Assalamu’alaikum wr wb,

Ada yang menanyakan tentang Tasawuf. Mudah-mudahan
tulisan di bawah bisa bermanfaat. Semoga kita
mencintai kebenaran.

1.      Kata Tasawuf sekali pun tidak pernah disebut di
dalam Al Qur’an dan Hadits yang sahih. Bukankah jika
Tasawuf itu begitu penting dalam Islam tentu Allah dan
Rasulnya akan memerintahkan manusia untuk belajar
Tasawuf? Tidak mungkin Nabi yang bersifat “Balligh”
(menyampaikan) menyembunyikan perintah Allah bukan?
Sebaliknya Nabi berkata bahwa setiap hal yang
baru/diada-adakan (di bidang agama) adalah bid’ah dan
sesat:
"Sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab
Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ,dan perkara
yang paling buruk adalah perkara yang baru dan setiap
bid'ah adalah tersesat" ( H.R  Muslim ) .
Allah mengatakan agama Islam sudah sempurna. Jadi tak
perlu lagi ditambah bid’ah seperti Tasawuf:
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….” [Al
Maa-idah:3]

2.      Tasawuf tidak jelas artinya. Ada yang menyebut dari
shuffah, bulu domba, shof terdepan, bahkan dari kata
Yunani: Theo Sophos. Bagaimana mungkin orang
mempelajari sesuatu yang tidak jelas sebagai ajaran
dari Islam yang penting?

3.      Jika sumber agama Islam adalah Al Qur’an dan Hadits
yang sahih (yang dloif/maudlu ditolak):
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. “ [An
Nisaa”:59]
Sabda Rasulullah Saw: "Aku tinggalkan padamu dua hal,
yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah
Nabi-Nya."(HR Ibnu 'Abdilbarri)
Maka sumber Tasawuf bisa dari mana saja. Istilah
Abdurrahman Abdul Khaliq yang mereka jadikan sumbernya
adalah bisikan yang dida`wahkan datang kepda para wali
dan kasyf (terbukanya takbir hingga mereka tahu yang
ghoib) yang mereka da`wahkan, dan tempat-tempat tidur
(mimpi-mimpi), perjumpaan dengan orang-orang mati yang
dulu-dulu, dan (mengaku berjumpa) dengan Nabi Khidir
a.s, bahkan dengan melihat Lauh Mahfudh, dan mengambil
(berita) dari jin yang mereka namakan para badan halus
(Rohaniyyin). Banyak sekali ajaran Tasawuf yang
memakai cerita-cerita yang tidak jelas sahih/dloifnya
serta dari mimpi-mimpi orang yang mereka anggap wali.
Belajar Tasawuf bisa membuat kita lupa dari
mempelajari Al Qur’an dan Hadits yang justru merupakan
sumber ajaran Islam yang asli.

4.      Adapun sumber pengambilan syari`ah bagi ahli Islam
adalah Al Kitab (Al Qur`an), As Sunnah (Al Hadits),
Ijma` (kesepakatan para ulama terdahulu mengenai awal
Islam), dan Qiyas (perbandingan, yaitu pengambilan
hukum dengan membandingkan kepada hukum yang sudah ada
ketegasannya dari Nash/text Al Qur`an atau Al Hadits,
dengan syarat kasusnya sama, misalnya beras 
bisa untuk zakat fitrah karena diqiyaskan dengan
gandum yang udah ada nash haditsnya). Sedangkan bagi
orang-orang tasawuf , perbuatan syariat mereka
didirikan diatas mimpi-mimpi (tidur), khidhir, jin,
orang-orang mati,syaikh-syaikh, semua mereka itu
dijadikan pembuat syariat. Oleh karena itu,
jalan-jalan dan cara-cara pembuatan syariat tasawuf
itu bermacam-macam. Sampai-sampai 
mereka mengatakan jalan-jalan menuju Allah SWT itu
sebanyak bilangan nafas 
makhluk-makhluk. Maka tiap-tiap syaikh memiliki
tarekat dan manhaj/jalan untuk pendidikan dan dzikir
khusus. Jika dalam Islam sumber dzikir dan do’a
berasal dari Al Qur’an dan Hadits, maka dalam Tasawuf
berdasarkan ajaran para syekhnya (yang mungkin berasal
dari mimpi mereka)

5.      Islam itu adalah agama yang Muhaddad/jelas
(ditegaskan batasan ketentuan) aqidahnya, ibadahnya,
dan syari`atnya. Dalam Islam dijelaskan apa itu rukun
Iman, rukun Islam, cara shalat, puasa, dzikir, doa
berdasarkan Al Qur’an dan Hadits yang sahih. Selama
ada sumber Al Qur’an dan Hadits diterima, jika tidak
ada ditolak. 

6.      Sedangkan tasawuf itu agama yang tidak ada
batasannya, tidak ada pengertian (yang ditentukan
secara pasti) dalam aqidah ataupun
syari`at-syari`atnya. Sumber yang berasal dari mimpi
orang yang dianggap wali sudah cukup bagi mereka untuk
diamalkan sehingga amalan Nabi Muhammad SAW seperti
dzikir, doa, sholat Tahajjud, dsb justru terlupakan.
Karena ketidak-jelasan sumber dan syari’ah Tasawuf,
maka orang-orang kafir memakai Tasawuf terutama untuk
menghilangkan ajaran jihad dari ummat Islam. Contohnya
ada di www.libforall.org di mana para pendeta
bekerjasama dengan para sufi berusaha menghilangkan
jihad dari ummat Islam lewat Tasawuf.

7.      Paham Tasawuf seperti Wihdatul Wujud (bersatunya
manusia dengan Allah) itu menyesatkan. Al Hallaj
mengaku sebagai Allah. Ana al Haq (Akulah Allah)
begitu katanya. Demikian pula tokoh sufi lain seperti
Syekh Siti Jenar yang mengaku sebagai Allah. Terakhir
Ahmad Dhani, Dewa, dalam lagunya “Satu” berkata “Aku
ini adalah diriMu (Allah).” Mungkin orang sufi
berpendapat itu karena teramat dekatnya mereka dengan
Allah sehingga sampai mengaku sebagai Allah. Padahal
Nabi Muhammad SAW yang merupakan manusia sempurna dan
paling dekat kepada Allah SWT tidak pernah sekalipun
mengaku sebagai Allah. Bukankah Nabi dan ummat Islam
selalu berkata “Iyyaka na’budu” (kepadaMu kami
menyembah)? Itulah salah satu arogansi sufi. Mengaku
Tuhan seperti Fir’aun. Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar
difatwa sesat dan dihukum mati oleh para ulama.
8.      Sufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal
diBistam,Iran,261 H/874 M.) Dia adalah pendiri tarekat
Naqsyabandiyah. Mengaku berguru pada Imam Ja’far
padahal dia baru lahir 40 tahun setelah Imam Ja’far
meninggal dunia. Pada suatu waktu dalam
pengembaraannya, setelah shalat Subuh Yazid Al-Bustami
berkata kepada orang-orang yang  mengikutinya,"Innii
ana Allah laa ilaaha illaa ana fa`budnii (Sesungguhnya
aku ini adalah Allah,tiada Tuhan melainkan aku, maka
sembahlah aku)." Mendengar kata-kata itu, orang-orang
yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami telah
gila.Menurut pandangan para sufi, ketika mengucapkan
kata-kata itu,al-Bustami sedang berada dalam keadaan
ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam paham
tasawuf.

9.      Al-Bustami juga pernah mengucapkan
kata-kata,"Subhani, subhani, ma a`dhama sya`ni
(mahasuci aku,mahasuci aku, alangkah maha agungnya
aku)." Nah jika Nabi mengajarkan dzikir “Subhanallahu”
(Maha Suci Allah), maka syekh Tasawuf mengajarkan
“dzikir” Subhani” (Maha Suci aku). Ini jelas
kesombongan yang besar yang dibenci Allah:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
[Luqman:18]
Al-Bustami juga berkata,"Laisa fi al-jubbah illa Allah
(tidak ada didalam jubah ini kecuali Allah)."
  
10.     Paham Tasawuf, kasyf (tersingkapnya hijab, hingga
seorang sufi 
bisa mengetahui hal ghaib), juga bertentangan dengan
ayat Al Qur’an.  Padahal Nabi SAW sendiri tidak
mengetahui yang ghaib, bahkan jelas-jelas menegaskan
bahwa Nabi SAW tidak tahu  apa yang diperbuat Allah
SWT untuk Nabi SAW sendiri esok (lihat dalam Bab
Aqidah). Allah SWT berfirman: 

"Katakanlah ! Tidak ada yang dapat mengetahui perkqara
yang ghaib dilangit dan 
di bumi kecuali Allah ." (An-Naml:65) 
Ada sebagian delegasi yang datang ke Nabi SAW, mereka
menganggap bahwa Nabi SAW termasuk orang yang mengaku
bisa melihat yang ghaib, maka mereka menyembunyikan
sesuatu didalam (genggaman) tangan mereka untuk
beliau. Dan mereka berkata kepada beliau," Kabarkanlah
kepada kami, apa dia (yang ada dalam gemgaman kami
ini) ? Lalu beliau menjawab kepada mereka dalam
keadaan berteriak, "Aku bukan seorang dukun.
Sesungguhnya dukun dan perdukunan serta dukun-dukun
itu didalam neraka." ( Diriwayatkan Abu Daud: 286 ).

11.     Diantaranya sufi ada yang menganggap bahwa
Rasulullah SAW tidak sampai pada derajat dan keadaan
mereka (orang-orang sufi). Dan Nabi SAW (dianggap)
jahil (bodoh) terhadap ilmu tokoh-tokoh tasawuf
seperti perkataan Busthami," Kami telah masuk lautan,
sedang para nabi berdiri ditepinya." Abu Bakar Jabir
Al-Jazairi, pengarang kitab Ila At-Tashawwuf
ya`Ibadallaah menisbatkan perkataan tersebut kepada
At-Tijani (pendiri tarekat At-Tijaniyah).

12.     Diantara orang-orang sufi ada yang mempercayai
bahwa Rasulullah SAW itu adalah kubah alam, dan dia
itulah dan dia itulah Allah yang bersemayam diatas
arsy; sedangkan langit-langit, bumi, arsy, kursi, dan
semua alam itu dijadikan dari nurnya (Nur Muhammad),
dialah awal kejadian, yaitu yang bersemayam diatas
Arsy Allah SWT. Inilah aqidah Ibnu Arabi dan
orang-orang yang datang setelahnya/pengikutnya. Para
sufi ini mengangkat derajad Nabi sedemikian tinggi
sehingga seolah-olah sama kedudukannya dengan Yesus
(Anak Allah) dengan Tuhan Bapak menurut kepercayaan
agama Kristen.
Padahal Allah Ta’ala berfirman :
Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan
kepadaku … (Al Kahfi : 110).

(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para
Malaikat : Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari
tanah liat. (Shaad : 71)

Allah SWT berfirman, 

" Barang siapa yang berpaling dari pengajaran (Allah)
Yang Maha Pemurah (Al 
Qur`an), kami adakan baginya syetan (yang
menyesatkan), dan syetan itulah yang 
menjadi teman yang selalu menyertainya."
(Az-Zukhruf:43:36) 

Pengajaran Allah SWT adalah pengajaran yang dibawa
oleh Rasul-Nya, yakni Al 
Qur`an.Barang siapa tidak beriman kepada Al Qur`an,
tidak membenarkan beritanya, dan tidak meyakini
kewajiban perintahnya, berarti dia telah berpaling
dari Al Qur`an, kemudian syetan datang menjadi teman
setia baginya.

13.     Sufi juga mengecam orang yang menyembah Allah
karena menginginkan surga dan takut neraka. Menurut
mereka hanya boleh menyembah Allah karena cinta kepada
Allah. Oleh karena itu seorang sufi, Rabiatul
‘Adawiyah berkata, “Ya Allah jika aku menyembahMu
karena ingin surga, maka tutup pintu surga bagiku.
Jika aku menyembahMu karena takut neraka, maka buka
pintu neraka untukku” Itu adalah sifat sombong dan
riya. Dalam Islam kita diajarkan untuk mencintai Allah
dan Rasulnya di atas yang lain termasuk diri kita
sendiri. Meski demikian kita juga diperintahkan untuk
berharap akan surga dan takut api neraka.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” [At Tahrim:6]

Do’a yang terbaik justru bertentangan dengan para sufi
tersebut:
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".  [Al
Baqarah:201]

14.     Banyak orang berusaha mengkoreksi kesesatan
Tasawuf termasuk Imam Al Ghazali dalam bukunya Ihya’
‘Uluumuddiin. Toh Imam Al Ghazali terperosok juga
karena menggunakan contoh di luar Al Qur’an dan
Hadits. Misalkan dalam rangka hidup sederhana memberi
contoh sufi yang kelewat zuhud sehingga memakai baju
bulu yang kotor dan berkutu. Padahal Nabi mengatakan
kebersihan sebagian dari iman. Begitu pula kisah orang
yang hanya beribadah saja sehingga tidak mampu memberi
nafkah keluarganya. Untuk makan dia berkeliling ke
rumah temannya. Yang punya 7 teman maka dalam 7 hari
kembali lagi ke teman pertama yang dia tumpangi. Ada
pula yang sebulan baru ketemu dengan teman pertama
yang dia tumpangi dan ada pula yang setahun. Padahal
Nabi memberi sunnah untuk berusaha dan tidak
menyusahkan orang. Tangan di atas (memberi) lebih baik
dari tangan di bawah. Begitu kata Nabi. Buya Hamka
yang menulis buku Tasawuf modern juga menggambarkan
wali Sufi begitu sakti hingga bisa mengangkat kapal
yang tenggelam di laut dari jauh! Padahal Nabi
Muhammad SAW saja ketika perang Uhud sampai berdarah
mulutnya. Ini timbul kesan orang belajar Tasawuf untuk
dapat kesaktian/karomah. 

15.     Sesungguhnya dalam Al Qur’an dan Hadits kita
menemukan pedoman bagaimana berakhlaq yang bagus,
sederhana tidak boros, menjauhi ghibah atau buruk
sangka, amar ma’ruf nahi munkar, jihad, cara
beribadah/mendekatkan diri kepada Allah, dan
sebagainya. Dalam Tasawuf meski ada namun sering
berlebihan. Sebagai contoh dulu Tasawuf mengajarkan
hidup sederhana sehingga mereka hidup seperti
gembel/pengemis. Sekarang Tasawuf modern diajarkan
dihotel-hotel yang mewah yang jauh dari contoh hidup
sederhana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

16.     Perkataan Imam Ahmad tentang keharusan menjauhi 
orang-orang tertentu yang berada dalam lingkaran
tasawuf, banyak dikutip orang. 
Diantaranya ketika seseorang datang kepadanya sambil
meminta fatwa 
tentang perkataan Al-Harits Al Muhasibi (tokoh sufi,
meninggal 857 M.).Lalu Imam  Ahmad bin Hanbal berkata,
"Aku nasihatkan kepadamu, janganlah duduk bersama
mereka." (duduk dalam majlis Al-Harits Al-Muhasibi) –
Ibnul Jauzi “Talbis Iblis”.

17.     Imam Syafi`i berkata, "Seandainya seseorang
menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum Dhuhur
ia menjadi orang yang dungu." Imam Syafi`i juga pernah
berkata."Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40
hari, lalu akalnya (masih bisa) kembali normal
selamanya

18.     Ada yang menulis Imam Maliki mendukung Tasawuf,
tapi itu tidak benar. Selain zaman Imam Maliki Tasawuf
belum dikenal juga Imam Maliki tidak pernah menulis
satu buku pun tentang Tasawuf atau mengajarkannya.
Padahal beliau adalah salah satu dari Imam Madzhab
yang punya banyak murid dan pengikut.
 


media-dakwah   
<-- Terurut Topik --> <-- Terurut Waktu -->     Cari  
[media-dakwah] ASAL MUASAL TASAWUF
A Nizami
Wed, 01 Feb 2006 22:42:01 -0800

ASAL MUASAL TASAWUF
suhana hana
Wed, 10 Aug 2005 00:18:54 -0700

Bashrah, sebuah kota di negeri Irak, merupakan tempat
kelahiran pertama bagi Tasawuf dan Sufi. Yang mana (di
masa tabi’in) sebagian dari ahli ibadah Bashrah mulai
berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap
dunia (dengan cara yang belum pernah dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam), hingga
akhirnya mereka memilih untuk mengenakan pakaian yang
terbuat dari bulu domba (Shuuf). Meski kelompok ini
tidak mewajibkan tarekatnya dengan pakaian semacam
itu, namun atas dasar inilah mereka disebut dengan
Sufi, sebagai nisbat kepada Shuuf . 

Oleh karena itu, lafazh Sufi ini bukanlah nisbat
kepada Ahlush Shuffah yang ada di zaman Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam, karena nisbat kepadanya
dinamakan Shuffi, bukan pula nisbat kepada shaf
terdepan di hadapan Allah Ta’ala, karena nisbat
kepadanya dinamakan Shaffi, bukan pula nisbat kepada
makhluk pilihan Allah karena nisbat kepadanya adalah
Shafawi dan bukan pula  nisbat kepada Shufah bin Bisyr
(salah satu suku Arab), walaupun secara lafazh  bisa
dibenarkan, namun secara makna sangatlah lemah, karena
antara suku  tersebut dengan kelompok Sufi tidak
berkaitan sama sekali. 

Para ulama Bashrah yang mendapati masa kemunculan
mereka, tidaklah tinggal diam. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh - Al Ashbahani
rahimahullah dengan sanadnya dari Muhammad bin Sirin
rahimahullah bahwasanya telah sampai kepadanya berita
tentang orang-orang yang mengutamakan pakaian yang
terbuat dari bulu domba, maka beliau pun berkata:
Sesungguhnya ada orang-orang yang mengutamakan pakaian
yang terbuat dari bulu domba dengan alasan untuk
meneladani Al Masih bin Maryam ! Maka sesungguhnya
petunjuk Nabi kita lebih kita cintai (dari/dibanding
petunjuk Al Masih), beliau Shallallahu alaihi wassalam
biasa mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan katun
dan yang selainnya. (Diringkas dari Majmu’ Fatawa,
karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Juz 11, hal. 6,16
).

Siapakah Peletak/Pendiri Tasawuf ?
Ibnu Ajibah seorang Sufi Fathimi, mengklaim bahwasanya
peletak Tasawuf adalah Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam sendiri. Yang mana beliau –menurut Ibnu
Ajibah - mendapatkannya dari Allah Ta’ala melalui
wahyu dan ilham. Kemudian Ibnu Ajibah berbicara
panjang lebar tentang permasalahan tersebut dengan
disertai bumbu-bumbu keanehan dan kedustaan. Ia
berkata: Jibril pertama kali turun kepada Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam dengan membawa ilmu
syariat, dan ketika ilmu itu telah mantap, maka
turunlah ia untuk kedua kalinya dengan membawa ilmu
hakikat. Beliau Shallallahu alaihi wassalam pun
mengajarkan ilmu hakikat ini pada orang-orang
khususnya saja. Dan yang pertama kali menyampaikan
Tasawuf adalah Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu,
kemudian Al Hasan Al Bashri rahimahullah menimba
darinya.
(Iqazhul Himam Fi Syarhil Hikam, hal.5 dinukil dari At
Tashawwuf Min Shuwaril Jahiliyah, hal. 8).

Asy Syaikh Muhammad Aman Al Jami rahimahullah berkata:
Perkataan Ibnu Ajibah ini merupakan tuduhan keji lagi
lancang terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam, ia menuduh dengan kedustaan bahwa beliau
menyembunyikan kebenaran. 
Dan tidaklah seseorang menuduh Nabi dengan tuduhan
tersebut, kecuali seorang zindiq yang keluar dari
Islam dan berusaha untuk memalingkan manusia dari
Islam jika ia mampu, karena Allah Ta’ala telah
perintahkan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wassalam
untuk menyampaikan kebenaran tersebut dalam firman-Nya

(artinya): Wahai Rasul sampaikanlah apa yang telah
diturunkan kepadamu oleh Rabbmu, dan jika engkau tidak
melakukannya, maka (pada hakikatnya) engkau tidak
menyampaikan risalah-Nya. (Al Maidah : 67)

Beliau juga berkata: Adapun pengkhususan Ahlul Bait
dengan sesuatu dari ilmu dan agama, maka ini merupakan
pemikiran yang diwarisi oleh orang-orang Sufi dari
pemimpin-pemimpin mereka (Syi’ah). Dan benar-benar Ali
bin Abi Thalib Radiyallahu anhu sendiri yang
membantahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al
Imam Muslim rahimahullah dari hadits Abu Thufail Amir
bin Watsilah Radiyallahu anhu ia berkata: Suatu saat
aku pernah berada di sisi Ali bin Abi Thalib
Radiyallahu anhu, maka datanglah seorang laki-laki
seraya berkata: Apa yang pernah dirahasiakan oleh Nabi
Shallallahu alaihi wassalam kepadamu? Maka Ali pun
marah lalu mengatakan: Nabi Shallallahu alaihi
wassalam belum pernah merahasiakan sesuatu kepadaku
yang tidak disampaikan kepada manusia ! Hanya saja
beliau Shallallahu alaihi wassalam pernah
memberitahukan kepadaku tentang empat perkara. Abu
Thufail Radiyallahu anhu berkata: Apa empat perkara
itu wahai Amirul Mukminin ? Beliau menjawab:
Rasulullah Shallallahu  alaihi wassalam bersabda:
(Artinya) Allah melaknat seorang yang melaknat kedua
orang tuanya, Allah melaknat seorang yang menyembelih
untuk selain Allah, Allah melaknat seorang yang
melindungi pelaku kejahatan, dan Allah melaknat
seorang yang mengubah tanda batas tanah. (At Tashawwuf
Min Shuwaril Jahiliyyah, hal. 7-8).

Hakikat Tasawuf
Bila kita telah mengetahui bahwasanya Tasawuf ini
bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib
Radiyallahu anhu, maka dari manakah ajaran Tasawuf ini
? 

Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata:
Tatkala kita telusuri  ajaran Sufi periode pertama dan
terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik
yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam
buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat
berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. 
Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi
ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad
Shallallahu alaihi wassalam , dan juga dalam sejarah
para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk
pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan
sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini 
diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma
Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha. (At Tashawwuf
Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28). [1]

Asy Syaikh Abdurrahman Al Wakil rahimahullah berkata:
Sesungguhnya Tasawuf merupakan tipu daya syaithan yang
paling tercela lagi hina, untuk menggiring hamba-hamba
Allah Ta’ala di dalam memerangi Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya Shallallahu alaihi wassalam. Sesungguhnya ia
(Tasawuf) merupakan topeng bagi Majusi agar tampak
sebagai seorang Rabbani, bahkan ia sebagai topeng bagi
setiap musuh (Sufi) di dalam memerangi agama yang
benar ini. Periksalah ajarannya ! niscaya engkau akan
mendapati padanya ajaran Brahma (Hindu), Buddha,
Zaradisytiyyah, Manawiyyah, Dishaniyyah, Aplatoniyyah,
Ghanushiyyah, Yahudi, Nashrani, dan Berhalaisme
Jahiliyyah.
(Muqaddimah kitab Mashra’ut Tashawwuf, hal. 19). [2] 

Beberapa Bukti Kesesatan Ajaran Tasawuf
1. Al Hallaj seorang dedengkot sufi, berkata :
Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada
makhluk-Nya dalam bentuk orang makan dan minum. 
(Dinukil dari Firaq Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin
Ali Iwaji, juz 2 hal.600).
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman :
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Asy Syuura :
11)

Berkatalah Musa : Wahai Rabbku nampakkanlah (diri
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu. Allah
berfirman : Kamu sekali-kali tidak akan sanggup
melihat-Ku (yakni di dunia-pen)……… (Al A’raaf : 143).

2. Ibnu Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata: 
Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya
tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah !
(Fushushul Hikam).[3] Betapa kufurnya kata-kata ini …,
tidakkah
orang-orang Sufi sadar akan kesesatan gembongnya ini
?! 

3. Ibnu Arabi juga berkata : Maka Allah memujiku dan
aku pun memuji-Nya, dan 
Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya. (Al Futuhat
Al Makkiyyah).[4]
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman :

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku. 
(Adz Dzariyat : 56).
 
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali
akan datang kepada Allah 
Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba.(Maryam
: 93). 


4. Jalaluddin Ar Rumi, seorang tokoh sufi yang kondang
berkata : Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang
Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti, bagiku tempat
ibadah sama … masjid, gereja, atau tempat
berhala-berhala. [5]
Padahal Allah Ta’ala berfirman : 
 
Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah 
akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang 
yang merugi. (Ali Imran : 85)

5. Pembagian ilmu menjadi Syari’at dan Hakikat, yang
mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan
hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan
yang tinggi kepada Allah Ta’ala, oleh karena itu
gugurlah baginya segala kewajiban dan larangan dalam
agama ini. 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman
bahwasanya perkataan tersebut termasuk sebesar-besar
kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari
perkataan Yahudi dan Nashrani, karena Yahudi dan
Nashrani beriman dengan sebagian dari isi Al Kitab 
dan kafir dengan sebagiannya, sedangkan mereka adalah
orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka
berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat,
tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam
agama ini, pen). (Majmu’ Fatawa, juz 11 hal. 401). 

6. Dzikirnya orang-orang awam adalah La Illaha
Illallah, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan
paling khusus / Allah, / Huu, dan / Aah saja.


Padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
bersabda : 
 
Sebaik-baik dzikir adalah La Illaha Illallah . (H.R.
Tirmidzi, dari shahabat Jabir bin Abdullah Radiyallahu
anhu, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam
Shahih Al Jami’, no. 1104).[6]


Syaikhul Islam rahimahullah berkata : Dan barangsiapa
yang beranggapan bahwa La Illaha Illallah dzikirnya
orang awam, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan
paling khusus adalah / Huu, maka ia seorang yang sesat
dan menyesatkan. 
(Risalah Al Ubudiyah, hal. 117-118, dinukil dari
Haqiqatut Tashawwuf, hal. 13)


7. Keyakinan bahwa orang-orang Sufi mempunyai ilmu
Kasyaf (dapat menyingkap hal-hal yang tersembunyi) dan
ilmu ghaib. Allah Ta’ala dustakan mereka dalam
firman-Nya:

Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah. (An
Naml : 65)


8. Keyakinan bahwa Allah Ta’ala menciptakan Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wassalam dari nuur /
cahaya-Nya, dan Allah Ta’ala ciptakan segala sesuatu
dari cahaya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Padahal Allah Ta’ala berfirman :
 
Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia seperti 
kalian, yang diwahyukan kepadaku … (Al Kahfi : 110).
 
(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para
Malaikat : Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari
tanah liat. (Shaad : 71)

Wallahu A’lam Bish Shawab

Hadits-hadits palsu atau lemah yang tersebar di
kalangan umat

Hadits Abu Umamah 

Pakailah pakaian yang terbuat dari bulu domba, niscaya
akan kalian rasakan manisnya keimanan di hati
kalian(HR Al Baihaqi dlm Syu’abul Iman).
Keterangan : Hadits ini palsu karena di dalam sanadnya
terdapat seorang perawi yang bernama Muhammad bin
Yunus Al Kadimy. Dia seorang pemalsu hadits, Al Imam
Ibnu Hibban berkata : Dia telah memalsukan kira-kira
lebih dari dua ribu hadits. (Lihat Silsilah Al Ahadits
Adh Dhoifah Wal Maudhu’ah, no:90)

Footnote :
[1][2] Dinukil dari kitab Haqiqatut Tashawwuf karya
Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal.7
[3][4][5] Dinukil dari kitab Ash Shufiyyah Fii Mizanil
Kitabi Was Sunnah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu, hal. 24-25.
[6] Lihat kitab Fiqhul Ad Iyati Wal Adzkar, karya Asy
Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr, hal.
173.

(Dikutip dari Buletin Islam Al Ilmu Edisi
46/III/I2/1425, diterbitkan Yayasan As Salafy Jember.
Judul asli "Hakekat Tasawuf dan Sufi". Penulis Al
Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc. Dikirim oleh al Al
Akh Ibn Harun via email.)
http://www.mail-archive.com/keluarga-sejahtera@yahoogroups.com/msg00480.html

Tulisan di atas dibuat berdasarkan artikel “PERBEDAAN
POKOK ANTARA ISLAM DAN TASAWUF” dari al-islam.or.id


Tertarik masalah Ekonomi? Mari bergabung ke milis Ekonomi Nasional
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke