjerumus dalam syirik-syirik besar yang akan mengeluarkan mereka dari agamanya tanpa terasa. Berarti kita harus lebih takut dan lebih berhati-hati dari bahaya kesyirikan yang mengancam manusia, karena tidak ada seorang pun yang dijamin aman oleh Allah dari bahaya tersebut. Yang lebih mengharuskan kita takut adalah adanya kesyirikan yang sangat samar. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda: ÇáÔöÑúßõ ÃóÎÝóì ãöäú ÏóÈöíúÈö Çáäøóãúáö. ÞóÇáó ÃóÈõæú ÈóßúÑò: íóÇ ÑóÓõæúáó Çááåö æóåóáú ÇáÔøöÑúßõ ÅöáÇøó ãóÇ ÚõÈöÏó ãöäú Ïõæúäö Çááåö¡ Ãóæú ãóÇ ÏõÚöíó ãóÚó Çááåö¿ ÞóÇáó: ËóßöáóÊúßó Ãõãøõßó¡ ÇáÔøöÑúßõ Ýöíúßõãú ÃóÎúÝóì ãöäú ÏóÈöíÈö Çáäøóãúáö. (ÑæÇå ÃÈæ íÚáì æÇÈä ÇáãäÐÑ) Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut. Abu Bakar (terkejut) dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam : Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah? Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjawab: Engkau mengecewakan ibumu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut. (HR. Abu Ya'la dan Ibnul Mundzir). Maka kita harus ekstra hati-hati dan harus melindungi diri dari kesyirikan-kesyirikan tersebut dengan dua cara. Pertama, kita harus selalu berdoa kepada Allah, berlindung dari kesyirikan-kesyirikan tersebut, di antaranya dengan doa: Ãóááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæúÐõ Èößó Ãóäú ÃõÔúÑößó Èößó æóÃóäóÇ ÃóÚúáóãõ æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ áÇó ÃóÚúáóãõ. (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí Ýí ÕÍíÍ ÇáÊÑÛíÈ 1/19) Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu dari apa yang kami tidak ketahui. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib, 1/19) Kedua, kita harus mencari ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli. Dapat melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam kesyirikan bahkan kesyirikan yang besar dalam keadaan tidak sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik. Þõáú åóáú äõäóÈøöÆõßõãú ÈöÇúáÃóÎúÓóÑöíäó ÃóÚúãóÇáÇð ]103[ ÇáøóÐöíäó Öóáøó ÓóÚúíõåõãú Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóåõãú íóÍúÓóÈõæäó Ãóäøóåõãú íõÍúÓöäõæäó ÕõäúÚðÇ . ÃõæáóÆößó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÂíóÇÊö ÑóÈøöåöãú æóáöÞóÇÆöåö ÝóÍóÈöØóÊú ÃóÚúãóÇáõåõãú ÝóáóÇ äõÞöíãõ áóåõãú íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóÒúäðÇ ]ÇáßåÝ: 103-105[ Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi: 103-105) Tanpa ilmu tentang tauhid dan hal-hal yang merusaknya berupa kesyirikan-kesyirikan kadang manusia mengucapkan satu kalimat yang dianggap biasa (tidak ada apa-apanya) ternyata menjerumuskan dirinya ke dalam neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Dalam riwayat lain dikatakan tersungkur ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda: Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉö íóäúÒöáõ ÈöåóÇ Ýöí ÇáäøóÇÑö ÃóÈúÚóÏó ãóÇ Èóíúäó ÇáúãóÔúÑöÞö æóÇáúãóÛúÑöÈö. (ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æãÓáã) Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat, ternyata dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim) Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam : ãóÇ ÔóÇÁó Çááåõ æóÔöÆúÊó Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu maka Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menegurnya dengan keras dan bersabda: ÃóÌóÚóáúÊóäöíú áöáøóåö äöÏøðÇ¿! Èóáú ãóÇ ÔóÇÁó Çááåõ æóÍúÏóåõ. (ÑæÇå ÃÍãÏ æÇÈä ÃÈí ÔíÈÉ æÇáÈÎÇÑí Ýí ÇáÃÏÈ ÇáãÝÑÇí æÇáäÓÇÁ æÇÈä ãÇÌå) Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah? Bahkan (katakan) hanya kehendak Allah semata. (HR. Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Nasai dan Ibnu Majah). Kesyirikan sangatlah berbahaya, karena dapat mengakibatkan kejelekan-kejelekan di dunia dan di akhirat, diantaranya: 1) Syirik merupakan kedurhakaan kepada Allah. Karena tidaklah manusia dan jin diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya semata. Tetapi kaum musyrikin justru beribadah kepada selain Allah yang menciptakannya. Ini adalah kedurhakaan yang besar. 2) Kesyirikan merupakan penghinaan terhadap Allah. Karena seorang yang beribadah kepada selain Allah berarti dia menyamakan sesembahannya itu dengan Allah atau mendudukkan makhluk tersebut seperti kedudukan Allah. Sungguh sebuah penghinaan besar, menyamakan Allah yang menciptakan seluruh alam dengan ciptaan-Nya yang sangat lemah dan serba terbatas. 3) Kesyirikan akan menggugurkan amalan. Jika sebuah amalan shalih diiringi dengan riya, maka akan gugurlah amalan-amalan tersebut dan tidak bernilai di sisi Allah. Dan jika seorang hamba melakukan syirik besar, maka akan gugur seluruh amalan-amalannya walaupun amalannya seperti amalan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: áóÆöäú ÃóÔúÑóßúÊó áóíóÍúÈóØóäøó Úóãóáõßó æóáóÊóßõæäóäøó ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíúäó. ]ÇáÒãÑ: 65[ Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az-Zumar: 65) 4) Syirik menghalangi pelakunya untuk masuk ke dalam surga. Seseorang yang amalannya gugur dengan perbuaan syirik yang dia lakukan, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun terhadap amalan shalihnya. Bahkan sebaliknya ia akan mendapatkan adzab dari Allah karena kedurhakaan dan penghinaan kepada Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan. Maka pantaslah Allah mengharamkan mereka para musyrikin - tersebut dari surga. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Åöäøóåõ ãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááåö ÝóÞóÏú ÍóÑøóãó Çááåõ Úóáóíúåö ÇáúÌóäøóÉó æóãóÃúæóÇåõ ÇáäøóÇÑó æóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíúäó ãöäú ÃóäúÕóÇÑöò ]ÇáãÇÆÏÉ: 72[ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (al-Maidah: 72) 5) Dosa syirik tidak akan diampuni. Jika seseorang mati membawa dosa syirik dan ia belum bertaubat darinya, maka Allah tidak akan mengampuninya. Adapun bagi dosa selainnya, maka hal itu di bawah kehendak Allah yakni masih memungkinkan untuk diampuni oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya: Åöäøó Çááåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæúäó Ðóáößó áöãóäú íóÔóÇÁõ. ]ÇáäÓÇÁ: 48[ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (an-Nisaa: 48) Disamping itu masih banyak lagi akibat-akibat jelek yang ditimbulkan oleh kemaksiatan-kemaksiatan di dunia dan di akhirat yang telah dijelaskan oleh para ulama. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar kemaksiatan, maka dampak jeleknya adalah paling besar seperti merusak hati, mengurangi keyakinan dan keimanan, mematikan hati, menyempitkan dada, menghilangkan ketenangan, menyebabkan hilangnya wibawa, terhina dan lain-lainnya. Sebagaimana firman-Nya: æóãóäú ÃóÚúÑóÖó Úóäú ÐößúÑöí ÝóÅöäøó áóåõ ãóÚöíúÔóÉð ÖóäúßðÇ æóäóÍúÔõÑõåõ íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÃóÚúãóì. ]Øå: 124[ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124). Wallahu alam Memberantas noda-noda syirik kita Setelah kita membahas pada edisi yang lalu bagaimana membersihkan diri kita dari penyakit-penyakit hati seperti nifaq, angkuh, dan hasad. Maka pada edisi kali ini kita masih dalam rangka membersihkan diri dari penyakit hati yang berbahaya, yaitu syirik dan keyakinan-keyakinan yang bathil seperti keyakinan adanya orang yang mengetahui hal hal ghaib. Ini penting karena meratanya kesyirikan di segenap penjuru negeri ini. Tidak satu desa pun kecuali di sana ada tempat yang dikeramatkan, dimintai berkah, dan diyakini adanya kekuatan-kekuatan ghaib yang menunggunya. Semoga dengan tulisan ini menjadi nasehat bagi orang yang memiliki hati dan pemikiran. Syirik (Mempersekutukan Sesuatu Dengan Allah) Syirik merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. Saya cantumkan pembahasan syirik dalam pembahasan penyakit hati ini karena sumber kesyirikan bermula dari keyakinan (itiqad) yang ada di dalam hati. Perlu pembaca ketahui bahwa ulama membagi jenis syirik menjadi dua bagian : a) Syirik Akbar (besar) - Yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat). - Diharamkan baginya Surga. - Kekal di dalam neraka. - Membatalkan semua amalan-­amalan yang lalu. b) Syirik Ashghar (kecil) - Di bawah kehendak Allah. Kalau Allah ampuni pelakunya maka tidak diadzab dan kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun setelah itu dimasukkan ke dalam Surga.> - Tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka). - Tidak membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan. - Tidak diharamkan baginya Surga. Penjelasan Syirik Akbar Sebagaimana penjelasan di atas, syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Taala berfirman : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa : 48)[1] Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya Surga. Allah Taala berfirman : Sesungguhnya telah kafirlah orang­-orang yang berkata : Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam. Padahal Al Masih (sendiri) berkata : Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang dhalim itu seorang penolong pun. (Al Maidah : 72) Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan amalan-amalan adalah firman Allah Taala : Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Anam : 88) Macam-Macam Syirik Akbar Macam-macam dari Syirik Akbar ini sangat banyak sekali, tetapi bisa kita kelompokkan menjadi tiga bagian : 1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Taala : Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya. (QS. Al Baqarah : 21-22) Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia[2] beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat, shaum, haji, sujud, ruku, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu, khasyah, ­istianah (minta tolong), istiadzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya. Sungguh indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata : Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun yang bathin. Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan. Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk beribadah kepada selain-Nya? Firman Allah Taala : Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. An Nahl : 73-74) 2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu. Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab : Allah. Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61) Firman Allah Taala : Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka : Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya? Tentu mereka akan menjawab : Allah. Katakanlah : Segala puji bagi Allah. Tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS. Al Ankabut : 63) Firman Allah Taala : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab : Allah. Katakanlah : Segala puji bagi Allah. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25) Firman Allah Taala : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka akan menjawab : Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Az Zukhruf : 9) Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui Allah-lah satu­-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah. 3) Syirik Di Dalam Al Asma wa Ash Shifat Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib. Firman Allah Taala : (Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. (QS. Al Jin : 26) Lihat pembahasan selengkap­nya pada sub judul Keyakinan Adanya Makhluk Yang Mengetahui Hal Yang Ghaib di belakang tulisan ini. Penjelasan Syirik Asghar Meskipun dalam masalah ini ada khilaf (sebagaimana yang telah kita bahas di atas) akan tetapi wajib bagi setiap Muslim untuk berhati-hati terhadap penyakit ini dan jangan menganggap remeh. Pelakunya diwajibkan untuk bertaubat. Di antara yang dikategorikan dalam Syirik Ashghar antara lain : a) Ar Riya (mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan popularitas). Meskipun syirik ini tidak membatalkan semua amalan secara keseluruhan namun ia membatalkan amalan yang diniatkan untuk manusia tersebut. Maka wajib bagi pelakunya untuk bertaubat. Firman Allah yang menerang­kan bahwa riya itu membatalkan amalan yang disertai riya tersebut adalah sebagai berikut : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) seperti or­ang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan or­ang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak berkuasa sedikit pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah : 264) Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata : Suatu ketakutan yang paling aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil. Kemudian ditanyakan tentang syirik itu, beliau menjawab : Riya. (HR. Ahmad) Dan juga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Allah Taala berfirman : Barang siapa melakukan suatu amalan kemudian ia jadikan bersama Allah sekutu dalam amalan itu maka Allah tinggalkan amalan tersebut dan sekutunya. (HR. Muslim) Dalam masalah membatalkan amalan, riya ini terbagi menjadi dua bagian : 1. Apabila riya sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan amalannya sudah mempunyai niat untuk riya. Yang seperti ini membatalkan amalan. 2. Apabila datang dengan tiba-­tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya. b) Sumah (mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain dalam rangka mendapatkan popularitas). Pada hakekatnya sumah merupakan riya juga. Dua penyakit ini yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak terlihat oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al Qurran dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memanggil dengan panggilan Wahai orang-­orang yang beriman dan Rasulullah mengkhawatirkan riya tersebut akan menimpa para shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al­lah selamatkan kita darinya. Pembaca yang semoga dimuliakan Allah, Syirik Akbar dan Syirik Ashghar memiliki cabang yang sangat banyak dan memerlukan pembahasan yang sangat panjang. Tidak mungkin kita paparkan dalam satu kali ­pertemuan. Tetapi yang penting untuk kita ketahui adalah sifat atau ciri-ciri dari keduanya serta bahayanya sehingga kita berhati-­hati terhadap kedua-duanya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam salah satu di antara dua jenis syirik ini hendaknya ia segera bertaubat. Firman Allah Taala : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran : 133) Firman Allah Taala : Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Furqan : 70) Firman Allah Taala : Katakanlah : Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az Zumar : 53) Keyakinan Adanya Makhluk Allah Yang Mengetahui Hal Ghaib Meyakini adanya makhluk Al­lah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib termasuk salah satu dari bentuk-bentuk kesyirikan. Karena salah satu dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah meyakini bahwa tidak ada satu pun dari makhluk Allah yang ada di langit (seperti malaikat) ataupun di bumi (seperti Nabi-Nabi dan manusia atau jin) yang mengetahui hal ghaib. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keyakinan Ahlus Sunnah ini adalah sebagai berikut : 1) Secara Umum Tidak Ada Satu Makhluk Pun Yang Mengetahui Hal Ghaib Dalil-dalil yang menunjukkan secara umum tidak adanya satu makhluk pun yang mengetahui hal-hal ghaib. Seperti ucapan Allah dalam surat Hud : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud : 123) Dan firman Allah dalam surat Al Jin : (Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. (QS.Al Jin : 26) 2) Malaikat Tidak Mengetahui Hal Yang Ghaib Para malaikat walaupun mereka adalah makhluk Allah yang paling dekat dengan-Nya juga tidak mengetahui hal yang ghaib kecuali terhadap masalah-masalah yang Allah beritahukan kepada mereka. Di antara dalilnya adalah ucapan Allah dalam surat Al Baqarah 32 : Mereka menjawab : Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah : 32) Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diijinkan-Nya memperoleh syafaat itu. Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata : Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab : (Perkataan) yang benar. Dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. As Saba : 23) Dalam ayat ini dioceritakan bahwa malaikat bertanya-tanya tentang apa yang baru dikatakan oleh Rabbnya. Ini menunjukkan kalau malaikat pun tidak mengetahui yang ghaib. 3) Rasulullah Serta Para Nabi Tidak Mengetahui Tentang Hal Ghaib Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta para Nabi dan Rasul tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui hal ghaib kecuali perkara-perkara ghaib yang telah Allah beritakan kepadanya. Adapun apa yang dikecualikan oleh Allah setelah ayat 26 dalam surat Al Jin di atas adalah tidak mutlak. Ketika Allah mengatakan kecuali Rasul yang diridlai artinya kecuali Rasul yang diberitahu sebagian tentang hal-hal ghaib. Adapun yang tidak diberitahukan oleh Allah kepadanya, Rasul pun tidak mengetahuinya. Dengan demikian Rasulullah tidak mengetahui hal yang ghaib secara mutlak. Yang mengetahui hal-hal ghaib secara keseluruhan dan mutlak hanyalah Allah. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Allah berfirman memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui hal yang ghaib : Katakanlah : Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al Araf : 188) Beliau hanya mengetahui apa-apa yang diberitakan oleh Allah dalam wahyu-Nya sebagaimana apa yang Allah katakan dalam firman­-Nya : Katakanlah : Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah : Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (QS. Al Anam : 50) Demikian pula ketika Allah Taala berfirman menceritakan tentang ucapan Nabi Nuh Alaihis Salam kepada kaumnya, juga meniadakan dari dirinya ilmu ghaib : Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah dan tidak mengatakan bahwa aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu (( : sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka)). Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka, sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang dhalim. (QS. Hud: 31) 4) Jenis Jin Pun Tidak Mengetahui Hal Ghaib Bahkan makhluk dari jenis jin pun tidak mengetahui hal yang ghaib. Ini sebagai bantahan langsung dari Allah kepada para dukun-dukun yang mengaku mengetahui hal ghaib : Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (QS. Saba : 14) 5) Kahin (Dukun), Ahli Nujum, Dan Musyawidzin (Tukang Sihir) Tidak Mengetahui Hal Ghaib Kalau kita sudah mengetahui bahwa malaikat-malaikat dan Nabi-Nabi kemudian jin-jin tidak ada yang mengetahui perkara ghaib apalagi para kahin[3], dukun-dukun, ahli nujum[4], tukang ramal, musyawidzin (tukang sihir), dan lain-lain. Berikut ini firman Allah Taala yang menerangkan bahwa mereka tidak mengetahui hal ghaib. Firman Allah Taala : Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib. (QS. Ali Imran : 179) Firman Allah Taala : Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh). (QS. Al Anam : 59) Firman Allah Taala : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan semua urusan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud : 123) Ayat-ayat ini semuanya mengajak bicara orang kedua dengan lafadh kamu tidak mengetahui atau tidak memperlihatkan kepadamu dan seterusnya. Ini menunjukkan kalau semua manusia tidak mengetahui hal yang ghaib termasuk dukun, tukang sihir, paranormal, dan lain-lain. Bahkan manusia itu sendiri tidak mengetahui berapa lamanya ia tidur sebagaimana yang Allah kisahkan tentang ashabul kahfi yang tidur di dalam gua selama 309 ­tahun : Katakanlah : Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua), kepunyaan-Nya-lah semua yang ghaib (tersembunyi) di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan. (QS. Al Kahfi : 26) Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda berkaitan dengan masalah di atas : Dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Kunci-kunci keghaiban ada lima. Tiada yang mengetahui kelimanya kecuali Allah. Tiada seorang pun yang mengetahui apa-apa yang dalam rahim kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati, tiada seorangpun yang mengetahui kapan datangnya hujan kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat kecuali Allah. (Telah mengeluarkan hadits ini, Al Bukhari dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih) Maka para pembaca sekalian hendaknya mengambil pelajaran dan menyampaikannya kepada orang yang belum mengetahui bahwa kita tidak perlu datang ke dukun-dukun, tukang ramal, tukang sihir, orang pintar atau ahli nujum, dan lain-lain dengan tujuan untuk mengetahui perkara-perkara ghaib seperti siapa jodohnya, darimana rezekinya, kapan ajalnya, dan seterusnya. Karena dua sebab : Pertama, perbuatan itu sia-sia karena sesungguhnya kita telah menyakini bahwa tidak ada yang mengetahui hal-hal ghaib kecuali Allah. Kedua, kita telah berbuat suatu kesyirikan karena meyakini adanya alimul ghaibi atau yang mengetahui keghaiban selain Allah yang berarti menyamakan makhluk dengan khaliqnya dalam masalah mengetahui ilmu ghaib.­ Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengancam : Barangsiapa yang mendatangi dukun-dukun kemudian mempercayainya maka dia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan pada Muhammad. Demikianlah, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita dan seluruh kaum Muslimin kepada jalan yang lurus dan selamat. Selamat dari kesyirikan dan kesesatan di dunia dan selamat dari adzab Allah di akhirat. ------------------------------------------------------ [1] Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan secara mutlak (umum). Artinya, semua jenis syirik yang besar ataupun yang kecil kalau pelakunya mati dan tidak sempat bertaubat tidak akan diampuni dosanya. Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat. Yang benar adalah pendapatnya jumhur ulama yaitu membedakan antara syirik besar dan kecil. Sedang yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat ini adalah syirik akbar (besar). Adapun syirik ashghar (kecil) menurut mereka di bawah kehendak Allah (kalau Allah menghendaki mengampuni, pelakunya tidak akan diadzab tetapi kalau Allah menghendaki untuk mengadzab, ia harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam neraka meskipun setelahnya akan dimasukkan ke dalam Jannah). Wallahu alam. Syaikh Shalih Al Utsaimin berkata : Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan tetapi yang wajib bagi setiap individu adalah berhati-hati terhadap kedua-duanya (syirik besar maupun syirik kecil). [2] Manusia di sini mencakup yang Muslim ataupun yang kafir, pria ataupun wanita, tua atau pun muda. [3] Kahin (dukun) yaitu orang yang selalu mengabarkan kepada manusia tentang sesuatu yang ghaib yang belum terjadi atau arraf (paranormal) yaitu yang selalu memberitahukan tentang tempat barang-barang yang hilang, sihir dan kecurian, atau nama pencurinya, siapa yang menyihir, dan lain-lainnya dari semua kejadian yang telah lewat dan manusia tidak mengetahuinya. [4] Orang yang mengatakan dirinya tahu tentang hal yang ghaib melalui perbintangan dengan mempelajari gerak-geriknya untuk mengetahui kejadian-kejadian yang ada di bumi. Sumber http://www.assunnah.cjb.net).
--------------------------------- All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done faster. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/