Awas, bahaya Syirik merenggut Anda
   
  Tulisan oleh Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari
   
  Ketika umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis ekonomi, moral, akhlaq 
maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi dakwah dan tokoh-tokoh para 
dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk melepaskan umat dari berbagai macam 
krisis tersebut. 
   
  Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian 
lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan 
memperbaiki akhlaq. 
   
  Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan 
menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang 
pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah 
krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang 
menimpa umat. 
   
  Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan 
memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka 
beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi 
dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi’ (kenyataan yang ada), tidak memiliki 
wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal 
sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan 
kekeringan. 
   
  Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan 
runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita 
tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. 
Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. 
Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari 
langit dan bumi. 
  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
  æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÁóÇãóäõæÇ æóÇÊøóÞóæúÇ áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú 
ÈóÑóßóÇÊò ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö æóÇúáÃóÑúÖö æóáóßöäú ßóÐøóÈõæÇ ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöãóÇ 
ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó. ]ÃáÃÚÑÇÝ: 96[
  Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami 
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan 
perbuatannya. (al-A’raaf: 96)
   
  Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa 
beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi 
sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan 
rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebid’ahan, maka barokah tersebut akan 
tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di 
akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti 
akan mengadzabnya.
  Åöäøó Çááøóåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæäó Ðóáößó 
áöãóäú íóÔóÇÁõ æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏö ÇÝúÊóÑóì ÅöËúãðÇ ÚóÙöíãðÇ. 
]ÇáäÓÇÁ: 48[
  Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni 
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang 
besar. (an-Nisaa’: 48)
   
  Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. 
Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah 
agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan.
  æóÅöÐú ÞóÇáó ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÇáúÈóáóÏó ÁóÇãöäðÇ æóÇÌúäõÈúäöí 
æóÈóäöíøó Ãóäú äóÚúÈõÏó ÇúáÃóÕúäóÇãó. ]ÇÈÑÇåíã: 35[
  Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini 
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada 
menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
   
  Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena 
peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia.
  ÑóÈøö Åöäøóåõäøó ÃóÖúáóáúäó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Ýóãóäú ÊóÈöÚóäöí ÝóÅöäøóåõ 
ãöäøöí æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÅöäøóßó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ. ]ÇÈÑÇåíã: 36[
  Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan 
daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu 
termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya 
Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36)
   
  Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan 
dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih 
dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim 
At-Taimi: “Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim?” 
  Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan 
sabdanya:
  ÃóÎúæóÝõ ãóÇ ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÇáÔøöÑúßõ ÇúáÃóÕúÛóÑõ. ÝóÓõÆöáó Úóäúåõ¿ 
ÝóÞóÇáó: ÇáÑøöíóÇÁõ (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí)
  Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat 
bertanya: “Apa itu syirik kecil?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam 
menjawab: “Ar-Riya’”. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)
   
  Dalam hadits di atas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengkhawatirkan 
kesyirikan yang kecil terhadap para shahabat-shahabatnya yang besar 
kedudukannya.
  Dari sini menunjukkan kalau pada diri shahabat yang mulia masih dikhawatirkan 
terjatuh dalam kesyirikan, tentunya terlebih lagi pada umat yang setelahnya. 
Karena orang yang setelah mereka jauh lebih rendah tingkat keimanan, ketaqwaan 
dan keilmuannya, sehingga sangat dikhawatirkan akan terjerumus dalam 
kesyirikan. Tidak hanya kesyirikan-kesyirikan kecil bahkan sangat mungkin 
terjerumus dalam syirik-syirik besar yang akan mengeluarkan mereka dari 
agamanya tanpa terasa.
   
  Berarti kita harus lebih takut dan lebih berhati-hati dari bahaya kesyirikan 
yang mengancam manusia, karena tidak ada seorang pun yang dijamin aman oleh 
Allah dari bahaya tersebut.
   
  Yang lebih mengharuskan kita takut adalah adanya kesyirikan yang sangat 
samar. Bagaikan semut hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Rasulullah 
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
  ÇáÔöÑúßõ ÃóÎÝóì ãöäú ÏóÈöíúÈö Çáäøóãúáö. ÞóÇáó ÃóÈõæú ÈóßúÑò: íóÇ ÑóÓõæúáó 
Çááåö æóåóáú ÇáÔøöÑúßõ ÅöáÇøó ãóÇ ÚõÈöÏó ãöäú Ïõæúäö Çááåö¡ Ãóæú ãóÇ ÏõÚöíó 
ãóÚó Çááåö¿ ÞóÇáó: ËóßöáóÊúßó Ãõãøõßó¡ ÇáÔøöÑúßõ Ýöíúßõãú ÃóÎúÝóì ãöäú ÏóÈöíÈö 
Çáäøóãúáö. (ÑæÇå ÃÈæ íÚáì æÇÈä ÇáãäÐÑ)
  Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut. Abu Bakar (terkejut) dan 
bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Wahai Rasulullah 
bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru 
kepada selain Allah?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Engkau 
mengecewakan ibumu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari 
rayapan semut.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnul Mundzir).
   
  Maka kita harus ekstra hati-hati dan harus melindungi diri dari 
kesyirikan-kesyirikan tersebut dengan dua cara. 
   
  Pertama, kita harus selalu berdoa kepada Allah, berlindung dari 
kesyirikan-kesyirikan tersebut, di antaranya dengan doa:
  Ãóááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæúÐõ Èößó Ãóäú ÃõÔúÑößó Èößó æóÃóäóÇ ÃóÚúáóãõ 
æóÃóÓúÊóÛúÝöÑõßó áöãóÇ áÇó ÃóÚúáóãõ. (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí Ýí ÕÍíÍ ÇáÊÑÛíÈ 
1/19) 
  Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui 
dan kami meminta ampun kepada-Mu dari apa yang kami tidak ketahui. (HR. Ahmad 
dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib, 1/19)
   
  Kedua, kita harus mencari ilmu dan belajar, khususnya tentang tauhid dan 
syirik. Dengan ilmu tersebut pandangan kita semakin tajam dan jeli. Dapat 
melihat kesyirikan sekecil apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia 
terjerumus ke dalam kesyirikan bahkan kesyirikan yang besar dalam keadaan tidak 
sadar dan merasa dirinya sedang berbuat baik.
  Þõáú åóáú äõäóÈøöÆõßõãú ÈöÇúáÃóÎúÓóÑöíäó ÃóÚúãóÇáÇð ]103[ ÇáøóÐöíäó Öóáøó 
ÓóÚúíõåõãú Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóåõãú íóÍúÓóÈõæäó Ãóäøóåõãú íõÍúÓöäõæäó 
ÕõäúÚðÇ . ÃõæáóÆößó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÂíóÇÊö ÑóÈøöåöãú æóáöÞóÇÆöåö 
ÝóÍóÈöØóÊú ÃóÚúãóÇáõåõãú ÝóáóÇ äõÞöíãõ áóåõãú íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóÒúäðÇ
  ]ÇáßåÝ: 103-105[
  Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang 
paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya 
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat 
sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat 
Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah 
amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) 
mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi: 103-105)
   
  Tanpa ilmu tentang tauhid dan hal-hal yang merusaknya berupa 
kesyirikan-kesyirikan kadang manusia mengucapkan satu kalimat yang dianggap 
biasa (tidak ada apa-apanya) ternyata menjerumuskan dirinya ke dalam neraka 
sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. Dalam riwayat lain dikatakan tersungkur ke 
dalam neraka sejauh antara timur dan barat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi 
wassalam bersabda:
  Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉö íóäúÒöáõ ÈöåóÇ Ýöí ÇáäøóÇÑö 
ÃóÈúÚóÏó ãóÇ Èóíúäó ÇáúãóÔúÑöÞö æóÇáúãóÛúÑöÈö. (ÑæÇå ÇáÈÎÇÑí æãÓáã)
  Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat, ternyata dengan 
kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh antara timur dan barat. 
(HR. Bukhari dan Muslim)
  Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : 
  ãóÇ ÔóÇÁó Çááåõ æóÔöÆúÊó
  Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu
  maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menegurnya dengan keras dan 
bersabda: 
  ÃóÌóÚóáúÊóäöíú áöáøóåö äöÏøðÇ¿! Èóáú ãóÇ ÔóÇÁó Çááåõ æóÍúÏóåõ. (ÑæÇå ÃÍãÏ 
æÇÈä ÃÈí ÔíÈÉ æÇáÈÎÇÑí Ýí ÇáÃÏÈ ÇáãÝÑÇí æÇáäÓÇÁ æÇÈä ãÇÌå)
  Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah? Bahkan 
(katakan) hanya kehendak Allah semata. (HR. Imam Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, 
Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Nasa’i dan Ibnu Majah).
   
  Kesyirikan sangatlah berbahaya, karena dapat mengakibatkan 
kejelekan-kejelekan di dunia dan di akhirat, diantaranya:
  1)      Syirik merupakan kedurhakaan kepada Allah. Karena tidaklah manusia 
dan jin diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya semata. Tetapi kaum 
musyrikin justru beribadah kepada selain Allah yang menciptakannya. Ini adalah 
kedurhakaan yang besar.
  2)      Kesyirikan merupakan penghinaan terhadap Allah. Karena seorang yang 
beribadah kepada selain Allah berarti dia menyamakan sesembahannya itu dengan 
Allah atau mendudukkan makhluk tersebut seperti kedudukan Allah. Sungguh sebuah 
penghinaan besar, menyamakan Allah yang menciptakan seluruh alam dengan 
ciptaan-Nya yang sangat lemah dan serba terbatas.
  3)      Kesyirikan akan menggugurkan amalan. Jika sebuah amalan shalih 
diiringi dengan riya’, maka akan gugurlah amalan-amalan tersebut dan tidak 
bernilai di sisi Allah. Dan jika seorang hamba melakukan syirik besar, maka 
akan gugur seluruh amalan-amalannya walaupun amalannya seperti amalan 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. 
   
  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
  áóÆöäú ÃóÔúÑóßúÊó áóíóÍúÈóØóäøó Úóãóáõßó æóáóÊóßõæäóäøó ãöäó ÇáúÎóÇÓöÑöíúäó. 
]ÇáÒãÑ: 65[
  Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah amalmu dan 
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az-Zumar: 65) 
   
  4)      Syirik menghalangi pelakunya untuk masuk ke dalam surga. Seseorang 
yang amalannya gugur dengan perbuaan syirik yang dia lakukan, maka Allah tidak 
memberikan balasan sedikitpun terhadap amalan shalihnya. Bahkan sebaliknya ia 
akan mendapatkan adzab dari Allah karena kedurhakaan dan penghinaan kepada 
Allah dengan kesyirikan yang dia lakukan. Maka pantaslah Allah mengharamkan 
mereka –para musyrikin - tersebut dari surga. 
   
  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
  Åöäøóåõ ãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááåö ÝóÞóÏú ÍóÑøóãó Çááåõ Úóáóíúåö ÇáúÌóäøóÉó 
æóãóÃúæóÇåõ ÇáäøóÇÑó æóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíúäó ãöäú ÃóäúÕóÇÑöò ]ÇáãÇÆÏÉ: 72[
  Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti 
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada 
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (al-Maidah: 72)
   
  5)      Dosa syirik tidak akan diampuni. Jika seseorang mati membawa dosa 
syirik dan ia belum bertaubat darinya, maka Allah tidak akan mengampuninya. 
Adapun bagi dosa selainnya, maka hal itu di bawah kehendak Allah yakni masih 
memungkinkan untuk diampuni oleh Allah. 
  Sebagaimana firman-Nya:
  Åöäøó Çááåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæúäó Ðóáößó 
áöãóäú íóÔóÇÁõ. ]ÇáäÓÇÁ: 48[
  Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni 
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 
(an-Nisaa’: 48)
   
  Disamping itu masih banyak lagi akibat-akibat jelek yang ditimbulkan oleh 
kemaksiatan-kemaksiatan di dunia dan di akhirat yang telah dijelaskan oleh para 
ulama. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar kemaksiatan, maka dampak jeleknya 
adalah paling besar seperti merusak hati, mengurangi keyakinan dan keimanan, 
mematikan hati, menyempitkan dada, menghilangkan ketenangan, menyebabkan 
hilangnya wibawa, terhina dan lain-lainnya. Sebagaimana firman-Nya:
  æóãóäú ÃóÚúÑóÖó Úóäú ÐößúÑöí ÝóÅöäøó áóåõ ãóÚöíúÔóÉð ÖóäúßðÇ æóäóÍúÔõÑõåõ 
íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÃóÚúãóì. ]Øå: 124[
  Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya 
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam 
keadaan buta. (Thaha: 124). Wallahu a’lam
   
   
  Memberantas noda-noda syirik kita
   
  Setelah kita membahas pada edisi yang lalu bagaimana membersihkan diri kita 
dari penyakit-penyakit hati seperti nifaq, angkuh, dan hasad. Maka pada edisi 
kali ini kita masih dalam rangka membersihkan diri dari penyakit hati yang 
berbahaya, yaitu syirik dan keyakinan-keyakinan yang bathil seperti keyakinan 
adanya orang yang mengetahui hal hal ghaib.
   
  Ini penting karena meratanya kesyirikan di segenap penjuru negeri ini. Tidak 
satu desa pun kecuali di sana ada tempat yang dikeramatkan, dimintai berkah, 
dan diyakini adanya kekuatan-kekuatan ghaib yang menunggunya. Semoga dengan 
tulisan ini menjadi nasehat bagi orang yang memiliki hati dan pemikiran.
   
  Syirik (Mempersekutukan Sesuatu Dengan Allah)
   
  Syirik merupakan bahaya yang terbesar dan penyakit yang paling berbahaya. 
Saya cantumkan pembahasan syirik dalam pembahasan penyakit hati ini karena 
sumber kesyirikan bermula dari keyakinan (i’tiqad) yang ada di dalam hati. 
Perlu pembaca ketahui bahwa ulama membagi jenis syirik menjadi dua bagian :
   
  a) Syirik Akbar (besar)
   
  - Yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat).
   
  - Diharamkan baginya Surga.
   
  - Kekal di dalam neraka.
   
  - Membatalkan semua amalan-­amalan yang lalu.
   
   
  b) Syirik Ashghar (kecil)
   
  - Di bawah kehendak Allah. Kalau Allah ampuni pelakunya maka tidak diadzab 
dan kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun 
setelah itu dimasukkan ke dalam Surga.>
   
  - Tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka).
   
  - Tidak membatalkan semua amalan tetapi sebatas yang dilakukan.
   
  - Tidak diharamkan baginya Surga.
   
   
  Penjelasan Syirik Akbar
   
  Sebagaimana penjelasan di atas, syirik akbar merupakan dosa yang terbesar 
yang tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Ta’ala 
berfirman :
   
  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni 
segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang 
besar.” (QS. An Nisa’ : 48)[1]
   
  Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan 
baginya Surga.
   
  Allah Ta’ala berfirman :
   
  “Sesungguhnya telah kafirlah orang­-orang yang berkata : ‘Sesungguhnya 
Allah itu ialah Al Masih putera Maryam.’ Padahal Al Masih (sendiri) berkata : 
‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.’ Sesungguhnya orang yang 
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya 
Surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang dhalim itu 
seorang penolong pun.” (Al Maidah : 72)
   
  Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan 
amalan-amalan adalah firman Allah Ta’ala : “Itulah petunjuk Allah yang 
dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara 
hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari 
mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am : 88)
   
  Macam-Macam Syirik Akbar
   
  Macam-macam dari Syirik Akbar ini sangat banyak sekali, tetapi bisa kita 
kelompokkan menjadi tiga bagian :
   
  1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah
   
  Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak 
untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah 
Subhanahu wa Ta'ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada 
hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. 
Firman Allah Ta’ala :
   
  “Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang 
yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan 
bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu 
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu 
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu 
mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)
   
  Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia[2] beribadah kepada Rabb 
mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, 
zakat, shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ 
(berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari 
sesuatu), khusu’, khasyah, ­isti’anah (minta tolong), isti’adzah 
(berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain 
dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
   
  Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami 
ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti 
shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di 
dalamnya.
   
  Sungguh indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah 
dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata :
   
  “Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang dicintai Allah 
dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun 
yang bathin.”
   
  Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara 
yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.
   
  Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb 
kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar 
Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang 
sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air 
(hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis 
buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka 
janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta 
rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah 
yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk 
beribadah kepada selain-Nya?
   
  Firman Allah Ta’ala : “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak 
dapat memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak 
berkuasa (sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi 
Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An 
Nahl : 73-74)
   
  2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
   
  Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, 
memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat 
ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek 
daripada orang-orang kafir terdahulu.
   
  Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka 
menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya 
Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada 
kuburan-kuburan seperti kuburan Latta.
   
  Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka :
   
  Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menjadikan 
langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab 
: “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). 
(QS. Al Ankabut : 61)
   
  Firman Allah Ta’ala : Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka : 
“Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi 
sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala 
puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al 
Ankabut : 63)
   
  Firman Allah Ta’ala : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : 
“Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : 
“Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak 
mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
   
  Firman Allah Ta’ala : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka : 
“Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab : 
“Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az 
Zukhruf : 9)
   
  Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui 
Allah-lah satu­-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang 
menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi 
mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah 
dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya 
atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang 
menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam 
masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud 
syirik dalam rububiyah.
   
  3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
   
  Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian 
sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk 
Allah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib.
   
  Firman Allah Ta’ala : “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka 
Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.“ (QS. Al 
Jin : 26)
   
  Lihat pembahasan selengkap­nya pada sub judul Keyakinan Adanya Makhluk 
Yang Mengetahui Hal Yang Ghaib di belakang tulisan ini.
   
  Penjelasan Syirik Asghar
   
  Meskipun dalam masalah ini ada khilaf (sebagaimana yang telah kita bahas di 
atas) akan tetapi wajib bagi setiap Muslim untuk berhati-hati terhadap penyakit 
ini dan jangan menganggap remeh. Pelakunya diwajibkan untuk bertaubat. Di 
antara yang dikategorikan dalam Syirik Ashghar antara lain :
   
  a) Ar Riya’ (mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka 
mendapatkan popularitas). Meskipun syirik ini tidak membatalkan semua amalan 
secara keseluruhan namun ia membatalkan amalan yang diniatkan untuk manusia 
tersebut. Maka wajib bagi pelakunya untuk bertaubat.
   
   
  Firman Allah yang menerang­kan bahwa riya’ itu membatalkan amalan yang 
disertai riya’ tersebut adalah sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman, 
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan 
menyakiti (perasaan si penerima) seperti or­ang yang menafkahkan hartanya 
karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. 
Maka perumpamaan or­ang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah 
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih (tidak 
bertanah). Mereka tidak berkuasa sedikit pun dari apa yang mereka usahakan dan 
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah : 
264)
   
  Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : Diriwayatkan dari Mahmud bin 
Labid bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata : 
“Suatu ketakutan yang paling aku takutkan dari kalian adalah syirik kecil.” 
Kemudian ditanyakan tentang syirik itu, beliau menjawab : “Riya’.” (HR. Ahmad)
   
  Dan juga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : Dari Abu 
Hurairah radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : 
“Allah Ta’ala berfirman : ‘Barang siapa melakukan suatu amalan kemudian ia 
jadikan bersama Allah sekutu dalam amalan itu maka Allah tinggalkan amalan 
tersebut dan sekutunya.’” (HR. Muslim)
   
  Dalam masalah membatalkan amalan, riya’ ini terbagi menjadi dua bagian :
   
  1. Apabila riya’ sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan 
amalannya sudah mempunyai niat untuk riya’. Yang seperti ini membatalkan amalan.
   
  2. Apabila datang dengan tiba-­tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan 
dan orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka 
yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya.
   
   
  b) Sum’ah (mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain dalam rangka 
mendapatkan popularitas). Pada hakekatnya sum’ah merupakan riya’ juga.
   
   
  Dua penyakit ini yang sangat rawan dalam hati karena sangat samar tidak 
terlihat oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al 
Qurr’an dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi 
Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita 
bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memanggil dengan panggilan ‘Wahai 
orang-­orang yang beriman’ dan Rasulullah mengkhawatirkan riya’ tersebut 
akan menimpa para shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila 
tidak hati-hati akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al­lah selamatkan 
kita darinya.
   
  Pembaca yang semoga dimuliakan Allah, Syirik Akbar dan Syirik Ashghar 
memiliki cabang yang sangat banyak dan memerlukan pembahasan yang sangat 
panjang. Tidak mungkin kita paparkan dalam satu kali ­pertemuan. Tetapi 
yang penting untuk kita ketahui adalah sifat atau ciri-ciri dari keduanya serta 
bahayanya sehingga kita berhati-­hati terhadap kedua-duanya. Barangsiapa 
yang jatuh ke dalam salah satu di antara dua jenis syirik ini hendaknya ia 
segera bertaubat.
   
  Firman Allah Ta’ala : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan 
kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk 
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran : 133)
   
  Firman Allah Ta’ala : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan 
mengerjakan amal shalih maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan 
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan 
: 70)
   
  Firman Allah Ta’ala :
   
  Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka 
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah 
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi 
Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar : 53)
   
  Keyakinan Adanya Makhluk Allah Yang Mengetahui Hal Ghaib
   
  Meyakini adanya makhluk Al­lah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib 
termasuk salah satu dari bentuk-bentuk kesyirikan. Karena salah satu dari 
aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah meyakini bahwa tidak ada satu pun dari 
makhluk Allah yang ada di langit (seperti malaikat) ataupun di bumi (seperti 
Nabi-Nabi dan manusia atau jin) yang mengetahui hal ghaib.
   
  Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keyakinan Ahlus Sunnah ini adalah 
sebagai berikut :
   
  1) Secara Umum Tidak Ada Satu Makhluk Pun Yang Mengetahui Hal Ghaib
   
  Dalil-dalil yang menunjukkan secara umum tidak adanya satu makhluk pun yang 
mengetahui hal-hal ghaib. Seperti ucapan Allah dalam surat Hud : “Dan kepunyaan 
Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan 
urusan-urusan semuanya. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan 
sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 123)
   
  Dan firman Allah dalam surat Al Jin : “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui 
yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib 
itu.” (QS.Al Jin : 26)
   
  2) Malaikat Tidak Mengetahui Hal Yang Ghaib
   
  Para malaikat walaupun mereka adalah makhluk Allah yang paling dekat 
dengan-Nya juga tidak mengetahui hal yang ghaib kecuali terhadap 
masalah-masalah yang Allah beritahukan kepada mereka. Di antara dalilnya adalah 
ucapan Allah dalam surat Al Baqarah 32 : Mereka menjawab : “Maha Suci Engkau, 
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada 
kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al 
Baqarah : 32)
   
  Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Dan tiadalah berguna syafaat di sisi 
Allah melainkan bagi orang yang telah diijinkan-Nya memperoleh syafaat itu. 
Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata : 
“Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab : “(Perkataan) 
yang benar.” Dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. As Saba’ : 23)
   
  Dalam ayat ini dioceritakan bahwa malaikat bertanya-tanya tentang apa yang 
baru dikatakan oleh Rabbnya. Ini menunjukkan kalau malaikat pun tidak 
mengetahui yang ghaib.
   
  3) Rasulullah Serta Para Nabi Tidak Mengetahui Tentang Hal Ghaib
   
  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta para Nabi dan Rasul tidak ada 
satu pun dari mereka yang mengetahui hal ghaib kecuali perkara-perkara ghaib 
yang telah Allah beritakan kepadanya.
   
  Adapun apa yang dikecualikan oleh Allah setelah ayat 26 dalam surat Al Jin di 
atas adalah tidak mutlak. Ketika Allah mengatakan kecuali Rasul yang diridlai 
artinya kecuali Rasul yang diberitahu sebagian tentang hal-hal ghaib. Adapun 
yang tidak diberitahukan oleh Allah kepadanya, Rasul pun tidak mengetahuinya. 
Dengan demikian Rasulullah tidak mengetahui hal yang ghaib secara mutlak. Yang 
mengetahui hal-hal ghaib secara keseluruhan dan mutlak hanyalah Allah. Tidak 
ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Allah berfirman memerintahkan kepada 
Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui hal yang ghaib : 
Katakanlah : “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak 
(pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku 
mengetahui yang ghaib tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku 
tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan 
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
 (QS. Al A’raf : 188)
   
  Beliau hanya mengetahui apa-apa yang diberitakan oleh Allah dalam wahyu-Nya 
sebagaimana apa yang Allah katakan dalam firman­-Nya : Katakanlah : “Aku 
tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku dan tidak 
(pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa 
aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan 
kepadaku.” Katakanlah : “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. 
Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al An’am : 50)
   
  Demikian pula ketika Allah Ta’ala berfirman menceritakan tentang ucapan Nabi 
Nuh ‘Alaihis Salam kepada kaumnya, juga meniadakan dari dirinya ilmu ghaib :
   
  “Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa aku mempunyai gudang-gudang 
rezeki dan kekayaan dari Allah dan tidak mengatakan bahwa aku mengetahui yang 
ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat 
dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh 
penglihatanmu (( : sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada 
mereka)). Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka, sesungguhnya 
aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang dhalim.” (QS. Hud: 31)
   
  4) Jenis Jin Pun Tidak Mengetahui Hal Ghaib
   
  Bahkan makhluk dari jenis jin pun tidak mengetahui hal yang ghaib. Ini 
sebagai bantahan langsung dari Allah kepada para dukun-dukun yang mengaku 
mengetahui hal ghaib :
   
  “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang 
menunjukkan kepada mereka kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya. 
Maka tatkala ia telah tersungur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka 
mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang 
menghinakan.” (QS. Saba’ : 14)
   
  5) Kahin (Dukun), Ahli Nujum, Dan Musya’widzin (Tukang Sihir) Tidak 
Mengetahui Hal Ghaib
   
  Kalau kita sudah mengetahui bahwa malaikat-malaikat dan Nabi-Nabi kemudian 
jin-jin tidak ada yang mengetahui perkara ghaib apalagi para kahin[3], 
dukun-dukun, ahli nujum[4], tukang ramal, musya’widzin (tukang sihir), dan 
lain-lain.
   
  Berikut ini firman Allah Ta’ala yang menerangkan bahwa mereka tidak 
mengetahui hal ghaib.
   
  Firman Allah Ta’ala : “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada 
kamu hal-hal yang ghaib.” (QS. Ali Imran : 179)
   
  Firman Allah Ta’ala : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, 
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada 
di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia 
mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan 
tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang 
nyata (Lauh Mahfudh).” (QS. Al An’am : 59)
   
  Firman Allah Ta’ala : “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan 
di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan semua urusan. Maka sembahlah Dia dan 
bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang 
kamu kerjakan.” (QS. Hud : 123)
   
  Ayat-ayat ini semuanya mengajak bicara orang kedua dengan lafadh kamu tidak 
mengetahui atau tidak memperlihatkan kepadamu dan seterusnya. Ini menunjukkan 
kalau semua manusia tidak mengetahui hal yang ghaib termasuk dukun, tukang 
sihir, paranormal, dan lain-lain.
   
  Bahkan manusia itu sendiri tidak mengetahui berapa lamanya ia tidur 
sebagaimana yang Allah kisahkan tentang ashabul kahfi yang tidur di dalam gua 
selama 309 ­tahun :
   
  Katakanlah : “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua), 
kepunyaan-Nya-lah semua yang ghaib (tersembunyi) di langit dan di bumi. 
Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya dan Dia 
tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” 
(QS. Al Kahfi : 26)
   
  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda berkaitan dengan masalah di 
atas : Dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma berkata, bersabda Rasulullah 
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Kunci-kunci keghaiban ada lima. Tiada yang 
mengetahui kelimanya kecuali Allah. Tiada seorang pun yang mengetahui apa-apa 
yang dalam rahim kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui (dengan 
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Tiada seorang pun yang dapat 
mengetahui di bumi mana dia akan mati, tiada seorangpun yang mengetahui kapan 
datangnya hujan kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui kapan 
datangnya hari kiamat kecuali Allah.” (Telah mengeluarkan hadits ini, Al 
Bukhari dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih)
   
  Maka para pembaca sekalian hendaknya mengambil pelajaran dan menyampaikannya 
kepada orang yang belum mengetahui bahwa kita tidak perlu datang ke 
dukun-dukun, tukang ramal, tukang sihir, ‘orang pintar’ atau ahli nujum, dan 
lain-lain dengan tujuan untuk mengetahui perkara-perkara ghaib seperti siapa 
jodohnya, darimana rezekinya, kapan ajalnya, dan seterusnya. Karena dua sebab :
   
  Pertama, perbuatan itu sia-sia karena sesungguhnya kita telah menyakini bahwa 
tidak ada yang mengetahui hal-hal ghaib kecuali Allah.
   
  Kedua, kita telah berbuat suatu kesyirikan karena meyakini adanya ‘alimul 
ghaibi atau yang mengetahui keghaiban selain Allah yang berarti menyamakan 
makhluk dengan khaliqnya dalam masalah mengetahui ilmu ghaib.­
   
  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengancam : “Barangsiapa yang 
mendatangi dukun-dukun kemudian mempercayainya maka dia telah kafir dengan apa 
yang telah diturunkan pada Muhammad.”
   
  Demikianlah, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita dan seluruh kaum 
Muslimin kepada jalan yang lurus dan selamat. Selamat dari kesyirikan dan 
kesesatan di dunia dan selamat dari adzab Allah di akhirat.
   
   
   
  ------------------------------------------------------
  [1] Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan secara mutlak 
(umum). Artinya, semua jenis syirik yang besar ataupun yang kecil kalau 
pelakunya mati dan tidak sempat bertaubat tidak akan diampuni dosanya. Dalam 
masalah ini ulama berbeda pendapat. Yang benar adalah pendapatnya jumhur ulama 
yaitu membedakan antara syirik besar dan kecil. Sedang yang dimaksudkan oleh 
Allah dalam ayat ini adalah syirik akbar (besar). Adapun syirik ashghar (kecil) 
menurut mereka di bawah kehendak Allah (kalau Allah menghendaki mengampuni, 
pelakunya tidak akan diadzab tetapi kalau Allah menghendaki untuk mengadzab, ia 
harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam neraka meskipun setelahnya akan 
dimasukkan ke dalam Jannah). Wallahu a’lam. Syaikh Shalih Al Utsaimin berkata : 
“Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan tetapi yang wajib bagi setiap 
individu adalah berhati-hati terhadap kedua-duanya (syirik besar maupun syirik 
kecil).”
   
  [2] Manusia di sini mencakup yang Muslim ataupun yang kafir, pria ataupun 
wanita, tua atau pun muda.
   
  [3] Kahin (dukun) yaitu orang yang selalu mengabarkan kepada manusia tentang 
sesuatu yang ghaib yang belum terjadi atau arraf (paranormal) yaitu yang selalu 
memberitahukan tentang tempat barang-barang yang hilang, sihir dan kecurian, 
atau nama pencurinya, siapa yang menyihir, dan lain-lainnya dari semua kejadian 
yang telah lewat dan manusia tidak mengetahuinya.
   
  [4] Orang yang mengatakan dirinya tahu tentang hal yang ghaib melalui 
perbintangan dengan mempelajari gerak-geriknya untuk mengetahui 
kejadian-kejadian yang ada di bumi.
   
  Sumber http://www.assunnah.cjb.net).

                
---------------------------------
 All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done faster.

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke