Jihadnya Muslimah (bagian 2)            
  Sabtu, 11 Maret 2006 
   
    Dengan jilbab justru para Muslimah marasa terbebas dari tekanan untuk 
kompetisi kecantikan, bebas dari objek seks dijalanan. "Sayapun bisa jadi lebih 
nampak sederhana, " kata Jennifer
  
  
Oleh : Al Shahida
 

 
Hidayatullah.com--Temanku Anisa asal Barbados yang juga muallaf mengundangku 
kerumahnya di Tooting, untuk acara perpisahan. Keluarga ini akan berhijrah ke 
Cairo, ingin mencicipi kehidupan dengan nuansa 'Islami' katanya. 
 
Aku dikenalkan dengan teman-temannya  yang multi bangsa dan warna. Ada yang 
tulen Inggris, wanita Aljazair berkebangsaan Perancis,  Jamaika, Ethiopia dan 
Nigeria. Unik sekali.
 
Aku tertarik dengan penampilan Joana Rowntree, muslimah Inggris asli yang 
mengenakan busana Muslim penuh. Mirip abaya,  longgar,  berwarna abu-abu dengan 
jilbab berwarna biru muda. Aku menyapa dan memperkenalkan diri.
 
Joanna, perempuan Inggris berusia sekitar 26/27 tahun, baru saja memeluk agama 
Islam sekitar 3 tahun. Joanna berprofesi sebagai Medical Reseach bekerja di Guy 
Hospital, London Bridge. Ini dulu. Cerita bagaimana awalnya ia masuk Islam, ia 
memaparkan;
 
"Usai sekolah SMU di Inggris saya tidak langsung ke universitas tapi memutuskan 
untuk melanglang buana. dia percaya bahwa merantau bisa memperluas cakrawala 
'Travel can broaden you mind' ujarnya. Saya mendaftarkan  diri untuk jadi 
volonteer dengan  British Council. Mengajar bahasa Inggris adalah satu satunya 
cara unutk keluar negeri", kenangnya.
 
"Saya ingin cari pengalaman dengan merantau", tambahnya. Joanna memilih ke 
Serawak, Malaysia. 
 
"Tempatnya jauuuh sekali, disebuah desa dipedalaman pulau Borneo" papar Joanna 
sambil mengawasi anaknya yang berambut pirang. 
 
"Malay people are very kind and gentle. Orang Melayu baik-baik dan lemah 
lembut, saya betah disana. Sampai-sampai saya tinggal disana kurang lebih 10 
bulan " tambahnya
 
"Lalu apa yang membuatmu masuk Islam?" tanyaku.
 
"Pada waktu istirahat..itu anak anak selalu mendatangi saya. Selalu datang 
menyampaikan salam. Suatu hari mereka menyodorkan buku kecil dan tipis seklai " 
ujarnya.
 
"Miss..miss kenal dengan nabi Muhammad, Rasul kami? " tanya salah satu mereka, 
mereka berdesakan dan masing-masing ingin dapat perhatian.
 
"Siapa tuh Muhammad...saya tidak  tahu"  dengan sabar Joanna menjawab 
pertanyaan mereka.
 
"Ini miss.. baca buku ini...disini ada sejarah tentang nabi kami, Muhammad" 
mereka menghadiahi buku kecil tentang Rasulullah saw pada Joanna.
 
 "Tapi ini khan pakai bahasa Melayu saya enggak bisa bahasa Melayu" ia menolak 
dengan lembutnya, agar anak-anak tidak tersinggung.
 
"....tapi miss Anda kan guru bahasa Inggris anda mesti belajar bahasa kami, 
bahasa Melayu..ini hadiah dari kami dan bacalah" buku itu diterima oleh Joanna 
sambil tercenung berfikir betapa baiknya mereka ini.
 
Joanna sangat menghargai pemberian itu, seakan ia diberi perhatian khusus oleh 
anak-anak, dia sangat terharu. 
 
Sejak itulah Joanna tertarik dengan agama Islam. Ia menyempatkan diri ke toko 
buku saat Joana berada di Kualalumpur. Pesan anak-anak itu cukup membekas 
dihatinya. Ternyata banyak sekali buku-buku tentang Islam yang berbahasa 
Inggris. Joanna membeli kamus Inggris Melayu yanng kecil. Pikirnya pasti anak 
anak akan senang kalau mereka tahu bahwa ia belajar bahasa Melayu. Joanna 
tertarik,  dia tidak menyangkal..itulah perjalanan awalnya Joanna masuk Islam.


                            * * *
 
Joanna balik ke Inggris lalu kuliah disebuah universitas pada fakultas 
Kedokteran. Joanna tidak berminat jadi dokter, tapi ia memilih untuk menjadi 
Medical Researcher. 
 
Pada saat Joanna melakukan praktikum di rumah sakit ia mengenakan jilbab. 
Disanapun ada seorang dokter Muslimah, sangat aktif meng-kampanyekan soal 
jilbab di rumah sakit. Hal ini membuat Joanna menjadi lebih percaya diri untuk 
tetap mengenakan jilbabnya.
 
Sepenggal kisah

  Ia berjumpa dengan seorang pemuda India beragama Katholik. Salah seorang 
dokter. Pemuda ini nampaknya tertarik dengan perilaku Joanna yang lemah lembut 
dan haniefah. 
 
Di kantin mereka berkenalan. Mereka sering diskusi masalah agama. Mulanya sang 
pemuda tak paham kenapa perempuan Inggris mengenakan jilbab. Jilbab putih itu 
nampak serasi dengam seragam (Robe) dokternya yang juga berwarna putih. Joanna 
nampak ayu dan lembut.

Tidak saja jilbabnya yang menarik sang pemuda, ia tertarik dengan agama yang ia 
anut. Sipemuda  tertarik, lalu masuk Islam – namanya jadi Ahmad. Tak lama 
kemudian Ahmad melamar Joanna. Menikahlah mereka. 
 
Setahun kemudian perkawinan mereka membuahkan seorang anak. Joana memutuskan 
untuk tinggal dirumah menjaga anaknya. Suaminya sangat setuju. Sambil mendidik 
anaknya Joanna sering berkumpul bersama ibu-ibu, mengkaji Islam di Islamic 
Cente, Tooting Broadway.  

Disitu Joanna belajar dan mendalami  agama Islam. Sejak itu pula busana yang ia 
kenakan lebih Islami, longgar dan lepas, dilengkapi penutup kepala atau jilbab 
yang menutup dada dan setengah tubuh.
 
             * * *
 
Lain lagi cerita Nina, ukhti asal Indonesia yang juga residen atau pemukim yang 
 bersuamikan Inggris mempunyai cerita unik. 

Karyawati disebuah Department Store ini cukup lama tinggal di sini, 10 tahun 
lebih. 
 
Dulunya ia seorang penari. Ramah dan lincah. Temannya dimana-mana. Setelah 
gabung dengan sebuah pengajian student Indonesia dikota London ia menemukan 
sesuatu, ia merasa bahagia berada di lingkungan yang nyaman serta banyak 
mendapatkan masukan. 

Ia tambah intens memperdalam agama Islam, sampai terjadi perubahan cukup 
drastis. Nina  berkeinginan mengenakan jilbab, walaupun penuh keraguan.
 
Ia memulai dengan memakainya dari rumah ketempat pengajian, lalu ke supermarket 
atau ke station. Terus mencobanya ketempat ia bekerja, sampai ditempat bekerja 
ia lepas. Ada selaksa perasaan berdosa, namun Nina tengah memupuk keberaniannya.
 
"Ahh aku mau part time saja dulu..." ujarnya.
 
Pada saat ia bekerja,  Nina belum berani mengenakan sang jilbab dikepalanya.  
Ia belum yakin. Pada intinya dia tidak berkinginan membuat masalah ditempat ia 
bekerja. “Aku belum siap, aku takut, katanya! Nina mulai mensurvey, untuk 
mencari tahu berapa berapa jumlah Muslimah  ditempatnya ia bekerja. Ternyata 
cukup banyak!. 
 
Setiap ia kepengajian, ia sibuk membahas dan bercerita tentang jilbabnya. 

Nina mulia terobsesi dengan jilbab. Banyak meminta saran kapan ia bisa memulai 
mengenakannya ke tempat bekerja. Kita terus mensupport. 

"Saya tunggu waktu, support aku deh" tambahnya lagi.
 
"Aku takut dipecat teh" was-was sekali mbak kita ini.
 
"Ahh mana mungkin. Percayalah, kita ini dilindungi oleh undang undang. Lihat 
saja itu orang-orang Sheik, Yahudi, mereka pakai sesuatu dikepalanya. Lagian 
khan kamu sudah 10 lebih kerja disitu", aku berusaha meyakinkan dia.
 
Sambil dia terus mengenakan jilbab untuk membiasakan orang orang disekitarnya 
baik itu suami, anak dan tetangga. Namun Nina belum berani mengenakannya 
ditempat kerja. "Aku belum pe-de ahh " kilasnya. 
 
Pada suatu hari, saat ia mengambil 'day off'. Nina mengajak teman-temannya 
untuk minum kopi. Tentu dia mengenakan jilbab. Pada saat hendak pulang tiba 
tiba dia membelok ke tempat ia bekerja untuk sekedar menyampaikan hello kepada 
teman kerjanya. Dia lupa kalau dia mengenakan jilbab. Tentu saja semua temannya 
terkejut. Kebetulan sang supervisor yang Muslim sedang berada disitu:
 
"Ooh..I didn't know you wear hijab, Nina" tegurnya. Ia jadi tersipu malu sambil 
mengatakan bahwa ia mengenakan jilbab. 
 
"Why dont you wear it to work  ?" tantangnya. 
 
"Really ?! Can I wear hijab to work?" Tak percaya  mendengar tawaran ini. 
Sangat exciting. Tentu. 
 
"Well of course you can..I will talk to my manager and I am sure you have the  
right in this country" meyakinkan.
 
Tak terbayang rasa bungah dihati mbak Nina mendapat support penuh dari sang 
supervisor. Nina pulang dengan langkah yang..duuuh rasanya ringan sekali 
langkah ini, ingin sekali ia teriak ke langit. Kini Nina mengenakan jilbab yang 
warnanya disesuiakan dengan seragam kerja. Konon langkahnya banyak diikuti oleh 
beberapa muslimah yang selama ini bersembunyi dari persembunyiannya.
 
Dan seperti biasanya teman dan sahabat yang  biasa pergi ke disko atau 
berkumpul untuk bersenang senang, mendengar perubahan Nina, mereka menjauh, 
mencibir...dan tentusaja, memperolokannya.
 
Pemandangan Aneh!

  Seorang ukhti atau sister Jane yang muallaf (convert) yang kutemui di depan 
kedutaan Perancis, saat kami berdemo tentang hijab, ia bercerita dan 
berpendapat; 

"Karena saya sudah bersyahadat yang artinya kesaksian dan pengakuan saya 
terhadap adanya Allah yang Esa serta kesaksikan saya bahwa nabi Muhammad adalah 
Rasulullah' maka ini adalah sebuah komitmen dan janji saya. Artinya saya tidak 
bisa hanya mengambil setengah setengah. Saya harus ambil seutuhnya. Termasuk 
mengenakan hijab  tentunya" ujarnya Percakapan ini berlangsung lewat telefon. 
Jane betul betul melaksanakana 'wa sami'na wa ato'na' fikirku.  Sayang sejak 
itu kami tak pernah ada waktu luang untuk berjumpa.
 
Saat mengawali masuk Islam, Jennifer tidak tahu bagaimana caranya mengenakan 
jilbab.
 
"Saya beli dua helai kerudung lalu saya sampirkan dikepala saya"
 
"Dengan mengenakan jilbab saya merasa tenang dijalanan tanpak menarik perhatian 
kaum lelaki yang selalu berfikir kalau perempuan adalah objek seks. Saya marasa 
bebas dari tekanan untuk kompetisi kecantikan.  Sayapun bisa jadi lebih nampak 
sederhana" paparnya.
 
"Mereka memang menatap (melototi) dengan pandangan macam macam, tapi saya tidak 
peduli",  kata Jennifer. Tentusaja, bagi mereka, sebuah pemandangan aneh. Atau 
komentar-komentar yang negative lainnya.

Namun, kata Jennifer;

"Tatkala saya mengenakan jilbab saya merasakan kehangatan pada jiwa dan hati 
saya. Ada rasa aman dan tenang, walaupun saya merasakan bahwa saya masih belum 
mampu memenuhi perintahNya, saya takut bahwa  saya belum bisa meraih ridhoNya". 
Demikian Jennifer bertutur. ...bersambung. 


  London,  9 Maret 2006, 



                      "A true friend is someone who knows your're a good egg 
even if your're a little cracked".

        








                
---------------------------------
Brings words and photos together (easily) with
 PhotoMail  - it's free and works with Yahoo! Mail.

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke