Saya heran indonesia adalah penduduk muslim terbesar di dunia ,tapi di lain 
sisi jika ada ragedi seperti poso yang noto bene umat islam yang di rugikan 
,kenapa tidak di balas denga perbuatan yang setimpal ,kenapa islam indonesia 
jadi penakut ,apa sudah di masuki virus pluralisme dan toleransi ,


  ----- Original Message ----- 
  From: Ahmadi Agung 
  To: media-dakwah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 06, 2007 11:22 AM
  Subject: [media-dakwah] Kasus Poso BUKAN hanya kasus DPO...


  Sekjen FUI: Kasus Poso Bukan Cuma Kasus DPO 
<http://hidayatullah.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=4171&pop=1&page=0&Itemid=1>
 Cetak halaman ini 
<http://hidayatullah.com/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=4171&itemid=1>
 Kirim halaman ini melalui E-mail 
  Senin, 29 Januari 2007 

  Pengartian kerusuhan Poso sebagai kasus DPO dianggap sebagai penyesatan 
berita. Padahal, kasus Poso menurut deklarasi Malino adalah pembantaian 2000 
umat Islam

  Pengartian kerusuhan Poso sebagai kasus DPO semata dianggap sebagai 
penyesatan berita. Padahal kasus kerusuhan Poso menurut deklarasi Malino pada 
2001 adalah kasus pembantaian terhadap 2000 umat Islam oleh Tibo dkk, termasuk 
16 aktor utama yang disebutkan Tibo, demikian pernyataan yang disampaikan 
Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath.

  Pernyataan ini disampaikannya disela pertemuan Forum Umat Islam (FUI) dengan 
Komnas HAM yang diwakili Zoemrotin di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, 
Jakarta (25/1/07) lalu.

  Dia menambahkan, kasus DPO adalah dampak dari kerusuhan Poso. Karena kasus 
DPO lahir akibat kekecewaan warga Poso terhadap sikap aparat yang membiarkan 16 
orang kristen aktor utama kerusuhan Poso yang disebut Tibo dkk. 

  "Maka FUI mendesak Komnas HAM dan DPR RI untuk meminta pemerintah mengusut 
kasus kerusuhan di Poso, dan menarik Densus 88 dari Poso, " ujar Khathtahth. 

  Senada dengan Khathath, Ketua Tim Pembela Muslim (TPM) M Mahendradatta SH MA 
MH meminta Komnas HAM untuk sesegera mungkin datang ke Poso untuk menyelidiki 
kasus ini, sekaligus mencegah pihak yang mencoba menghilangkan dan merekayasa 
bukti-bukti.

  Sementara itu, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq yang juga hadir 
sebagai pembicara mengatakan, ada upaya dari pemerintah untuk menutup-nutupi 
kasus ini. Dirinya mencurigai ucapan Wakil Presiden Yusuf Kalla yang mengatakan 
akan memutihkan kasus kerusuhan Poso yang terjadi sebelum deklarasi Malino pada 
2000. Pemutihan kasus pelanggaran HAM berat ini menurutnya akan dijadikan 
alasan polisi untuk membiarkan 16 orang aktor utama kerusuhan Poso yang 
diungkap Tibo.

  "Jadi sebenarnya ini adalah blunder bagi Yusuf Kalla, karena dia adalah salah 
satu penggagas deklarasi Malino, " ujar Rizieq.

  Rizieq menambakan, jika Polri mau menahan diri, insiden yang memakan korban 
sipil pada 22/1 lalu sebenarnya tidak perlu terjadi. Dari beberapa pertemuan 
antara Polri dan keluarga DPO yang dijembataninya terbukti efektif. Hasilnya 
lima orang yang masuk DPO dengan suka rela menyerahkan diri.

  Ustad Abubakar Ba'syir yang juga hadir dalam pertemuan itu mencurigai insiden 
yang terjadi di Poso sebagai makar untuk menghabiskan umat Islam di sana. Dia 
menyayangkan sekaligus mengecam aparat kepolisian dari Densus 88 yang telah 
dijadikan alat untuk menghabisi umat Islam di Poso. "Saya kutuk perbuatan 
Densus 88, dan insya Allah, Allah juga mengutuk Densus 88," ujar Ba'asyir yang 
disambut pekik takbir peserta pertemuan.

  Untuk itu Ba'asyir meminta anggota Densus 88 yang beragama Islam untuk keluar 
dari kesatuannya. Karena perbuatan melukai bahkan membunuhi sauadara sendiri 
adalah dosa besar.

  Di tempat berbeda, Anggota Tim Invetigasi Kasus Poso DPR Rendy Lamajido 
mengatakan, beberapa orang anggota DPO kasus Poso yang mengadu ke DPR 
menyatakan tidak ingin menyerahkan diri, karena merasa takut dengan aparat 
kepolisian.

  "DPO itu mengadu kalau mereka dipukuli, dan dipaksa menandatangi berita acara 
lalu kemudian ditahan, wajar mereka tidak mau menyerahkan diri lagi, " katanya 
seperti dikutip eramuslim.com disela Rapat Kerja Pansus RUU Tata Ruang, di 
Gedung DPR, Jakarta, Kamis (25/1).

  Rencananya Hari ini, Jumat (26/1) tim invstigasi Poso DPR akan berangkat ke 
Poso, Sulawesi Tengah untuk memantau keadaan dan melakukan pendekatan dengan 
masyarakat. Tim juga akan memantau peredaran senjata ilegal dan menyelidiki 
apakah upaya penangkapan DPO yang dilakukan Densus 88 Polri sesuai dengan 
prosedur.

  "Penyerbuan harusnya dilakukan oleh TNI bukan Polri, dan penyerbuan juga ada 
prosedurnya, ini akan diselidiki, " tandasnya. [Surya Facrizal/Jakarta] 

  -- 
  This message has been scanned for viruses and
  dangerous content by MailScanner, and is
  believed to be clean.

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke