Republika Online : http://www.republika.co.id 
30 September 2005 
Memperbaiki Akhlak 
A Ilyas Ismail 

Akhlak, menurut para pemikir Muslim, menunjuk pada kondisi jiwa yang 
menimbulkan perbuatan atau perilaku secara spontan. Dikatakan, orang yang 
memiliki mental penolong, ketika melihat kesulitan-kesulitan yang dialami orang 
lain, akan memberikan pertolongan secara spontan, tanpa banyak mempertimbangkan 
atau memikirkan untung-rugi. Jadi, akhlak menunjuk pada hubungan sikap batin 
dan perilaku secara konsisten.

Apakah akhlak yang merupakan watak dari manusia itu dapat diubah? Jawabnya 
adalah bisa. Menurut Al Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki, karena jiwa 
manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. 
Oleh sebab itu, ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta 
perbaikan.

Al Ghazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan dan 
pembinaan pada sikap dan perilaku konstruktif. Pembiasaan tersebut dilakukan 
melalui metode berbalik. Sebagai contoh, sifat bodoh harus diubah dengan 
semangat menuntut ilmu, kikir dengan dermawan, sombong dengan rendah hati, dan 
rakus dengan puasa. Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan 
secara instant tapi membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi.

Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub Al Akhlaq mengusulkan metode perbaikan 
akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang baik. Banyak orang 
terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Kedua, olah pikir. Kegiatan 
ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh. 
Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. 
Keempat, menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan. Kelima, 
meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.

Di samping itu, perbaikan akhlak memerlukan idealisme, yaitu komitmen yang 
tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan yang benar. Perbaikan akhlak 
berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor lain. Perbaikan akhlak tidak dapat 
diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus 
datang dan lahir dari kita sendiri.

Idealisme seperti itu menjadi lebih penting lagi, karena daya tarik kebaikan 
pada umumnya dikalahkan oleh daya tarik keburukan dan kesenangan duniawi. 
Pemihakan pada kebaikan sebagai inti dari ajaran akhlak benar-benar membutuhkan 
komitmen dan tekad yang kuat agar kita sanggup melawan dan mengendalikan 
kecenderungan-kecenderungan nafsu. Inilah sesungguhnya makna sabda Nabi SAW, 
''Surga dipagari oleh kesulitan-kesulitan, sedangkan neraka dipagari oleh 
kesenangan-kesenangan.''

Betatapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita 
upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, 
seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak. Rasulullah SAW 
bersabda, ''Sesungguhnya aku tidak diutus kecuali untuk membangun 
kualitas-kualitas moral.'' (HR Malik). Wallahua'lam. 



Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : 
http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=215372&kat_id=14


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke